Penelitian untuk mempelajari pengaruh pemberian biomassa C. rotundus
terhadap pertumbuhan dan perkembangan gulma berdaun lebar (Asystasia gangetica, Borreria alata dan Mimosa pigra) serta kedelai telah dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan Bawah, Darmaga, Bogor pada bulan Februari sampai Mei 2012. Percobaan menggunakan 12 t/ha bobot kering C. rotundus dalam bentuk ekstrak konsentrasi 1.0 kg/L(biomassa/aquadest), biomassa C. rotundus
segar dan kering dicampur dengan tanah, biomassa segar dan kering dihamparkan serta kompos dan tepung C. rotundus. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Hasil penelitian menunjukkan ap likasi biomassa C. rotundus tidak berpengaruh negatif terhadap indeks luas daun (ILD). Aplikasi C. rotundus diketahui menekan Laju asimilasi bersih (LAB) dan Laju tumbuh relatif (LTR) gulma dan kedelai pada pengamatan 5-7 MST namun tidak pada pengamatan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi biomassa C. rotundus
tidak nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan gulma serta kedelai. Kata Kunci: ekstrak Cyperus rotundus
Abstract
The experiment was conducted in Cikabayan Greenhouse, Darmaga, Bogor from February until May 2012 to study the effect of C. rotundus biomass on the growth and development for broadleaf weed control (Asystasia gangetica, Borreria alata and Mimosa pigra) and soybean. The experiment was conducted to determine the effect of 12 t/ha dried C. rotundus biomass found of 1.0kg/L concentration of C. rotundus extracts, mixed with fresh and dried C. rotundus biomass with soil, mulched of fresh and dried C. rotundus biomass, compost and flour of C. rotundus. The experiment were using randomized block design with single factor. The results showed the application of biomass C. rotundus have no effect to the leaf area index (LAI). Application of C. rotundus lower the net assimilation rate, relative growth rate weed and soybean in the 5-7 WAP (Weeks After Planting) but not in other observations. The result showed that application of C. rotundus have no effect on the growth and development of weeds and soybean.
Pendahuluan
Teki (Cyperus rotundus L.) merupakan gulma yang tersebar di seluruh dunia dan termasuk jenis gulma ganas. Teki (Cyperus rotundus L.) terdistribusi secara luas di seluruh daerah tropik dan subtropik (Iqbal 2008). Persaingan teki dengan tanaman di sekitarnya untuk mendapatkan faktor tumbuh berupa air, unsur hara, udara, cahaya dan ruang tumbuh dapat menurunkan produksi 41% pada pertanaman jagung danbegitu juga tanaman lain (Rizvi et al. 1992).
Trimurti (1988) menemukan ekstrak umbi teki mengandung senyawa fenolat. Analisis kromatografi terhadap C. rotundus menunjukkan bahwa tajuk
Cyperus rotundus mengandung asam fenolat yaitu: caffeat, ferulat, culmarat, benzoat, vanilat, klorogenat dan sinamat sedangkan umbi Cyperus rotundus
mengandung hidroksibenzoat, caffeat, ferulat, vanilat dan klorogenat (Elrokiek 2010). Menurut Sastroutomo (1990) senyawa fenolat dapat meracuni tanaman pokok di sekelilingnya dan menurunkan kualitas hasil.
C. rotundus dapat mengeluarkan senyawa penghambat pertumbuhan yang disebut alelopati. Rahayu (2003) menyatakan bahwa penggunaan bahan alami alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengendalian gulma dan berpotensi sebagai bioherbisida. Penggunaan senyawa alelopati dari tanaman, gulma, dan mikroorganisme lain dapat dimanfaatkan untuk pengendalian gulma, patogen, dan hama tanaman dalam mendukung teknologi budidaya tanaman ramah lingkungan (Junaedi etal. 2006).
Elrokiek (2010) menemukan Cyperus rotundus menekan pertumbuhan
Echinochloa crus-galli dan meningkatkan pertumbuhan kedelai. Palapa (2009) mengemukakan penggunakan ekstrak umbi (Cyperus rotundus) pada konsentrasi 150 g/L terbukti efektif menghambat pertumbuhan (Amaranthus spinosus). Mulyani (2010) menyatakan bahwa aplikasi mulsa Cyperus rotundus 200 g per polibag menekan pertumbuhan gulma berdaun lebar namun tidak berpengaruh negatif terhadap tanaman bawang merah. Syarifi (2010) menyatakan pemberian mulsa gulma Cyperus rotundus berpotensi alelopati terhadap tumbuhan berdaun lebar, termasuk gulma daun lebar dan kedelai.
Pemanfaatan ekstrak C. rotundus dengan konsentrasi 1.0 kg/L pada penelitian sebelumnya diketahui dapat menekan perkecambahan gulma berdaun
45
lebar (Asystasia gangetica, Borreria alata dan Mimosa pigra) dan tidak berpengaruh negatif terhadap tanaman kedelai. Menurut SEAMEO Biotrop (2011) Asystasia gangetica, Borreria alata dan Mimosa pigra merupakan gulma berdaun lebar yang akhir-akhir ini menimbulkan masalah dan mengancam keanekaragaman hayati, mendominasi di perkebunan, pertanian dan lahan non pertanian lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh pemberian biomassa C. rotundus dalam bentuk ekstrak, segar, kering, kompos dan tepung untuk pengendali gulma Asystasia gangetica, Borreria alata
dan Mimosa pigra dan sebagai perwakilan tanaman budidaya berdaun lebar digunakan tanaman kedelai.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian biomassa
C. rotundus dalam bentuk ekstrak, segar, kering, kompos dan tepung terhadap pertumbuhan dan perkembangan gulma berdaun lebar (Asystasia gangetica,
Mimosa pigra, Borreria alata)serta kedelai.
Bahan dan metode Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2012, bertempat di Rumah Kaca Cikabayan Bawah Dramaga, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain Cyperus rotundus, biji gulma Asystasia gangetica, Mimosa pigra, Borreria alata, benih kedelai varietas Anjasmoro, tanah, pupuk NPK, aquades, air. Alat yang digunakan adalah, polibag dengan ukuran 28 cm x 30 cm, gelas ukur, ember, oven, mesin penggiling label dan alat-alat tulis.
Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan dengan 4 percobaan terpisah menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu pemberian biomassa C. rotundus, 8 perlakuan dan 3 ulangan, untuk masing- masing tanaman uji Asystasia gangetica, Mimosa pigra, Borreria alata dan kedelai sehingga diperoleh 24
satuan percobaan untuk masing- masing tanaman uji. Perlakuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
C0 : Tanpa C. rotundus (kontrol)
C1 :Ekstrak C. rotundus konsentrasi 1.0 kg/L
C2 : C. rotundus segar dicampur dengan tanah
C3 : C. rotundus dikeringkan dicampur dengan tanah
C4 :C. rotundus segar dihamparkan di permukaan tanah
C5 : C. rotundus dikeringkan, dihamparkan di permukaan tanah
C6 : Kompos C. rotundus
C7 : Tepung C. rotundus
Konsentrasi ekstrak C. rotundus 1.0 kg/L ditentukan berdasarkan penelitian pengaruh ekstrak C. rotundus pada pengamatan perkecambahan, sedangkan perlakuan lain merujuk penelitian Maulana (2011) dengan menggunakan mulsa kering 6 ton/ha.
Persamaan umum statistik untuk percobaan ini adalah : Yij : µ + Ti+ βj+εij
Dimana : i : Cyperus rotundus ke- 1, 2, 3,…..7 j : ulangan ke - 1, 2, 3;
Yij : respon tanaman terhadap pemberian Cyperus rotundus ke-i dan
kelompok taraf ke-j; µ : rataan umum
Ti : pengaruh pemberian Cyperus rotundus ke- i
βj : pengaruh kelompok ke-j
εij : pengaruh acak dari perlakuan ke- i dan kelompok ke-j
Hasil analisis ragam yang berpengaruh nyata pada taraf 5 % selanjutnya di uji lanjut dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).
Pelaksanaan penelitian
Penyemaian gulma. Biji yang telah dipatahkan dormansinya yaitu dengan pembenaman dalam tanah selama 4 hari kedalaman 40 cm untuk B. alata dan perendaman dalam air panas 90 0C untuk M. pigra namun tidak untuk A. gangetica. Gulma yang telah dipatahkan dormansinya kemudian dikecambahkan
47
terlebih dahulu di kertas merang selama 3 hari, setelah itu dipindahkan ke dalam tray yang tanahnya dialas dengan potongan kain agar memudahkan pada saat pemindahan bibit ke polibag setelah disemai selama 14 hari (Gambar 14).
Gambar 14. Bibit Asystasia gangetica, Mimosa pigra dan Borreria alata siap tanam
Persiapan biomassa Cyperus rotundus. C. rotundus yang dipakai adalah yang telah masuk fase generatif dengan menggunakan seluruh bagian tajuk maupun umbi. Dosis C. rotundus yang digunakan merujuk pada penelitian Maulana (2011) yaitu 6 ton/ha mulsa kering. Setelah melakukan percobaan, untuk mendapatkan 100 g C. rotundus kering diperlukan 200 g C. rotundus segar, sehingga dosis segar per ha menjadi 12 ton dengan pengaplikasian C. rotundus
baik segar ataupun kering yang dicampur dan dihamparkan di atas permukaan tanah, kompos dan tepung C. rotundus.
Pembuatan ekstrak dengan konsentrasi 1.0 kg/L, memerlukan 1000 g C. rotundus (1/3 bagian umbi, 2/3 bagian daun) ditumbuk dengan menambah 1000 ml aquades (1 L) lalu dibiarkan ± 24 jam kemudian diperas dan disaring.
Tepung C. rotundus diperoleh dari C. rotundus yang dioven dengan suhu 40 0C selama 1 minggu kemudian digiling dengan mesin penggiling. C. rotundus
kering diperoleh dengan mengeringanginkan C. rotundus selama satu minggu, sedangkan kompos C. rotundus diperoleh dengan mengomposkan C. rotundus
selama 45 hari.
Persiapan media tanam. Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam dikeringanginkan, dibersihkan, diayak, lalu dimasukkan kedalam polibag sebanyak 6 kg tanah perpolibag.
Penanaman dan pemupukan. Penanaman dilakukan saat bibit berumur 14 hari dengan memindahkan bibit dari tray ke polibag yang tidak dilubangi. Untuk perlakuan pencampuran Cyperus rotundus yang telah dicacah baik segar ataupun
dikeringkan, dicampurkan dengan tanah sebelum proses penanaman. Perlakuan mulsa dan ekstrak C. rotundus diaplikasikan setelah bibit ditanam. Pemberian pupuk hanya dilakukan untuk kedelai pertama pada saat penanaman dan kedua saat umur 30 hari, sedangkan untuk gulma tidak dilakukan pemupukan.
Pemeliharaan. Untuk pemeliharaan dan mencegah kekeringan dilakukan penyiraman dengan menambahkan air sebanyak 400 ml setiap 1 kali 2 hari. Dosis penyiraman ini telah diukur seb elumnya dengan menghitung kapasitas lapang sebelum tanam dan menghitung kekurangan air setelah dua hari berikutnya.
Pengamatan. Pengamatan pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang yang dilakukan setiap minggu dimulai dari 2 MST (Minggu Setelah Tanam). Pengukuran LAB (laju asimilasi bersih), LTR (laju tumbuh relatif), indeks luas daun dan perhitungan jumlah bintil akar kedelai yang diukur pada minggu ke 4, 5, 6 dan 7MST. Bobot basah dan bobot kering seluruh bagian masing- masing tanaman uji dihitung saat akhir pengamatan.
Hasil dan Pe mbahasan
Pertumbuhan dan perkembangan A. gangetica pada perlakuan pembe rian C. rotundus
Perlakuan pemberian C. rotundus berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
Asystasia gangetica dari pengamatan 2 sampai 10 MST kecuali pada pengamatan 6 MST. Pada pengamatan 6 MST pemberian C. rotundus berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Tabel 11 menunjukkan aplikasi C. rotundus kering yang dibenamkan memiliki tinggi tanaman terbaik dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Aplikasi C. rotundus segar yang dicampur dengan tanah pada pengamatan 6 MST diketahui menekan tinggi gulma namun tidak pada minggu berikutnya. Pertambahan tinggi A. gangetica paling besar baik dengan aplikasi C. rotundus ataupun kontrol terdapat pada pengamatan 5 MST. Pemberian C. rotundus yang dikeringkan dicampur dengan tanah menghasilkan pertambahan tinggi terbesar yaitu 10.2 cm dan lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian C. rotundus secara keseluruhan diketahui tidak menekan tinggi Asystasia gangetica bila dibandingkan dengan kontrol.
49
Tabel 11. Tinggi A. gangetica pada perlakuan pemberian C. rotundus
Perlakuan Tinggi (cm) MST 2 3 4 5 6 7 8 10 C0 9.17 13.10 16.80 22.70 27.53 b 33.07 34.83 38.23 C1 8.97 11.90 14.67 19.26 23.83 bc 28.93 30.63 34.00 C2 8.50 12.00 14.80 18.83 21.80 c 30.50 31.33 33.37 C3 9.10 12.60 16.20 23.23 33.46 a 33.50 35.70 38.90 C4 8.40 12.23 14.93 20.26 26.33 bc 31.53 33.13 35.60 C5 9.53 13.03 16.43 21.00 25.13 bc 28.57 30.30 32.67 C6 9.40 13.63 15.00 19.23 24.87 bc 30.10 30.30 34.03 C7 9.17 13.40 15.80 19.07 24.27 bc 29.47 31.13 33.67
Keterangan: Angk a-angk a yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
k ontrol (Co), ek strak 1.0 kg/L (C1), segar dibenamkan (C2), k ering dibenamkan (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Aplikasi C. rotundus tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun A. gangetica kecuali pada pengamatan 4 MST. Pada pengamatan 4 MST, pemberian C. rotundus kering yang dihamparkan di permukaan tanah memiliki jumlah daun tertinggi (Tabel 12). Perlakuan tanpa pemberian C. rotundus (kontrol) secara keseluruhan memperlihatkan jumlah daun yang relatif sama dengan aplikasi C. rotundus pada pengamatan 2 sampai 10 MST. Penelitian membuktikan jumlah daun A. gangetica tidak tertekan dengan aplikasi C. rotundus.
Tabel 12. Jumlah daun A. gangetica pada perlakuan pemberian C. rotundus
Perlakuan Jumlah daun MST 2 3 4 5 6 7 8 10 C0 4.7 13.3 25.7 ab 40.7 82.0 110.0 133.0 147.6 C1 4.7 13.0 25.3 ab 41.7 71.3 98.7 116.3 134.6 C2 4.3 12.0 26.7 ab 44.0 61.3 111.6 117.6 129.3 C3 4.0 12.6 26.7 ab 41.7 70.0 109.6 137.3 158.3 C4 4.0 13.3 26.7 ab 41.7 86.3 114.3 118.0 124.0 C5 4.0 14.0 31.0 a 52.0 84.0 122.6 129.6 134.0 C6 4.7 13.3 21.3 b 41.0 65.6 99.0 121.3 132.0 C7 4.0 12.6 26.7 ab 38.7 61.0 102.3 113.0 127.3
Keterangan: Angk a-angk a yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
k ontrol (Co), ek strak 1.0 kg/L (C1), segar dibenamkan (C2), k ering dibenamkan (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Cabang A. gangetica mulai ditemukan pada pengamatan 3 MST (Tabel 13). Jumlah cabang A. gangetica diketahui terus meningkat dari pengamatan 3 sampai 10 MST, baik pada perlakuan kontrol maupun perlakuan dengan aplikasi
C. rotundus. Aplikasi C. rotundus memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata kecuali pada pengamatan 4 MST. Pengamatan 4 MST menunjukkan aplikasi
C. rotundus kering yang dihamparkan di permukaan tanah memiliki jumlah cabang tertinggi, sedangkan aplikasi kompos menekan jumlah cabang gulma dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan lainnya, namun penekanan ini tidak terlihat pada pengamatan selanjutnya.
Tabel 13. Jumlah cabang A. gangetica pada perlakuan pemberian C. rotundus
Perlakuan Jumlah cabang MST 3 4 5 6 7 8 10 C0 2.3 5.0 bc 7.0 10.0 16.3 18.0 20.7 C1 3.0 5.0 bc 6.0 10.7 13.3 16.3 20.3 C2 3.0 5.0 bc 7.0 10.7 15.3 16.3 18.3 C3 2.3 5.0 bc 6.7 9.3 17.7 20.0 22.3 C4 3.3 5.0 bc 6.7 13.7 17.0 17.7 19.0 C5 3.0 6.0 a 7.0 13.0 15.0 16.3 18.3 C6 3.7 4.7 c 6.0 11.3 15.3 16.7 19.0 C7 3.3 5.7 ab 6.7 11.0 15.7 16.7 17.7
Keterangan: Angk a-angk a yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
k ontrol (Co), ek strak 1.0 kg/L (C1), segar dibenamkan (C2), k ering dibenamkan (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Tabel 13 menunjukkan kenaikan jumlah cabang tertinggi pada perlakuan tanpa C. rotundus terlihat pada minggu ke 7, dimana terjadi kenaikan jumlah cabang sebesar 6.3. Perlakuan dengan aplikasi ekstrak C. rotundus konsentrasi 1.0 kg/L dan C. rotundus segar dicampur dengan tanah menyebabkan kenaikan jumlah cabang tertinggi pada pengamatan 10 MST sebesar 4 cabang. Aplikasi C. rotundus yang dikeringkan dicampur dengan tanah menghasilkan kenaikan tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, dimana kenaikan terjadi pada minggu ke 7 sebesar 8.3. Aplikasi C. rotundus kering yang dihamparkan di permukaan tanah serta kompos memiliki jumlah kenaikan cabang tertinggi pada minggu ke 6 ,
51
sedangkan aplikasi tepung menyebabkan pertambahan kenaikan tertinggi pada pengamatan 7 MST.
Indeks luas daun A. gangetica diketahui terus meningkat mulai dari pengamatan 4-7 MST. Indeks luas daun tertinggi ditemukan pada perlakuan C. rotundus yang dikeringkan dan dihamparkan di atas permukaan tanah. Perlakuan pemberian C. rotundus menghasilkan indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian C. rotundus (kontrol). Indeks luas daun tertinggi pada pengamatan 4-5 MST ditemukan dengan aplikasi C. rotundus segar yang dihamparkan di permukaan tanah, sedangkan pada minggu ke 7 indeks luas daun terbesar ditemukan pada perlakuan pemberian C. rotundus yang dikeringkan dan dihamparkan di permukaan tanah. Aplikasi teki diketahui tidak menekan indeks luas daun A. gangetica (Gambar 15).
Gambar 15. Indeks luas daun A. gangetica pada perlakuan pemberian C. rotundus Keterangan : k ontrol (Co), ek strak 1.0 k g/L (C1), segar dibenamk an (C2), k ering dibenamk an (C3),
segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Laju asimilasi bersih A. gangetica naik pada 5-6 MST dan kembali turun pada minggu ke 7 kecuali pada perlakuan C. rotundus segar yang dihamparkan di permukaan tanah. Perlakuan teki segar yang d ihamparkan di permukaan tanah
0 100 200 300 400 500 600 4 5 6 7 In d e k s lu a s d a u n (m m 2) Waktu (MST) Co C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7
memiliki laju asimilasi bersih yang terus meningkat dan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 16).
Gambar 16. Laju asimilasi bersih A. gangetica pada perlakuan pemberian C. rotundus
Keterangan : k ontrol (Co), ek strak 1.0 k g/L (C1), segar dibenamk an (C2), k ering dibenamk an (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Laju asimilasi bersih erat kaitannya dengan indeks luas daun tanaman. Gambar 16 menunjukkan peningkatan asimilasi pada 5-6 MST yang terjadi seiring dengan peningkatan indeks luas daun (Gambar 15). Laju asimilasi bersih diketahui menurun pada 6-7 MST. Penurunan laju asimilasi bersih ini disebabkan pada 6-7 MST gulma A. gangetica aktif memperbanyak cabang. Pertambahan cabang tertinggi ditemukan pada minggu ke 7 (Tabel 13) yang diduga menyebabkan penurunan laju asimilasi bersih gulma A. gangetica.
Gambar 17 menunjukkan pengamatan 5-6 MST memperlihatkan aplikasi biomassa C. rotundus menurunkan laju tumbuh relatif kecuali pada perlakuan kontrol, aplikasi ekstrak dan aplikasi C. rotundus segar yang dihamparkan di permukaan tanah. Pengamatan pada 6-7 MST memperlihatkan pemberian C.
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 4-5 MST 5-6 MST 6-7 MST L a ju a si m il a si b e r si h (g /c m 2/m in g g u ) Co C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 Waktu
53
rotundus segar dan dikeringkan yang dicampur dengan tanah serta tepung C. rotundus dapatmeningkatkan laju tumbuh relatif dibandingkan perlakuan lainnya.
Gambar 17. Laju tumbuh relatif A. gangetica pada perlakuan pemberian C. rotundus
Keterangan : k ontrol (Co), ek strak 1.0 k g/L (C1), segar dibenamk an (C2), k ering dibenamk an (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Perlakuan penghamparan C. rotundus yang dikeringkan dan kompos menyebabkan penurunan laju tumbuh relatif dari 4-7 MST (Gambar 17). Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Penurunan pertambahan jumlah daun, tinggi dan jumlah cabang menyebabkan penuruan laju tumbuh relatif gulma A. gangetica. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman (Gardner et al. 1991).
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4-5 MST 5-6 MST 6-7 MST L a ju t u m b u h r e la ti f (g /m in g g u ) Co C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 Waktu
Tabel 14. Bobot segar dan bobot kering A. gangetica pada perlakuan pemberian
C. rotundus
Perlakuan Bobot segar (g) Bobot kering (g)
Tajuk Akar Total Tajuk Akar Total
C0 110.67 37.27 b 147.93 29.07 5.34 34.41 C1 120.67 59.50 ab 180.17 32.16 14.25 46.48 C2 122.67 59.83 ab 182.5 31.41 10.91 41.66 C3 149.67 78.00 a 227.67 33.44 10.91 44.35 C4 196.50 41.67 b 211.17 38.79 10.45 48.24 C5 144.33 71.83 a 216.17 37.61 15.27 51.88 C6 78.37 41.00 b 119.37 23.61 9.51 32.12 C7 124.00 61.67 ab 185.67 33.14 10.82 53.96
Keterangan: Angk a-angk a yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
k ontrol (Co), ek strak 1.0 kg/L (C1), segar dibenamkan (C2), k ering dibenamkan (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Aplikasi C. rotundus memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot segar dan bobot kering A. gangetica kecuali pada pengamatan bobot segar akar (Tabel 14). Aplikasi biomassa C. rotundus yang dikeringkan dan dicampur serta di hamparkan di atas permukaan tanah menyebabkan bobot basah akar tertinggi dan berbeda nyata bila dibandingkan kontrol, namun bila dilihat secara statistik pelakuan C. rotundus lainnya memberikan notasi yang tidak jauh berbeda.
Prawiranata et al. (1981) menyatakan bahwa bobot kering tanaman mencerminkan nutrisi tanaman karena bobot kering tersebut tergantung pada fotosintesa. Bobot kering tanaman juga merupakan kemampuan tanaman untuk mengakumulasi bahan kering yang ditumpuk pada bagian atas tana man. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara bagi tanaman serta laju fotosintesis. Nilai bobot kering merupakan komposisi hara dari jaringan tanaman tanpa mengikutsertakan kandungan airnya dimana mencerminkan standar nutrisi makanan, karena bobot kering tergantung dari hasil fotosintesis yang terjadi pada tanaman. Hasil penelitian menujukkan bobot kering gulma tidak mengalami penurunan dengan adanya aplikasi C. rotundus. Hal ini membuktikan pemberian
C. rotundus tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan gulma A. gangetica.
55
Pertumbuhan dan perkembangan M. pigra pada perlakuan pembe rian C. rotundus
Aplikasi biomassa C. rotundus memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi gulma Mimosa pigra kecuali pada pengamatan 4 MST. Pada pengamatan 4 MST aplikasi teki berpengaruh nyata terhadap tinggi gulma. Pemberian C. rotundus diketahui dapat meningkatkan tinggi gulma M. pigra
(Tabel 15). Aplikasi C. rotundus yang dikeringkan dan dicampur dengan tanah memberikan tinggi terbaik dan berbeda nyata bila dibandingkan perlakuan lainnya. Aplikasi C. rotundus segar yang dicampur dan dihamparkan di atas permukaan tanah serta aplikasi kompos pada pengamatan 4 MST memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 15. Tinggi M. pigra pada perlakuan pemberian C. rotundus
Perlakuan Tinggi (cm) MST 2 3 4 5 6 7 8 10 C0 11.20 18.30 25.43 c 28.80 36.80 52.30 61.87 72.90 C1 12.10 20.50 29.03 b 32.80 43.10 58.20 66.23 81.03 C2 9.90 16.00 23.73 c 28.70 41.10 50.70 58.07 77.17 C3 13.80 22.20 34.33 a 37.40 52.60 57.50 60.60 87.17 C4 11.70 20.50 28.63 c 34.50 45.40 66.40 71.57 85.20 C5 11.30 19.70 29.73 b 31.50 43.70 57.00 64.90 82.50 C6 10.80 18.60 27.60 c 33.20 43.20 60.10 71.17 84.53 C7 12.10 19.60 29.63 b 32.00 42.90 55.70 61.50 76.40 Keterangan: Angk a-angk a yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
k ontrol (Co), ek strak 1.0 kg/L (C1), segar dibenamkan (C2), k ering dibenamkan (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Tabel 15 menunjukkan pemberian C. rotundus ekstrak, segar yang dihamparkan, kompos dan perlakuan kontrol mempunyai pertambahan tinggi terbesar pada pengamatan 7 MST, sedangkan perlakuan lain memiliki pertambahan tinggi terbesar pada pengamatan 10 MST. Aplikasi C. rotundus yang dikeringkan kemudian dicampur dengan tanah diketahui memiliki pertambahan tinggi terbaik yaitu 26.6 cm yang ditemukan pada pengamatan 10 MST dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pengamatan tinggi tanaman ini
membuktikan aplikasi biomassa C. rotundus tidak menekan tinggi M. pigra bila dibandingkan dengan kontrol.
Aplikasi C. rotundus memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun M. pigra kecuali pada pengamatan 5 MST (Tabel 16). Pengamatan 5 MST memperlihatkan pemberian C. rotundus meningkatkan jumlah daun. Jumlah daun tertinggi ditemukan pada perlakuan pemberian C. rotundus yang dikeringkan dan dicampurkan dengan tanah. Bila diamati pada minggu ke 10 jumlah daun terendah pada umumnya terdapat pada kontrol, sedangkan jumlah daun tertinggi ditemukan pada perlakuan aplikasi C. rotundus
segar yang dihamparkan di permukaan tanah dan pemberian tepung C. rotundus.
Tabel. 16 Jumlah daun Mimosa pigra pada perlakuan pemberian C. rotundus
Perlakuan Jumlah daun MST 2 3 4 5 6 7 8 10 C0 7.7 11.7 18.0 23.3 b 42.7 75.0 89.7 112.0 C1 8.7 13.3 20.0 30.3 ab 48.7 71.3 88.3 133.3 C2 6.3 11.3 19.0 26.0 b 49.3 71.0 88.0 121.3 C3 8.3 13.0 19.7 39.0 a 67.0 101.6 114.0 150.7 C4 8.3 13.0 21.0 28.0 b 58.0 90.0 103.3 156.3 C5 6.7 13.3 20.7 31.0 ab 53.0 82.0 101.6 137.7 C6 6.7 11.3 19.7 29.0 b 57.7 87.0 113.0 133.3 C7 8.3 13.7 20.3 24.3 b 58.3 102.6 119.6 156.7
Keterangan: Angk a-angk a yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %
k ontrol (Co), ek strak 1.0 kg/L (C1), segar dibenamkan (C2), k ering dibenamkan (C3), segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Pertambahan jumlah daun terbesar dengan perlakuan kontrol dan aplikasi tepung C. rotundus ditemukan pada pengamatan 7 MST sedangkan perlakuan lain memiliki pertambahan jumlah daun tertinggi pada pengamatan 10 MST. Pertambahan jumlah daun terbesar yaitu 53.0 cm ditemukan dengan aplikasi C. rotundus segar yang dihamparkan di atas permukaan tanah pada pengamatan 10 MST. Hal ini menunjukkan aplikasi teki tidak menekan jumlah daun gulma
Mimosa pigra.
Indeks luas daun M. pigra dengan pemberian C. rotundus diamati pada umur 4 sampai 7 MST. Hasil pengamatan menunjukkan aplikasi C. rotundus
57
Indeks luas daun semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur gulma. Gambar 18 memperlihatkan perlakuan aplikasi tepung C. rotundus menyebabkan indeks luas daun tertinggi pada pengamatan 7 MST, sedangkan kontrol memiliki indeks luas daun terendah bila dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil pengamatan menunjukkan aplikasi C. rotundus tidak menekan indeks luas daun gulma M. pigra bila dibandingkan dengan tanpa pemberian C. rotundus (kontrol).
Gambar 18. Indeks luas daun M. pigra pada perlakuan pemberian C. rotundus Keterangan : k ontrol (Co), ek strak 1.0 k g/L (C1), segar dibenamk an (C2), k ering dibenamk an (C3),
segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Laju asimilasi bersih diketahui mengalami penurunan dan kenaikan baik dengan aplikasi C. rotundus ataupun tanpa aplikasi (kontrol). Pemberian C. rotundus menekan laju asimilasi bersih gulma M. pigra pada pengamatan 5-6 MST kecuali dengan perlakuan C. rotundus segar yang dicampur dan dihamparkan di permukaan tanah (Gambar 19). Perlakuan pemberian C. rotundus
segar yang dicampur dan dihamparkan di permukaan tanah dapat meningkatkan laju asimilasi bersih yang diamati pada 5-6 MST, namun menurun pada 6-7 MST. Pengamatan 6-7 MST menunjukkan perlakuan tepung C. rotundus memiliki laju asimilasi bersih tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa
0 10 20 30 40 50 60 70 4 5 6 7 In d e k s lu a s d a u n (m m 2) Waktu (MST) Co C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7
aplikasi C. rotundus (kontrol) menunjukkan penurunan laju asimilasi bersih dari pengamatan 4-7 MST. Penurunan laju asimilasi bersih ini seiring dengan berkurangnya pertambahan jumlah daun dan pertambahan indeks luas daun sehingga memicu penuruan laju asimilasi bersih gulma.
Gambar 19. Laju asimilasi bersih M. pigra pada perlakuan pemberian C. rotundus Keterangan : k ontrol (Co), ek strak 1.0 k g/L (C1), segar dibenamk an (C2), k ering dibenamk an (C3),
segar dihamparkan (C4), k ering dihamparkan (C5), kompos (C6), tepung (C7)
Aplikasi C. rotundus menyebabkan kenaikan dan penurunan terhadap laju tumbuh relatif M. pigra. Aplikasi kompos C. rotundus menurunkan laju tumbuh relatif dari pengamatan 4-7 MST. Pemberian C. rotundus segar dan C. rotundus
yang dikeringkan serta dihamparkan dan pemberian C. rotundus segar yang dicampur dengan tanah begitupun kontrol memiliki laju tumbuh relatif yang meningkat pada pengamatan 5-6 MST namun menurun pada pengamatan 6-7 MST. Pengamatan pada Gambar 20 menunjukkan laju tumbuh relatif 6-7 MST dengan pemberian C. rotundus segar yang dikeringkan kemudian dicampur dengan tanah serta aplikasi tepung dan ekstrak C. rotundus, dapat meningkatkan laju tumbuh relatif. Laju tumbuh relatif tertinggi diperoleh dengan aplikasi
0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 4-5 MST 5-6 MST 6-7 MST L a ju a si m il a si b e r si h (g /c m 2/m in g g u ) Co C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 Waktu
59
tepung C. rotundus pada pengamatan 6-7 MST. Peningkatan laju tumbuh relatif dengan aplikasi tepung C. rotundus sejalan dengan peningkatan jumlah daun M.