• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH PUTIH/KAPUR PADA PENINGKATAN KUAT TEKAN BATA TANAH LIAT PRESS DI KUPANG NTT

TS-120 2.5.2.2 Tanah Putih/Kapur

Tanah putih diangkut dari tempat penggalian ke work-shop. Sama seperti tanah liat, tanah putih ini kemudian disebar untuk menurunkan kelembabannya dan memecahkan kapur yang berukuran besar. Setelah kering, bahan ini diayak dengan ayakan berdiameter 5 mm juga. Kapur yang digunakan pada eksperimen ini berasal dari sekitar lokasi workshop, dan merupakan tanah galian untuk pembangunan Gedung Olah Raga Unika Widya Mandira Kupang

2.5.2.3 Pembuatan Adonan Bata Perbandingan campuran

Dalam eksperimen yang dilakukan, menggunakan 3 jenis perbandingan campuran yang berbeda untuk melihat perbandingan kekuatan dari masing-masing perbandingan. Adapun perbandingannya adalah, sebagai berikut:

Tabel 4. Perbandingan campuran yang dipakai

Benda Tanah Liat Kapur/tanah Jumlah

Uji putih Benda uji

A1 2 1 3 A2 2,5 1 3 A3 3 1 3 B1 2 1 3 B2 2,5 1 3 B3 3 1 3 Keterangan:

-.A = benda uji dari Lokasi 1 -.B= benda uji dari Lokasi 2

Mekanisme Pembuatan Adonan

Bahan-bahan/material yang sudah disiapkan, yaitu tanah liat dan kapur/tanah putih harus ditakar sesuai dengan rencana perbandingan yang telah dibuat. Semua bahan, kecuali air dicampur secara merata supaya menjadi campuran yang homogen dengan menggunakan sekop dan tangan. Setelah tercampur merata, ditambahkan air bersih sekitar 8 - 10% dari total adonan. Cara seperti ini disebut sebagai cara ½ kering.

Uji Kekuatan Tekan Bata

Bata yang akan diuji kekuatannya berjumlah total 23 biji, dengan rincian 18 biji melalui proses pematangan sedangkan 5 biji yang melalui proses pematangan dan pengovenan. Bata yang 18 biji diuji pada hari pertama, sedangkan sisa 5 bijinya diuji pada hari ke-3 menunggu pengovenan dan didinginkan dulu.

Bata sejumlah 18 biji dalam berbagai komposisi perbandingan campuran yang diuji ini, dimatangkan hanya dengan diangin-anginkan di bawah work-shop yang tidak berdinding selama 21 hari. Pengujian di laboratorium yang berjarak ± 5 km dari workshop ini, kuat tekan maksimal yang dapat dicapai adalah 17, 59 kg/cm².

Hasil Pengukuran Kuat Tekan Benda Uji yang Melalui Proses Pematangan Dan Pengovenan

Uji ini untuk melihat perbandingan kuat tekan benda uji yang hanya melalui proses pematangan biasa dengan kuat tekan benda uji yang dioven. Dari 5 benda yang dioven, salah satu benda uji mengalami keretakan, sehingga mendapatkan nilai kuat tekan yang sangat kecil yaitu 07,74 kg/cm². Kuat tekan maksimal yang dicapai adalah 38,69 kg/cm².

Tabel 5. Kuat tekan benda uji yang melalui proses pematangan dan pengovenan untuk mengurangi kadar air

Bata yang Berat Ukuran Kuat tekan

dioven untuk (kg) (p x l x t) (kg/cm²)

kurangi kadar air ( cm )

B 1 5,63 12 x 24,5 x 12 17,94

B 2 5,14 12 x 24,5 x 12 07,74

B 3 5,63 12 x 24,5 x 12 38,69

B 4 5,26 12 x 24,5 x 12 24,62

TS-121

Keterangan: B1= bata press uji 1 B2= bata press uji 2, dst

Bata diambil tanpa memperhatikan lokasi asal A atau B tetapi perbandingan campuran yang dipakai adalah 2:1

Pembahasan Hasil Uji Kuat Tekan Bata

Bata hasil eksperimen, menunjukan kuat tekan yang berbeda. Makin banyak kapur dalam campuran, menunjukan hasil kuat tekan yang makin besar. Kekuatannya bertambah saat benda-benda uji ini dioven untuk mengurangkan kadar air yang dikandung. Dalam hal ini berarti untuk menambah kuat tekan bata ada beberapa hal yang diperhatikan:

a. Menambah prosentase kapur ke dalam campuran, karena dari hasil kuat tekan, menunjukan peningkatan kekuatan

b. Bata ditunggu sampai benar-benar matang lebih dari 21 hari, di saat kadar airnya telah kering. Dari eksperimen pengovenan untuk menurunkan kadar airnya telah meningkatkan kekuatan tekannya.

c. Menambah agregat pasir di dalam adonan campuran setelah dihitung kandungan pasir di dalam tanah liat dan kapur/tanah putih. Dari penelitian, tanah dari lokasi B yang memiliki kandungan pasir lebih banyak menunjukan kuat tekan yang rata-rata lebih tinggi dari tanah lokasi A.

Diagram kuat tekan bata press dari lokasi A dan B yang melalui proses pematangan biasa selama 21 hari dan yang mengalami pengovenan. Tanah dari lokasi B menunjukan Berikut nilai kuat tekan yang pengovenan. Tanah dari lokasi B menunjukan nilai kuat tekan yang rata-rata lebih tinggi dari setiap tingkat perbandingan dari tanah lokasi A.

Walaupun yang melalui proses pematangan tidak memiliki kuat tekan yang tinggi, namun dalam pengujian kuat tekan bata ini tidak menjadi hancur total setelah melewati batas kekuatan yang mampu dipikulnya. Bata hanya mengalami retak-retak di sudut-sudutnya. Berbeda dengan yang dioven, mengalami kehancuran saat melampaui batas kekuatannya. Dari hasil pengukuran terlihat, setiap menambah, kapur/tanah putih sebesar 0,5 bagian akan menaikan nilai kuat tekan bata hasil penelitian. Bata dari lokasi A dan lokasi B mengalami peningkatan kekuatan rata-rata sebesar 27,2 %.

Gambar 1. Penguji kuat tekan dan bata yang telah diuji

3. KESIMPULAN

a. Dari percobaan yang telah dilakukan dan pembahasan terhadap bata tanah liat dengan penambahan kapur/ tanah putih maka dapat diambil kesimpulan; Dari hasil pengukuran terlihat, setiap menambah, kapur/tanah putih sebesar 0,5 bagian akan menaikan nilai kuat tekan bata hasil penelitian. Bata dari lokasi A dan lokasi B mengalami peningkatan kekuatan rata-rata sebesar 27,2 % .

b. Selain penambahan kapur , Pengovenan selama 24 jam dengan suhu 850 º C. Kuat tekan maksimal yang dicapai adalah 38,69 kg/cm.

c. Bata anah liat kapur memiliki kekuatan yang cukup untuk dapat dipergunakan dalam konstruksi, yaitu konstruksi dengan penopang/perkuatan. Sedangkan sebagai dinding pemikul, harus ada eksperimen lanjutan sampai memperoleh kuat tekan yang disyaratkan. Bata hasil penelitian dengan dengan perbandingan tanah liat dan kapur 1 : 2, dapat mencapai kuat tekan lebih dari 17 kg/cm² dan yang dicoba untuk lebih menurunkan kadar airnya

TS-122

d. Bata tanah liat kapur press adalah bahan yang memiliki sifat berkelanjutan karena ramah lingkungan, proses produksi dan penggunaannya menggunakan teknologi sederhana, bisa dikerjakan oleh masyarakat, tidak berbahaya bagi kesehatan serta sesuai dengan aspirasi masyarakat yang lebih menginginkan rumah yang berkesan ‘tembok’.

PUSTAKA

Bebhe, Kristiana. (2012). “Bata Tanah Liat Kapur Press Dengan Tambahan Rumput Savana dan Kotoran Sapi Sebagai Alternatif Bahan Dinding Ekologis di Kupang”. Jurnal Tekstur, Vol 01.

Bebhe, Kristiana. (2016). “Bata Yang Distabilisasi Dengan Semen Kupang,”. Jurnal Tekstur, Vol 03. Heinz Frick dan Ch. Koesmartadi. (2006). “Ilmu Bahan Bangunan”. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta.

Juwono,Subarjo dan Achmad Efendi. (1995). “Penelitian Tanah Liat Di Daerah Kalimantan Selatan Dan Jambi Sebagai Bahan Bangunan Bata Dan Genteng Keramik”. Jurnal Pemukiman Vol.XI No.1-2 edisi Januari-Pebruari 1995, Dep. PU.

Nande Maryuani Momon dan Lasino. (1993). “Bata Tanah Stabilisasi Dengan Bahan Penstabil Semen Pozolan Kapur”. Jurnal Pemukiman Vol. IX no.5-6 edisi Mei-Juni 1993, Dep. PU, 1993.

Noerwasito, Vincentius Totok. (2001). “Bata Lempung, Bahan bangunan dinding alternatif”. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol.29 No.2 Des 2001, hlm 134-140.

Randing. (1992). “Batu Buatan Yang Tidak Dibakar, Seri Pengetahuan Teknik Menengah, Hak Penerbitan Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan”. Bandung.

Suripto, M.A. (1992). “Teknologi Bahan Bangunan Dari Tanah Liat”. Balai Besar Industri Keramik, Bandung. .

Yayasan penyelidikan masalah bangunan. (1980). “Syarat-Syarat Untuk Kapur Bangunan Ni-7”. Penerbit Departemen PU, Direktorat Jendral Cipta Karya, 1980.

TS-123

REDUKSI UKURAN MODEL UNTUK ANALISIS DINAMIK DENGAN CARA KONDENSASI