• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Alelokimia Cyperus rotundus Allelochemical Compound Analysis of Cyperus rotundus

Abstrak

Analisis alelokimia C. rotundus dalam bentuk segar, kering, tepung dan kompos telah dilakukan pada bulan Februari 2012 dengan menggunakan GC-MS bertempat di Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan senyawa cyperene dan culmorin sebagai senyawa khas yang terdapat dalam C. rotundus hanya ditemukan pada C. rotundus segar dengan pelarut aquadest. Penelitian membuktikan C. rotundus mengandung senyawa fenolat dengan tingkat kelarutan di dalam air yang tinggi.

Kata kunci: alelokima, Cyperus rotundus Abstract

Allelochemical compound of fresh, dried, compost and flour of C. rotundus was analyzed at Regional Health Laboratory, DKI Jakarta in February 2012. The result showed that cyperene and culmorin were specific compounds, they were only found in fresh C. rotundus with aqudest solvent. The study showed that phenolic compounds from C. rotundus had high solubility in the water.

Pendahuluan

Tanaman banyak mengandung zat yang fungsinya belum jelas di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada umumnya zat tersebut dikenal dengan zat sekunder tanaman. Zat ini memegang peranan penting dalam interaksi antara spesies tanaman maupun antara tanaman dengan tanaman lain yang dikenal dengan istilah alelokimia. Alelokimia ini memegang peranan penting dalam mempertahankan suatu masyarakat tumbuhan ( Wattimena 1988).

Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ mungkin di akar, batang, daun, bunga atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokima merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tannin, asam sinamat dan derifatnya, asam benzoat dan derifatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino non protein, sulfide serta nukleosida (Einhellig 1996).

Alelokimia atau alelopati merupakan bentuk interaksi menguntungkan atau merugikan dari satu tumbuhan ke tumbuhan lain, baik tanaman maupun spesies gulma (Ferguson 2009). Alelopati dari tanaman dan gulma dapat dikeluarkan dalam bentuk eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ (decomposition), senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta melalui pencucian (leaching) dari organ bagian luar (Inderjit & Mukerji 2005). Salah satu gulma yang mengeluarkan alelopati adalah C. rotundus.

C. rotundus diketahui mengandung senyawa fenolat (Trimurti 1988). Elrokiek (2010) melakukan analisis kromatografi terhadap C. rotundus, menunjukkan bahwa tajuk Cyperus rotundus mengandung asam fenolat berikut: caffeat, ferulat, coumarat, benzoat, vanilat, klorogenat dan sinamat sedangkan umbi Cyperus rotundus mengandung hidroksibenzoat, caffeat, ferulat, vanilat dan klorogenik. Senyawa alelopati dihasilkan oleh tumbuhan bervariasi dipengaruhi keadaan lingkungan (Putnam 1984). Untuk mengetahui kandungan alelopati C. rotundus telah dilakukan analisis kandungan C. rotundus dalam bentuk segar, kering, kompos dan tepung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan alelokimia C. rotundus dalam bentuk ekstrak, segar, kering, kompos dan tepung.

81

Bahan dan Metode Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 bertempat di Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Cyperus rotundus

dalam bentuk segar kering, tepung, kompos, etanol 96% dan aquadest. Alat yang digunakan Agilent Technologies 6890 Gas Chromatograph with Auto Sampler and 5973 Mass Selective Detector and Chemstastion data System atau GC-MS (Lampiran 1).

Hasil dan Pe mbahasan

Analisis alelokimia dengan menggunakan Agilent Technologies 6890 Gas Chromatograph with Auto Sampler and 5973 Mass Selective Detector and Chemstastion data System atau GC-MS dengan metode yang disajikan pada (Lampiran 1) menemukan kandungan C. rotundus yang dianalisis menggunakan seluruh bagian baik umbi maupun tajuk (Tabel 26).

Tabel 26 menunjukkan hasil senyawa yang digolongkan kedalam senyawa fenolat dan senyawa dengan persentase tersbesar, diketahui cyperene dan

culmorin hanya ditemukan pada C. rotundus segar dengan pelarut aquadest, namun tidak ditemukan pada C. rotundus lainnya. Lawal & Oyedeji (2009); Elrokiek (2010) menyatakan C. rotundus mengandung senyawa fenolat diantaranya cyperene dan culmorin. Senyawa fenolat dengan kelarutan dalam air tinggi dilaporkan memiliki aktivitas alelopati yang rendah (Seigler 1996). Analisis alelokimia membuktikan C. rotundus mengandung senyawa fenolat yang larut dalam air sehingga hasil pengamatan aplikasi C. rotundus di lapang tidak menunjukkan fungsinya sebagai bioherbisida.

Tabel 26. Hasil analisis alelokimia C. rotundus

Kandungan C. rotundus

Aquadest etanol 96 %

segar segar kering kompos tepung

……….… %... 4-vinyl-2-methoxy-phenol 1.88 1.39 - - - Cedranone - - - 1.61 - Choles-5-en-3-ol (3.beta)-, propanoate(CAS) - - - - 2.91 Culmorin 1.81 - - - - Cyperene 0.73 - - - -

Furanmethanol (CAS) fulfuryl

alcohol - 3.06 - - -

Ethylcholest-5-en-3.beta,-ol,

Cholest-5-en 5.7 - - 12.69 -

Hexadecanoic acid 29.53 - 6.31 12.13 -

Jumlah seluruh senyawa yang

teridentifikasi 13 8 10 12 3

Dari Lampiran 2 diketahui analisis alelokimia yang menggunakan C. rotundus dengan pelarut aquadest mengandung 13 senyawa. Senyawa culmorin 1.81 %, cyperene 0.37, octadecenoic acid 3.26 %, octadecadienoic acid 11.71 dan tetracosahexaene sebesar 1.19 % hanya ditemukan pada C. rotundus segar dengan pelarut aquadest. Analisis alelokimia menunjukkan 88.65 % senyawa teridentifikasi pada C. rotundus dengan pelarut aquadest.

Hasil uji GC-MS mengidentifikasi C. rotundus dengan pelarut etanol diketahui mengandung 8 senyawa yang diidentifikasi dari C. rotundus segar, 10 senyawa pada C. rotundus kering, 12 senyawa ditemukan pada kompos dan 3 senyawa pada tepung C. rotundus (Lampiran 2).

Lampiran 2 menunjukkan C. rotundus segar dengan pelarut etanol mengandung 3.06 % furanmethanol, 36.56% furancarboxaldehyde, 1.24 % hydroxyfluoranthene, 1.56% methoxyacetophenone, 3.51 % tetradecanoic acid, dan 1.21% trimethylfuro yangt tidak ditemukan pada C. rotundus lainnya. C. rotundus kering diketahui mengandung beberapa senyaawa spesifik yaitu 1.16% methoxy methylbenzene , 0.96 % pentadecanone dan 11.19% phenylindolizine. Pada kompos C. rotundus diketahui mengandung 0.83% cyclopropaneoctanoic acid, 1.1% nonadecene dan 22.9% octadecadienoic acid, sedangkan pada tepung

83

C. rotundus ditemukan Choles-5-en 2.91% dan 2.88 % dimethyl 2,3 bis (1,3- dimethylindol-2-yl) yang tidak ditemukan pada C. rotundus lainnya.

Beberapa penelitian yang sejalan membuktikan terdapat perbedaan senyawa yang diidentifikasi dari C. rotundus. Fitria (2011) melakukan identifikasi terhadap C. rotundus dengan menggunakan GC-MS dan mengidentifikasi beberapa senyawa yang terkadung diantaranya: ketokes, linoleic acid, palmitic acid, fenol, sesquiterpennes, stearic acid dan steroid. Beberapa diantara senyawa tersebut juga ditemukan pada penelitian ini seperti linoleic acid, palmitic acid dan fenol. Qasem dan Foy (2001) mencatat senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh 75 jenis gulma yang telah dilaporkan diantaranya Cyperus rotundus adalah fenolat, vanilik, p-kumarat, asam siringat, skopolin, skopoletin, klorogenat, dan asam isoklorogenat. C. rotundus mengandung minyak esensial yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional. Minyak yang dihasilkan berbeda-beda tergantung daerah asal tumbuhan.

Putman (1984) menyatakan bahwa senyawa alelokimia yang dihasilkan tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, tempat tumbuh dan gangguan serta tekanan lingkungan yang dialami. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan senyawa alelopati, antara lain kualitas cahaya, lamanya penyinaran, kekurangan hara dan gangguan ketersediaan air. Jenis dan umur jaringan tumbuhan juga mempunyai pengaruh yang sangat penting karena alelokimia yang tersebar tidak merata dalam tumbuh-tumbuhan.

Perbedaan senyawa yang teridentifikasi pada C. rotundus ini diduga dikarenakan perbedaan proses pengolahan C. rotundus baik kering, kompos dan tepung. Proses pengolahan dan pengeringan diduga menyebabkan hilangnya atau rusaknya beberapa senyawa akibat panas dan digantikan senyawa lainnya begitu juga pengolahan kompos yang memicu terbentuknya beberapa senyawa sehingga hasil analisis GC-MS pada perlakuan ini mengidentifikasi senyawa-senyawa yang berbeda pada setiap perlakuan teki.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa senyawa yang tidak terdapat pada C. rotundus lain dan ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Senyawa culmorin, cyperene, octadecenoic acid, octadecadienoic acid dan tetracosahexaene hanya ditemukan pada C. rotundus segar dengan pelarut aquadest.

2. Senyawa furanmethanol, furancarboxaldehyde, hydroxyfluoranthene, methoxyacetophenone, tetradecanoic acid, dan trimethylfuro furanmethanol pada C. rotundus segar dengan pelarut etanol.

3. Senyawa methoxy methylbenzene, pentadecanone dan phenylindolizine pada C. rotundus kering dengan pelarut etanol.

4. Senyawa cyclopropaneoctanoic acid, nonadecene dan octadecadienoic acid pada kompos C. rotundus dengan pelarut etanol.

5. Choles-5-en dan dimethyl 2,3 bis (1,3-dimethylindol-2- yl) pada tepung C. rotundus dengan pelarut etanol.

6. Senyawa fenolat Cyperene dan culmorin sebagai senyawa khas yang dimiliki Cyperus rotundus hanya ditemukan dalam C. rotundus segar dengan pelarut aquadest.

Daftar Pustaka

Einhellig FA. 1996. Interactions involving allelopathy in cropping systems.

Agron J. 88:886-893.

El Rokiek KG, El- Din SAS, Sahara AS. 2010. Allelopathic behavior of Cyperus Rotundus L. on both Chorchorus Olitorius (broad leaved weed) and

Echinochloa Crus-Galli (grassy weed) assosiated with soybean. J. Plant Protection Res. 50:274-279.

Ferguson JJ, Rathinasabapathi B. 2009. Allelopathy: how plants suppress other plants. University Of Florida. Diakses pada http://edis.ifas.ufl.edu [11 Mei 2011].

Fitria Y. 2011. Pengaruh alelopati gulma Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides

85

tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) [Skripsi]. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortikultura, Intsitut Pertanian Bogor.

Inderjit, Mukerji KG. 2005. Allelochemicals: Biological Control Of Plant Patgogens and Disesaes . India : Springer.

Lawal OA, Oyedeji AO. 2009. Chemical composition of the essensial oils of

Cyperus rotundus L. from South Africa. J. Molecules. 14:2909-2917.

Putnam AR. 1984. Weed Allelophaty. in S.O. Duke (Ed). Weed Physiology : Reproduction and Ecophysiology. Florida: Boca Raton, CRC Press, Inc. 131-155p.

Qasem JR, Foy CL. 2001. Weed allelopathy, its ecological impacts and future prospects: a review. J. Crop Prod 4:43-119.

Seigler DS. 1996. Chemistry and mechanism of allelopathic interaction.

J.Agronomi. 88:876- 885.

Trimurti HW. 1988 Pengaruh ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus L.) Terhadap pertumbuhan kedelai (Glycine max (L) Merr.) [Tesis]. Bandung: Pascasarjana Departemen Biologi, ITB.

Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas. Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Zoghbi MDGB, Andrade EHA, Carreira LMM, Rocha EAS. 2008. Comparison of

the main components of the essensial oils of “priprioca” Cyperus articulatus

var articulatus L., Cyperus articulatus var. nodosus L. C. prolixus kunth and C. rotundus L. J. essesnt. Oil Res. 20:42-46.

87