• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap Analisis karakteristik fisik lingkungan dilakukan dengan membandingan

Dalam dokumen PUTRI WARDIASTAMA I0608008 (Halaman 116-119)

KOMPILASI DATA

5.3 Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Area Terlanda di Cilacap Tahun 2006 .1 Analisis Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006

5.3.2 Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap Analisis karakteristik fisik lingkungan dilakukan dengan membandingan

bentuk karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda dengan teori yang ada. Berikut akan dijelaskan secara lebih detail ke dalam tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 5.15 Asumsi Skoring Kekasaran Pantai

No Jenis Kekasaran Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami Skoring

1 Batu karang di teluk-teluk pantai Kurang peka 1

2 Tebing karang Agak peka 2

3 Rawa Peka 3

4 Pasir memanjang Sangat peka 4

Sumber : USDA-NRCS, 1986

Tabel 5.16 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Aman

Area Aman

Kelurahan Zona Bentuk Pantai Skoring

Karangkandri Zona 8 Datar lurus pasir memanjang 4

Menganti Zona 9 Datar lurus pasir memanjang 4

Mertasinga Zona 10 Datar lurus pasir memanjang 4

Tegalkamulyan Zona 11 Datar teluk berkarang 1

Cilacap Zona 12 Datar teluk berkarang 1

Tambakreja Zona 13 Curam dengan teluk berkarang 1

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012

Tabel 5.17 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda

Area Tidak Aman

Kelurahan Zona Bentuk Pantai Skoring

Jetis Zona 1 Datar lurus pasir memanjang 4

Sidaurip Zona 2 Datar lurus pasir memanjang 4

Widarapayung Wt Zona 3 Datar lurus pasir memanjang 4

Sidayu Zona 4 Datar lurus pasir memanjang 4

Widarapyung Kl Zona 5 Datar lurus pasir memanjang 4

Karangbenda Zona 6 Datar lurus pasir memanjang 4

Bunton Zona 7 Datar lurus pasir memanjang 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Fenomena karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda yaitu menunjukkan bahwa zona-zona pada area terlanda sebagian besar mempunyai bentuk pantai yang datar lurus memanjang dengan tutupan pantai berupa partikel pasir. Hanya terdapat tiga zona yang memiliki bentuk pantai berbeda. Zona 10 dan 11 mempunyai bentuk pantai teluk berkarang yang datar, sementara itu zona 13 mempunyai bentuk pantai teluk berkarang curam.

Dari hasil analisis skoring di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah terlanda (area aman maupun tidak aman) sangat peka terhadap bencana tsunami karena karakteristik pantainya merupakan pasir memanjang. 5.3.3 Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kabupaten Cilacap

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kompilasi data sebelumnya, ekosistem pantai yang terdapat di area terlanda secara pengamatan di lapangan maupun dari data sekunder tidak diketemukan adanya ekosistem pantai seperti mangrove dan rumput laut di area terlanda.

Seluruh ekosistem pantai berpusat di Segara Anakan yang letaknya di bagian dalam Nusakambangan. Hal tersebut mengartikan bahwa keberadaan ekosistem laut berada di luar wilayah penelitian. Di samping itu keberadaan ekosistem yang berada cukup jauh dari wilayah pesisir tidak dapat memberi pengaruh yang berarti terhadap kepekaannya pada terpaan bencana tsunami.

Tabel 5.18 Karakteristik Ekositem Laut Area Aman

Area Aman

Kelurahan Zona Ekosistem Skoring

Karangkandri Zona 8 Tidak ada 0

Menganti Zona 9 Tidak ada 0

Mertasinga Zona 10 Tidak ada 0

Tegalkamulyan Zona 11 Tidak ada 0

Cilacap Zona 12 Tidak ada 0

Tambakreja Zona 13 Tidak ada 0

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012

Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman

Area Tidak Aman

Kelurahan Zona Ekosistem Skoring

Jetis Zona 1 Tidak ada 0

Sidaurip Zona 2 Tidak ada 0

Widarapayung Wt Zona 3 Tidak ada 0

Sidayu Zona 4 Tidak ada 0

Widarapyung Kl Zona 5 Tidak ada 0

Karangbenda Zona 6 Tidak ada 0

Bunton Zona 7 Tidak ada 0

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Dengah kondisi di lapangan yang tidak mengindikasikan terdapat ekosistem laut pada area terlanda, maka data terkait area terlanda tidak dapat dimasukkan ke dalam perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan program SPSS. 5.3.4 Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006

Analisis jenis penggunaan lahan area terlanda tsunami pada tahun 2006 silam dilakukan dengan skoring luasan jenis penggunaan lahannya, dari yang paling luas terkena gelombang hingga yang paling sempit. Berikut skoring jenis penggunaan lahan pada 13 zona berdasarkan luasan

terbesarnya.

Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarkan Luasan

Jenis Penggunaan Lahan Luasan Dampak Skoring

Pasir Pantai Kecil 1

Permukiman Sedang 2

Ruang Terbuka Hijau (kebun, semak, rumput, rawa) Luas 3

Sawah Sangat Luas 4

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012

Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman

Area Aman

Kelurahan Zona TGPL Skoring

Karangkandri Zona 8 Sawah 4

Menganti Zona 9 Sawah 4

Mertasinga Zona 10 Sawah 4

Tegalkamulyan Zona 11 Sawah 4

Cilacap Zona 12 RTH 3

Tambakreja Zona 13 RTH 3

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012

Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman

Area Tidak Aman

Kelurahan Zona TGPL Skoring

Jetis Zona 1 Permukiman 2

Sidaurip Zona 2 RTH 3

Widarapayung Wt Zona 3 Sawah 4

Sidayu Zona 4 Sawah 4

Widarapyung Kl Zona 5 Sawah 4

Karangbenda Zona 6 RTH 3

Bunton Zona 7 Sawah 4

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012

Selain skoring, juga dilakukan analisis terkait perbandingan struktur penggunaan lahan eksisting dengan struktur penggunaan lahan yang seharusnya terdapat di kawasan pesisir (sesuai dengan Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang). Berikut uraian penjelasannya :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan

Struktur Penggunaan Lahan Yang Sesuai Struktur Penggunaan Lahan Yang Sebenarnya

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penggunaan lahan yang terkena terpaan tsunami terluas adalah sawah baik sawah tadah hujan, sawah irigasi maupun tegalan, sehingga kerugian yang ditimbulkan cukup banyak, mengingat nilai ekonomis dari persawahan sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat terlanda tsunami.

Padahal diketahui bahwa sesuai dengan standart pengaturan penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah, kawasan budidaya seharusnya terletak pada jarak 30-300 meter dari titik pasang tertinggi. Namun, pada kenyataannya, hampir mayoritas semua zona pada area aman maupun tidak aman penggunaan lahan untuk kawasan budidaya letaknya sangat berdekatan dengan titik pasang tertinggi.

5.3.5 Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir Dalam Penggunaan Lahan

Dalam dokumen PUTRI WARDIASTAMA I0608008 (Halaman 116-119)