• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTRI WARDIASTAMA I0608008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PUTRI WARDIASTAMA I0608008"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI AMAN

PADA KAWASAN TERLANDA TSUNAMI TAHUN 2006

DI KABUPATEN CILACAP

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai

Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh :

PUTRI WARDIASTAMA

I0608008

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

ii

PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI AMAN

PADA KAWASAN TERLANDA TSUNAMI TAHUN 2006

DI KABUPATEN CILACAP

Putri Wardiastama I 0608008

Menyetujui, Surakarta, Juli 2012

Pembimbing I

Ir. Soedwiwahjono, MT NIP. 19620306 199003 1 001

Pembimbing II

Istijabatul Aliyah, ST, MT NIP. 19690923 199702 2 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

(4)

commit to user

iii

ABSTRAK

Bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap tahun 2006 silam mendorong perlunya dilakukan langkah mitigasi sesuai dengan arahan Undang-Undang No.24 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa daerah yang ditetapkan sebagai daerah rawan bencana harus melakukan upaya penanggulangan bencana. Peraturan perundangan tersebut juga diperkuat oleh Undang-Undang No.27 tahun 2007 serta PP No.64 Tahun 2010. Upaya mitigasi yang ditekankan disini adalah mitigasi non struktural, dimana di dalam mitigasi non struktural tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. Dari beberapa langkah tersebut, salah satu langkah yang belum dilakukan oleh Pemkab Cilacap adalah penyusunan peraturan dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir. Karena muatan dari RTBL terdiri dari beberapa hal maka topik difokuskan pada muatan peruntukan lahan. Untuk dapat menjadikan penelitian ini sebagai input muatan peruntukan lahan pada RTBL Kawasan pesisir, maka perlu dilakukan analisis terkait karakteristik tsunami tahun 2006 yang meliputi karakteristik run up dan innudation dikaitkan dengan karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir di area terlanda tsunami di Cilacap yang terdiri dari karakteristik fisik lingkungan, ekosistem laut, jenis penggunaan lahan serta karakteristik masyarakat. Dengan melihat keterkaitan diantara kedua karakter khusus di daerah terlanda tsunami Cilacap tahun 2006 tersebut diharapkan mampu diperoleh faktor penentu lokasi aman dari bencana tsunami.

Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deduktif. Penelitian ini dideduksi dari teori yang telah dikumpulkan sebelumnya. Dalam hal ini teori yang digunakan adalah teori terkait bencana tsunami dan teori terkait penggunaan lahan kawasan pesisir perkotaan. Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini mencakup teknik analisis deskriptif yang digunakan dalam menjabarkan karakteristik bencana tsunami Cilacap tahun 2006 maupun karakteristik penggunaan lahan area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap tahun 2006. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi diantara kedua karakteristik tersebut. Analisis korelasi dilakukan pada masing-masing zona terlanda yang di dalam penelitian ini meliputi tigabelas zona. Namun, sebelum dilakukan analisis korelasi terlebih dahulu dilakukan pembagian area aman dan tidak aman berdasarkan dampak tsunami yang ditimbulkan tahun 2006 silam. Sehingga analisis korelasi dilakukan pada area aman dan area tidak aman dengan menggunakan teknik analisisi korelasi Spearman’s.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang searah antara karakteristik bencana tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan. Korelasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (1) semakin rendah kelerengan suatu daerah pesisir maka akan sangat peka terhadap ketinggian serta jarak landaan gelombang tsunami, (2) semakin rendah topografi suatu daerah pesisir maka akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami, (3) jenis penggunaan lahan yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya turbulensi gelombang tsumai sehingga gelombang tsunami akan menyebar ke dalam daratan, (4) karakteristik fisik lingkungan akan sangat peka terhadap ketinggian dan jarak landaan tsunami jika mempunyai bentuk datar memanjang dan berpasir.

Dengan melihat hasil penelitian bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah terlanda tsunami tahun 2006 silam maka perlu dilakukan zonasi ulang penggunaan lahan agar lebih terstruktur serta perlu dilakukan upaya perencanaan teknis terkait bangunan yang diletakkan pada tapak yang lebih tinggi maupun pembuatan batu-batu di tepi pantai yang berguna sebagai pelambat arus gelombang tsunami.

(5)

commit to user

iv ABSTRACT

The existence of the tsunami that struck Cilacap in the last 2006 prompted the government to carry out mitigation measures in accordance with the directives of Act No.24 of 2007, which states that area s designated as disa ster-prone areas have to do disaster relief efforts. The legislation also strengthened by the Act No.27 of 2007 and Government Regulation No.64 of 2010. Mitigation measures that empha sized in here is the non-structural mitigation, which in the non-structural mitigation, there a re several steps that must be done by Cilacap Government. Of these steps, one step is not performed by Cilacap government, that is drafting legislation and Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Because RTBL contain many aspects, the topic focused on land use topic. To be able to make this research as an input topic of land use in the Coastal Zone RTBL, needs to analyze the characteristics of the tsunami in 2006, which includes the run-up and innudation characteristics a ssociated with characteristics of coastal land use in area s devastated by the tsunami in Cilacap. Characteristics of land use consists the physical characteristics of the environment, marine ecosystem, types of land use and community characteristics. By looking at the relationship between the two characters in the devastated area in 2006 Cilacap’s tsunami is expected to obtain the location determinants of safe of the tsunami disaster.

The approach used in this resea rch is deductive a pproach. This resea rch is deduced from the theory that has been collected previously. In this case the theory is related to tsunami and urban coa stal area s land use. Analytical techniques used in conducting this research includes descriptive analysis techniques, that techniques used in describing the characteristics of 2006

Cilacap’s tsunami and land use characteristics of area devastated by 2006 tsunami. Then

perform a correlation analysis between two cha racteristics. Correlation analysis performed on each of the devastated zone, in this study includes thirteen zones. Before perform correlation analysis, this research divide area into safe and unsafe areas based on 2006 tsunami. The correlation analysis performed on the safe area and unsafe area by using Spearman's correlation analysis.

The results showed that there is a direct correlation between the characteristics of tsunami with land use characteristics. The correlation can be seen as follows: (1) the lower the slope of a coastal area it will be very sensitive to height and distance of tsunami waves, (2) the lower topographic of a coastal area it will be very sensitive to the height of tsunami wa ves, (3) unstructured land use will result turbulence in tsunami wave so that tsunami waves will spread to the mainland (4) the physical characteristics environment will be very sensitive to the height and distance of tsunami if it has forms of elongated flat and sandy.

By looking at the resea rch result, it is necessary to do rezoning of land use to be more structured, do a technical planning related to the building that placed in higher site, and making artificial rocks on the beach in order to slow down tsunami waves.

(6)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah

diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir dengan judul “Analisis Faktor Penentu Lokasi Aman Pada Kawasan Terlanda Tsunami Tahun 2006 Pada Kabupaten Cilacap” dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kesehatan, rizky dan nikmat-Nya. 2. Kedua Orang tua tercinta yang selalu menyertai dengan doa dan dukungan baik secara

moril maupun materil.

3. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

4. Ir. Galing Yudana, MT, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

5. Ir. Soedwiwahjono, MT, selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan tugas akhir ini. 6. Istijabatul Aliyah, ST, MT, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak

masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

7. Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.d, selaku penguji pertama yang telah banyak memberi masukan yang membangun pada tersusunnya tugas akhir ini.

8. Rr. Ratri W, ST, MT, selaku penguji kedua yang telah banyak memberi masukan yang membangun pada tersusunnya tugas akhir ini.

9. Isti Andini, ST, MT, yang telah banyak membantu Penulis melakukan penyusunan tugas akhir ini serta selalu memberikan support kepada Penulis.

10. Hamzah Syafroedin, ST, MM, selaku Kepala Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Kabupaten Cilacap .

11. Bapak Herman selaku Sekretaris BPBD Cilacap yang sangat membantu dalam hal perijinan dan pencarian data.

12. Bapak Kun selaku Kabid Mitigasi BPBD Cilacap yang telah memberi arahan, bimbingan serta kemudahan dalam mencari data-data yang dibutuhkan.

13. BMKG Cilacap yang telah memberi kemudahan dalam mengakses data yang dibutuhkan. 14. Dr.-Ing.Widjo Kongko, selaku Kepala Bidang Proses dan Teknik Lingkungan BPPT

(7)

commit to user

vi

15. Ibu Cici, Bapak Agus dan Bapak Arif selaku staf Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah yang senantiasa memberi kemudahan dalam pencarian data.

16. Para karyawana Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Cilacap yang senantiasa membantu dalam memberikan perijinan.

17. Bapak Kelik yang bekerja di Dinas Perhubungan Cilacap yang telah membantu dalam pencarian data.

18. Keluarga Riyan Ilham yang bersedia memberi tumpangan hidup selama dilakukannya proses pencarian data serta banyak memberi bantuan dalam banyak hal terkait tugas akhir ini.

19. Adryan Aji yang selalu memberikan support dan bantuan serta selalu siaga di dalam

proses penyusunan tugas akhir ini.

20. Didit “Madrid” Puryanto, Yuli Nurhidayah, Tole Alfi, Ayu Naimma, Lolita, Adit, Gian

Wicakso, Ramdhan Hendardi, Kenya Giovani, Anita Briana, Pramudya, Nursita yang selalu memberi dukungan di saat Penulis merasa putus asa.

21. Anisa Febrina, Intan Savira, Amallia Ardana, Elyta Rahmi, Cinandhi Nurmega, Irma Febrianti yang selalu memberi support, semangat dan sandaran kepada Penulis.

22. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di kemudian hari. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(8)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Cover ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan ... 4

1.3.2 Sasaran ... 4

1.4 Keluaran Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Praktis ... 5

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 5

1.6 Ruang Lingkup ... 5

1.6.1 Ruang Lingkup Spasial ... 5

1.6.2 Ruang Lingkup Substansi ... 6

1.7 Posisi Penelitian ... 6

1.8 Kerangka Pikir ... 8

BAB II KAJIAN LITERATUR ... 9

2.1 Bencana Tsunami ... 9

2.2 Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami ... 15

2.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan di Indonesia ... 15

2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir ... 15

2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir ... 16

2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ... 18

2.4 Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia... 20

2.4.1 Klasifikasi Masyarakat ... 20

2.4.2 Karakteristik Masyarakat ... 21

2.5 Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ... 22

2.6 Korelasi Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir... 22

2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai ... 22

2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai ... 23

2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan Agar Aman dari Bencana Tsunami ... 23

2.7 Pemanfaatan Lahan Tepi Pantai ... 28

2.8 Kerangka Teori ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Pendekatan Penelitian ... 32

3.2 Jenis Penelitian ... 32

3.3 Variabel Penelitian ... 33

3.4 Kerangka Analisis ... 34

(9)

commit to user

4.1 Gambaran Umum Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ... 47

4.2 Karakteristik Bencana Tsunami di Kab. Cilacap Tahun 2006... 50

4.2.1 Penyebab Tsunami Cilacap Tahun 2006... 50

4.2.2 Karakteristik Run up Tsunami Cilacap Tahun 2006 ... 52

4.2.3 Karakteristik Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006... 55

4.2.4 Run up dan Innudation Tiap Zona Terlanda di Kab.Cilacap ... 57

4.3 Karakteristik Penggunaan Lahan Daerah Rawan Tsunami Tahun 2006 ... 65

4.3.1 Karakteristik Topografi dan Kelerengan ... 65

5.1 Analisis Dampak Area Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 ... 92

5.2 Analisis Karakteristik Tsunami di Aera Terlanda Cilacap Th 2006 ... 95

5.2.1 Analisis Run up Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th 2006 ... 95

5.2.2 Analisis Innudation Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th 2006 ... 96

5.3 Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami di Cilacap Tahun 2006 ... 97

5.3.1 Analisis Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Kab. Cilacap ... 97

5.3.2 Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap ... 99

5.3.3 Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kab. Cilacap ... 100

5.3.4 Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Th.2006 ... 101

5.3.5 Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir dalam Penggunaan Lahan ... 102

5.4 Analisis Korelasi Karakteristik Tsunami dan Penggunaan Lahan di AreaTerlanda Cilacap Tahun 2006 ... 104

5.5 Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami ... 107

BAB VI PENUTUP ... 110

6.1 Kesimpulan ... 110

6.2 Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(10)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Posisi Penelitian ... 7

Tabel 2.1 Skala Intensitas Kerusakan Run up ... 13

Tabel 2.2 Korelasi Ketinggian, Intensitas dan Kelas Tsunami ... 14

Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up) ... 14

Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasarkam Jarak Limpasan ... 15

Tabel 2.5 Klasifikasi Masyarakat ... 20

Tabel 2.6 Kelerengan Pantai ... 22

Tabel 2.7 Kekasaran Pantai ... 23

Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami ... 24

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Terpilih ... 33

Tabel 3.2 Analisis dan Kebutuhan Data ... 37

Tabel 3.3 Iterasi dan Jumlah Sampel ... 41

Tabel 3.4 Sampel Kelompok Terpaan Tsunami ... 41

Tabel 3.5 Sampel Tiap Morfologi... 42

Tabel 3.6 Arah Analisis Korelasi ... 46

Tabel 4.1 Luasan Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006... 48

Tabel 4.2 Data Run up Tsunami Pada Juli 2006 Kabupaten Cilacap ... 52

Tabel 4.3 Data Innudation Tsunami Pada Juli 2006 Kab. Cilacap ... 55

Tabel 4.4 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ... 66

Tabel 4.5 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ... 66

Tabel 4.6 Morfologi Pantai Zona Terlanda Tsunami 2006 ... 70

Tabel 4.7 Penggunaan Lahan Daerah Terlanda Tsunami 2006 ... 73

Tabel 4.8 Penggunaan Lahan Zona 1 ... 75

Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Zona 2 ... 76

Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Zona 3 ... 77

Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Zona 4 ... 78

Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Zona 5 ... 79

Tabel 4.13 Penggunaan Lahan Zona 6 ... 80

Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Zona 7 ... 81

Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Zona 8 ... 82

Tabel 4.16 Penggunaan Lahan Zona 9 ... 83

Tabel 4.17 Penggunaan Lahan Zona 10 ... 84

Tabel 4.18 Penggunaan Lahan Zona 11 ... 85

Tabel 4.19 Penggunaan Lahan Zona 12 ... 86

Tabel 4.20 Penggunaan Lahan Zona 13 ... 87

Tabel 4.21 Korban Jiwa Tsunami Cilacap Tahun 2006 ... 90

Tabel 5.1 Pembagian Area Terdampak ... 92

Tabel 5.2 Pembagian Area Terdampak dan Luasannya ... 95

Tabel 5.3 Teori dan Skoring Ketinggian Run up ... 95

Tabel 5.4 Karakteristik Run up AreaAman ... 95

Tabel 5.5 Karakteristik Run up Area Tidak Aman ... 95

Tabel 5.6 Klasifikasi dan Skoring Tsunami Berdasarkan Jarak Limpasan ... 96

Tabel 5.7 Karakteristik Innudation Area Aman ... 96

Tabel 5.8 Karakteristik Innudation Area Tidak Aman ... 97

Tabel 5.9 Asumsi Skoring Topografi Area Terlanda... 97

Tabel 5.10 Asumsi Skoring Kelerengan Pantai ... 98

Tabel 5.11 Karakteristik Ketinggian Area Aman ... 98

(11)

commit to user

x

Tabel 5.13 Karakteriktik Kelerengan Area Aman ... 98

Tabel 5.14 Karakteristik Kelerengan Area Tidak Aman ... 98

Tabel 5.15 Asumsi Skoring Kekasaran Pantai ... 99

Tabel 5.16 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Aman ... 99

Tabel 5.17 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Tidak Aman ... 99

Tabel 5.18 Karakteristik Ekosistem Laut Area Aman ... 100

Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman ... 100

Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarakan Luasan ... 101

Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman ... 101

Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman ... 101

Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan ... 102

(12)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Lokus Penelitian ... 6

Gambar 1.2 Kerangka Pikir ... 8

Gambar 2.1 Karakteristik Penjalaran Tsunami... 10

Gambar 2.2 Proses Tsunami Akibat Gerakan Tanah ... 11

Gambar 2.3 Simulasi Gelombang Akibat Letusan Gunung Api ... 12

Gambar 2.4 Proses Longsoran ... 12

Gambar 2.5 Ilustrasi Meteor Jatuh ke Bumi... 12

Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir ... 16

Gambar 2.7 Konsep Teoritis Pentaan Ruang Kota Pesisir ... 23

Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai ... 25

Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan... 26

Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar ... 26

Gambar 2.11 Perkampungan Tidan Aman Dengan Pola Tidak Beraturan ... 26

Gambar 2.12 Pantai Berbentuk Teluk Kurang Baik untuk Permukiman ... 26

Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai ... 27

Gambar 2.14 Kerangka Teori ... 31

Gambar 3.1Kerangka Analisis ... 34

Gambar 3.2 Daerah Populasi ... 39

Gambar 3.3 Daerah Sampel ... 42

Gambar 4.1 Peta Kunci Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ... 48

Gambar 4.2 Run up dan Innudation Zona 1 ... 57

Gambar 4.15 Morfologi Pantai Kabupaten Cilacap ... 69

Gambar 4.16 Hutan Mangrove Segara Anakan ... 72

Gambar 4.17 Peta Penggunaan Lahan Zona 1... 75

Gambar 4.18 Peta Penggunaan Lahan Zona 2... 76

Gambar 4.19 Peta Penggunaan Lahan Zona 3... 77

Gambar 4.20 Peta Penggunaan Lahan Zona 4... 78

Gambar 4.21 Peta Penggunaan Lahan Zona 5... 79

Gambar 4.22 Peta Penggunaan Lahan Zona 6... 80

Gambar 4.23 Peta Penggunaan Lahan Zona 7... 81

Gambar 4.24 Peta Penggunaan Lahan Zona 8... 82

Gambar 4.25 Peta Penggunaan Lahan Zona 9... 83

Gambar 4.26 Peta Penggunaan Lahan Zona 10 ... 84

Gambar 4.27 Peta Penggunaan Lahan Zona 11 ... 85

Gambar 4.28 Peta Penggunaan Lahan Zona 12 ... 86

(13)

commit to user

xii

Gambar 4.30 Kondisi Pantai Widarapayung Saat Terkena Tsunami tahun 2006 ... 90

Gambar 4.31 Kondisi Pantai Muara Kaliyasa ... 91

Gambar 4.32 Rekaman Gelombang di Satu Sisi PLTU Mertasinga... 91

Gambar 5.1 Proporsi Alasan Memilih Tempat Tinggal ... 103

Gambar 5.2 Pemahaman Bencana Tsunami ... 104

Gambar 5.3 Hasil SPSS Korelasi Area Aman ... 105

(14)

commit to user

xiii

DAFTAR PETA

Halaman

Peta 1 Daerah Terlanda Tsunami Kabupaten Cilacap Tahun 2006 ... 49

Peta 2 Titik Gempa Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ... 51

Peta 3 Titik Run up Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ... 54

Peta 4 Titik Innudation Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ... 56

Peta 5 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ... 67

Peta 6 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ... 68

Peta 7 Morfologi Pantai Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ... 71

Peta 8 Penggunaan Lahan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab.Cilacap Th 2006 ... 88

(15)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Populasi Delapan Kecamatan Daerah Rawan Tsunami di Kab. Cilacap ... 115

Lampiran 2 Identifikasi Populasi Kelurahan Terlanda di Kab. Cilacap ... 116

Lampiran 3 Identifikasi Populasi Kelurahan Tidak Terlanda di Kab.Cilacap ... 117

Lampiran 4 Identifikasi Sampel Kelurahan Terlanda di Kab.Cilacap ... 118

Lampiran 5 Identifikasi Sampel Kelurahan Tidak Terlanda di Kab.Cilacap ... 119

Lampiran 6 Lembar Kuisioner dan wawancara ... 120

Lampiran 7 Skoring Karakter Sosial Kemasyarakatan Pesisir Cilacap ... 125

Lampiran 8 Koordinat Run up Tsunami Cilacap Tahun 2006 ... 130

Lampiran 9 Koordinat Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006 ... 132

Lampiran 10 Perhitungan Spearman’s Area Aman ... 134

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keunikan tersendiri, hal tersebut dikarenakan busur kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi tiga lempeng yaitu lempeng Samudra Hindia, Pasifik dan Eurasia. Dengan keberadaan ketiga lempeng yang terdapat di wilayah Indonesia tersebut maka Indonesia selain mempunyai potensi sumber daya mineral serta sumber daya energi juga mempunyai ancaman bencana yaitu bencana geologi. Bencana geologi yang membayangi wilayah Indonesia tersebut adalah letusan gunung berapi, gempa bumi dan tsunami, namun secara khusus akan dibahas terkait dengan bencana tsunami yang merupakan tema terpilih mengingat wilayah Indonesia yang sebagian besar berbatasan dengan laut.

Menurut Sudrajat dalam Zakaria (1996) terdapat enam kelompok wilayah di Indonesia yang termasuk ke dalam pesisir rawan tsunami, seperti kelompok pantai barat Sumatra dan Selatan Jawa, kelompok pantai NTB, kelompok pantai Laut Banda, kelompok pantai Sulawesi Utara dan Maluku Utara, kelompok pantai barat Sulawesi dan pantai timur Kalimanan Timur serta pantai di Irian Utara. Banyaknya wilayah Indonesia yang

termasuk ke dalam pesisir rawan tsunami tersebut disebabkan letak Indonesia di daerah rawan bahaya tsunami di Kawasan Pasifik. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Cilacap, dimana wilayah ini merupakan salah satu daerah yang berisko tinggi terhadap bahaya tsunami di Indonesia. Salah satu peristiwa tsunami di masa lalu yang menimpa

Kabupaten Cilacap atau lebih dikenal dengan Bencana Tsunami Pangandaran terjadi pada 17 Juli 2006, dimana tsunami tersebut diawali dengan gempa bumi.

Meski tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam tidak sebesar seperti tsunami di Aceh, namun dampak yang ditimbulkan ternyata juga tidak kecil, yaitu berupa korban sumber daya manusia yang menewaskan 160 jiwa di 14 kecamatan, kerusakan sumber daya alam yaitu berupa kerusakan pantai serta kerusakan infrastruktur yaitu rusaknya dermaga-dermaga nelayan (sumber : hasil wa wancara penduduk).

(17)

commit to user

2

pembahasan kali ini akan ditekankan pada pra bencana karena dengan upaya kesiapan yang matang dalam menghadapi bencana diharapkan dampak yang timbul saat bencana terjadi dapat diminimalisir.

Upaya pra bencana yang akan dikupas adalah upaya mitigasi, karena upaya mitigasi lebih bersifat tegas dan sudah diatur dalam peraturan perundangan. Mitigasi menurut Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai arti sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun non struktural atau nonfisik melalui penongkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir atau pulau-pulau kecil. Upaya mitigasi sendiri sesuai dengan PP No. 64 Tahun

2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terbagi menjadi dua, mitigasi struktural dan non struktural.

Sementara itu untuk bagian penyusunan tata ruang pada mitigasi non struktural didetailkan kedalam tiga tahap proses penataan ruang (sesuai dengan Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang), yaitu tahapan perencanaan, pemanfaatan ruang serta tahap pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga tahapan tersebut harus dilaksanakan secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong untuk mengurangi resiko bencana yang terdapat pada suatu daerah rawan bencana tertentu. Dengan melihat upaya mitigasi non struktural (tahapan proses penataan ruang pada daerah rawan bencana) terkait penyusunan tata ruang kawasan rawan bencana tsunami secara normatif dengan upaya mitigasi yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Cilacap, maka penelitian akan menyorot pada upaya-upaya yang belum dilakukan Kabupaten Cilacap serta memiliki nilai kemendesakan tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong terwujudnya upaya mitigasi bencana tsunami secara keseluruhan di Kabupaten Cilacap pada umumnya serta pada daerah terlanda tsunami pada khususnya. Daerah yang dianggap rawan bencana tsunami tersebut telah ditetapkan pada RTRW

Kabupaten Cilacap yaitu terdiri dari delapan kecamatan, Nusawungu, Binangun, Adipala, Kasugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kampung Laut.

Salah satu upaya yang belum dilakukan adalah Penyusunan Peraturan dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dimana penyusunan peraturan dan RTBL dianggap

(18)

commit to user

3

rencana tata bangunan dan lingkungan di kawasan pesisir rawan bencana Kabupaten Cilacap.

Dari uraian topik yaitu upaya persiapan dalam mewujudkan penyusunan peraturan dan RTBL, maka dapat dikaji secara mendalam lagi untuk memperoleh rumusan masalah dari topik tersebut. Dengan melihat komponen pokok didalam pembahsan RTBL yang terdiri dari :

1. Struktur peruntukan lahan 2. Intensitas pemanfaatan lahan 3. Tata bangunan

4. Sistem sirkulasi dan jalur pwnghubung

5. Sistem ruang terbuka dan tata hijau 6. Tata kualitas lingkungan

7. Sistem prasaranan dan utilitas lingkungan

Dari tujuh poin yang dapat dijadikan sebagai alternatif penelitian, terpilih poin pertama yaitu struktur Peruntukan lahan. Hal tersebut dikarenakan struktur Peruntukan lahan merupakan satu komponen yang mendasari komponen lainnya serta bersifat non struktural. Terkait untuk merekomendasikan tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan khususnya untuk komponen struktur Peruntukan lahan maka akan dilakukan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan lahan di kawasan pesisir yang akan dikorelasikan dengan histori bencana tsunami yang permah melanda Cilacap.

Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk aktivitas ekonomi masyarakat serta interaksi secara ruang dan waktu. Dinamika perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (jumlah dan distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik seperti topografi, jenis tanah dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157). Menurut Dahuri et al (2001:122) kegiatan pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir

meliputi pembangunan kawasan permukiman, kegiatan industri, kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari serta konservasi hutan. Mengingat sangat beragamnya penggunaan lahan kawasan pesisir maka perlu dilakukan pengidentifikasian penggunaan lahan yang terdapat di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap. Penelitian ini akan

(19)

commit to user

4 1.2Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dari penelitian ini adalah “Apa saja faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006?”

1.3Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan seperti berikut ini :

1. Mengidentifikasikan karakteristik tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap tahun 2006

2. Mengidentifikasi karakteristik penggunaan lahan di kawasan terlanda bencana tsunami Kabupaten Cilacap sesuai dengan aktivitas yang telah berkembang pada tahun 2006

3. Mengkorelasikan karakter bencana tsunami pada tahun 2006 dengan penggunaan lahan daerah terlanda tsunami tahun 2006 untuk mengetahui komposisi faktor penentuan lokasi aman

1.3.2 Sasaran

Sasaran dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Teridentifikasinya karakteristik run up tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006

2. Teridentifikasinya karakteristik jarak landaan (innudation) tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006

3. Teridentifikasinya karakteristik fisik lingkungan (bentuk pantai) kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap

4. Teridentifikasinya karakteristik ekosistem kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006

5. Teridentifikasinya jenis penggunaan lahan di kawasan pesisir pada Kabupaten Cilacap pada tahun 2006

6. Teridentifikasinya karakteristik masyarakat kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap

7. Analisis korelasi faktor penentuan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di kawasan pesisir Kabupaten Cilacap

8. Merumuskan faktor yang menentukan lokasi aman pada daerah terlanda

(20)

commit to user

5 1.4Keluaran Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi hasil yang objektif terkait dengan hubungan antara penggunaan lahan daerah terlanda dengan karakteristik bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap pada tahun 2006, lebih spesifiknya adalah dapat diketahui faktor penentu lokasi aman pada daerah terlanda bencana tsunami di kawasan pesisir Cilacap sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan input dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Rawan Bencana Tsunami khususnya muatan Peruntukan Lahan.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Dengan adanya penelitian dapat diketahui tentang karakter tsunami yang melanda kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap

2. Dengan adanya penelitian dapat diketahui tentang karakter penggunaan lahan pada kawasan terlanda bencana tsunami

3. Dengan adanya penelitian dapat diketahui faktor penentu lokasi aman pada kawasan terlanda bencana tsunami

4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai input dalam menetapkan peraturan dan rencana tata bangunan lingkungan yang sesuai diterapkan di daerah pesisir rawan bencana tsunami khususnya dalam komponen struktur peruntukan lahannya

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Diperoleh pengetahuan baru terkait karakteristik tsunami yang beragam dari berbagai teori kebencanaan

2. Diperoleh pengetahuan baru mengenai penggunaan lahan pada daerah pesisir yang mempunyai ancaman bahaya tsunami

3. Diperoleh pengetahuan tentang korelasi karakteristik tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan sehingga didapat faktor penentu lokasi aman pada daerah pesisir yang rawan bencana tsunami

1.6Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Spasial

(21)

commit to user

6

bencana tsunami pada Kabupaten Cilacap terdiri dari delapan kecamatan yaitu Nusawungu, Binangun, Adipala, Kasugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kampung Laut. Unit analisis yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah per zona daerah terlanda. Pengurutan zona akan dilakukan dimulai dari perhitungan zona paling timur.

Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031

Gambar 1.1 Lokus Penelitian

1.6.2 Ruang Lingkup Substansi

Aspek yang dikaji adalah aspek faktor yang menyebabkan daerah rawan bencana tsunami di Cilacap dalam kondisi aman. Kajian faktor penentu lokasi tersebut aman didapat dari kajian karakteristik bencana tsunami yang melanda Cilacap dikaitkan dengan penggunaan lahan yang terkena tsunami di daerah rawan tersebut. Dimana karakteristik bencana tsunami yang sesuai teori dari operasional penataan ruang terdiri dari karakter penyebab, batimetri, run up dan

inundation. Maka pada penelitian ini karakter tsunami dibatasi pada karakter run up dan inundation, mengingat penyebab yang ditimbulkan hanya satu yaitu gempa bumi serta karakter batimetri yang tidak berpengaruh pada gelombang tsunami.

1.7Posisi Penelitian

Penelitian terkait korelasi antara penggunaan lahan kawasan pesisir dengan karakter

(22)

commit to user

7

terkait dengan aspek penggunaan lahan dan bencana tsunami dapat dilihat pada tabel di bawah ini : menerapkan upaya mitigasi sebagai respon terhadap adanya ancaman bencana gempa dan tsunami di Kota Sibolga. Di dalam penelitian akan dikaji kondisi eksisting

jaringan jalan yang telah ada lalu

dibandingkan dengan konsep yang telah diberi pendekatan mitigasi yaitu sudah memperhatikan pentingnya jalur evakuasi.

2 Paula Issabel

Baun

2008 Kajian Pengembangan

Pemanfaatan Ruang Terbangun

di Kawasan Pesisir Kota

Kupang

Penelitian tersebut berisi kajian

pembangunan pemanfaatan ruang terbanun di kawasan pesisir Kota Kupang berdasarkan aspek fisik kawasan pesisir, aspek sosial ekonomi serta aspek kebijakan tata ruang kawasan pesisir Kota Kupang.

Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012

Beberapa hal mendasar yang mengenai keaslian penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Topik : Upaya Persiapan Penyusunan RTBL Kawasan Rawan Bencana Tsunami di

Cilacap khususnya muatan struktur Peruntukan lahan

2. Lokasi : Kawasan Pesisir Kabupaten Cilacap yang di dalam RTRW Kab. Cilacap Th.2011-2031 ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tsunami (daerah terlanda yang terdiri dari delapan kecamatan yaitu Kecamatan Adipala, Binangun,

Nusawungu, Kesugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kecamatan Kampung Laut.

(23)

commit to user

2. Banyak daerah belum siap menghadapi bencana ini

3. Belum terdapat perencanaan yang komprehensif terkait bencana tsunami

Fenomena

1. Cilacap sebagai salah satu kabupaten yang rawan bencana tsunami

2. Dampak yang ditimbulkan pada tsunami sebelumnya cukup besar, melanda 14 kecamatan dan 8 kecamatan ditetapkan sebagai daerah rawan

3. Kabupaten Cilacap belum mempunyai rencana kawasan

rawan bencana tsunami

4. Perlu upaya kajian terkait tsunami dan penggunaan lahan sebagai input pembuatan rencana khusus rawan bencana khususnya RTBL

Rumusan Masalah

Apa saja faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006?

Tujuan

1. Mengidentifikasikan karakteristik tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap tahun 2006

2. Mengidentifikasi karakter penggunaan lahan di kawasan terlanda bencana tsunami Kabupaten Cilacap tahun 2006

3. Mengkorelasikan karakter tsunami tahun 2006 dengan penggunaan lahan daerah terlanda tahun 2006 untuk mengetahui faktor penentuan lokasi aman

Teori Karakteristik Tsunami

(penyebab tsunami, karakter run up, karakter innudation)

Teori Karakter Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir (karakter fisik kawasan pesisir, karakter ekosistem kawasan

pesisir, penggunaan lahan kawasan pesisitr, penggunaan lahan yang aman kawasan pesisir, karakter masyarakat

kawasan pesisir)

Data Lapangan

Histori karakter tsunami di Cilacap tahun 2006

Data Lapangan

Karakter penggunaan lahan kawasan pesisir rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap tahun 2006

Analisis Korelasi

Dengan menganalisis hasil identifikasi karakter tsunami dihubungkan dengan analisis identifikasi karakter penggunaan lahan kawasan pesisir rawan

tsunami Cilacap

Kesimpulan

Didapat suatu susunan korelasi antara bencana tsunami dengan penggunaan lahan sehingga didapat faktor-faktor penentu lokasi aman di area

terlanda tsunami di Cialcap

Normatif

1. UU No.24 Tahun 2007 Setiap daerah wajib melakukan upaya penanggulangan bencana

2. UU No. 27 Tahun 2007 perlu adanya upaya mitigasi bencana

3. PP No.64 Tahun 2010 mitigasi non struktural sebagai domain perencanaan (difokuskan pada pra bencana)

4. Tahapan perencanaan pra bencana sesuai dengan

Operasional Program Penanganan Bencana menyebut perlu adanya RTBL (khususnya muatan struktur Peruntukan lahan)

Analisis Deskripsi Karakteristik Masyarakat Dengan menganalisis hasil identifikasi karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Cilacap terkait dengan

(24)

commit to user

(25)

commit to user

9

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Bencana Tsunami

Secara geologi, gugusan kepulauan Indonesia merupakan pertemuan lempeng-lempeng besar yang saling berinteraksi. Bergesernya lempeng besar beserta lempeng yang lebih kecil (Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Laut Cina) menyebabkan tatanan tektonik kepulauan Indonesia menjadi rumit. Busur kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi tiga lempeng, yaitu Samudra Indonesia, Pasifik dan Eurasia. Batas ketiga lempeng tersebut digambarkan oleh zona kegempaan aktif, yang merupakan zona kegempaan geologi.

Katili dan Tjia (dalam Zulfiadi Zakaria, 2004) mengelompokkan neotektonik Indonesia menjadi tiga tipe berdasarkan pengangkatan dan penurunan, pelengkungan, perlipatan dan patahan. Aktivitas neotektik berkaitan dengan pergerakan lempeng-lempeng kulit bumi, salah satu indikasinya ditandai dengan pergerakan sesar-sesar aktif atau sesar tua yang aktif kembali. Daerah yang berhubungan dengan aktivitas tektonik merupakan daerah berpotensi bencana. Kebencanaan geologi yang berhubungan dengan aktivitas tektonik serta melanda Indonesia adalah gempa tektonik dan volcano, tsunami dan

letusan gunung berapi.

Tsunami berkaitan dengan perubahan perubahan bentuk yang terjadi tiba-tiba pada lantai laut, karena gempa bumi (diikuti degan perubahan bentuk dasar laut khsusunya terjadinya patahan/sesar, letusan gunung api ataupun longsoran di dasar laut). Indonesia

terletak pada daerah yang rawan bencana tsunami di Kawasan Pasifik. Berdasarkan analisis tektonik, pantai-pantai yang rawan terhadap bencana tsunami di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan sifat-sifat tektonik daerah yang bersangkutan (Sudrajat, 1996), yaitu Kelompok Pantai Barat Sumatra dan Selatan Jawa, Kelompok Pantai Nusa Tenggara Barat, Kelompok Pantai di sekitar Laut Banda, Kelompok Pantai di Sulawesi Utara dan Maluku bagian Utara, Kelompok Pantai di Selat Makasar yaitu pantai barat Sulawesi dan pantai timur Kalimantan Timur dan Kelompok Pantai di Irian bagian Utara.

(26)

commit to user

10

api di laut. Berbeda dengan gelombang yang diakibatkan angin yang hanya menggerakkan air laut bagian atas, pada tsunami seluruh kolam air dari permukaan sampai dasar bergerak dalam segala arah. Serta menurut Buku Menghadapi Tsunami, tsunami merupakan serangkaian gelombang tinggi yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar air laut secara tiba-tiba. Saat gelombang tsunami menjalar ke perairah lebih dangkal, tsunami mengalami shoaling (efek pendangkalan) dan refraksi

(pembelokan) . Akibat efek pendangkalan, tsunami akan mengalami pembesaran dan perlambatan.

Sumber : pantai-kelautan.blogspot.com

Gambar 2.1 Karakteristik Penjalaran Tsunami

Ketika tsunami tiba di daerah pantai, bentuk gelombang dapat berupa gelombang raksasa takpecah atau berupa dinding air raksasa dengan buih-buih di atasnya yang diikuti dengan tumpahan air bah (bores) . Penjalaran tsunami di daratan berubah menjadi aliran yang kompleks dimana gelombang pecah menimbulkan turbulensi yang bercampur dengan topografi dan material-material terhanyutkan (debris).

Berdasarkan arah vertikal, limpasan tsunami (run up) didefinisikan sebagai jarak elevasi maksimum di atas muka laut yang tercapai oleh air bah. Pada arah horisontal, jarak dari limpasan ini disebut jarak rendaman (innudation distance).

Jadi dapat disimpulkan tsunami adalah salah satu bencana geologi berupa rangkaian gelombang dengan kekuatan yang relatif besar, dimana bencana tersebut disebabkan oleh adanya gerakan di dalam laut, baik yang disebabkan oleh gempa, gunung api bawah laut, tanah longsor bawah laut, meteor yang jatuh di bawah laut ataupun tanah pesisir yang longsor ke dalam laut. Semakin besar kekuatan tsunami yang melanda

(27)

commit to user

11

Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang). Berikut akan dijabarkan penyebab tsunami menurut Hamzah Latief dalam presentasi bahan kuliah di ITB (2007) :

1) Gempa bumi. Pada umumnya, gempa bumi adalah penyebab utama terjadinya tsunami. Gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :

a) Sesar berada di bawah laut serta Sesar vertikal dan terangkat beberapa meter b) Sesar aktif menimbulkan gempa dengan luas displacement lebih dari ratusan ribu

kilometer persegi

c) Gempa bumi berkekuatan 6 SR dan Kedalaman epicenter gempa <40 km

Sumber : Hamzah Latief, 2007

Gambar 2.2 Proses Tsunami Akibat Gerakan Tanah

Gempa bumi merupakan sumber terbanyak penyebab terjadinya tsunami yaitu sebesar 72%. Pergerakkan yang tiba-tiba dari dasar laut menyebabkan seluruh kolom air (perumpaan laut) terhentak dan menjalarkan energinya dalam bentuk pergerakan muka air ke segala arah di lautan lepas. Kejadian tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di laut tergantung pada beberapa faktor, yaitu kedalaman pusat gempa, kekuatan gempa dan kedalaman air di atas episetrum.

(28)

commit to user

12

Sumber : Hamzah Latief, 2007

Gambar 2.3 Simulasi Gelombang Akibat Letusan Gunung Berapi (searah jarum jam) 3) Longsor yang terjadi di dasar laut. Longsoran tersebut dapat menimbulkan tsunami

karena beberapa alasan sebagai berikut :

a) Luncuran apisan tanah di sekitar pantai atau di bawah dasar laut dalam jumlah besar menimbulkan tidak adanya kesetimbangan air

b) Penambahan volume sedimen kedalam badan air menimbulkan pergerakan vertikal

Sumber : Hamzah Latief, 2007

Gambar 2.4Proses Longsoran

4) Terjangan benda langit (meteor). Terjangan benda langit dapat menimbulkan tsunami, hal tersebut pernah terjadi pada 56 tahun yang lalu di sekitar lautan Caribia,

Meksiko dengan diameter meteor kurang lebih 10 km.

Sumber : Hamzah Latief, 2007

(29)

commit to user

13

Selain itu juga akan dijelaskan terkait karakteristik gelombang tsunami di perairan pantai menurut Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang sebagai berikut :

1) Run Up (Tinggi Landaan)

Tinggi rendahnya landasan merupakan indikator penting terkait bencana tsunami. Oleh karena itu dibutuhkan informasi sejauh mana hubungan antara landasan tsunami dengan sjala kerugian. Imamura dan Iida (dalam Immamura, 2001) telah mempelajari hubungan antara ketinggian gelombang tsunami dan skala kerugian yang ditimbulkannya. Dimana didaalm teori tersebut disebutkan terdapat enam kelas efek tsunami berkisar dari 0-5 yang merupakan deskripsi dari kerusakan atau

kehancuran yang ditimbulkan dari ketinggian tsunami tertentu. Selanjutnya skala tersebut di korelasikan dengan skala intensitas baru yang telah berkembang di Amerika Utara dan Eropa. Dimana masing-masing skala memuat tiga point utama

1 I Not felt a) tidak terasa bahkan dalam keadaan yang paling tidak menguntungkan

b) tidak ada efek

c) tidak merusak

2 II Scareely felt a) dirasakan oleh sedikit orang yang sedang melakukan perjalanan dengan kapal

b) tidak ada efek

a) dirasakan oleh semua orang di dalam kapal kecil dan oleh sedikit orang di kapal besar serta diamati oleh kebanyakan orang di pantai

b) beberapa kapal kecil menepi ke darat

c) tidak merusak

5 V Strong a) dirasakan oleh semua orang pada kapal besar dan diamati oleh semua orang di pantai, serta terdapat beberapa orang ketakutan dan berlari ke tempat yang lebih tinggi

b) banyak kapal kecil yang bergerak ke darat dan beberapa mengalami kecelakaan di laut karena terkena gelombang

c) terjadi banjir di sekitar pantai 6 VI Slightly

damaging

a) banyak orang ketakutan dan berlairan ke tempat yang lebih tinggi

b) banyak kapal menepi ke darat dan kecelakaan kapal banyak terjadi

c) kerusakan dan banjir melanda sekitar pantai dan bangunan tepi pantai

7 VII Damaging a) kebanyakan orang mengalami ketakutan dan mencoba menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi

b) terdapat banyak kecelakaan laut serta kapal-kapal besar mulai berusaha menepi ke darat

(30)

commit to user

a) semua orang menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan sedikit orang mulai hanyut terkena gelombang

b) banyak kapal yang rusak dan hanyut, serta pantai mulai erosi dan kotor akibat gelombang tsunami

c) banyak bangunan hancur dan hanyut oleh gelombang tsunami 9 IX Destructive a) banyak orang yang hanyut terbawa gelombang

b) banyak kapal kecil hanyut dan kapal besar terbawa gelombang ke darat, serta terjadi erosi dan kerusakan pantai dalam lingkup yang luas

c) kerusakan bangunan di sekitar pantai semakin banyak 10 X Very

destructive

a) terjadi kepanikan pada lingkungan masyarakat karena semakin banyaknya orang yang hanyut

b) banyak terjadi kerusakan bangunan di darat karena diterjang oleh kapal-kapal besar yang hanyut terbawa gelombang ke darat. Selain itu, banyak terjadi kehancuran lingkungan akibat adanya tumpahan minyak dari berbagai industri yang diterjang gelombang tsunami

c) kerusakan bangunan sangat parah dan semakin meluas 11 XI Devastating a) -

b) Garis kehidupan terganggu, banyak terjadi kerusakan di daratan akibat banyaknya material laut yang menghantam seluruh bangunan di daratan

c) Banyak bangunan rusak parah dan hanyut terbawa gelombang tsunami 12 XII Completely

Sumber : Papadopoulus, G., and F. Imamura, “A proposal for a new tsunami intensity scale,” International Tsunami Symposium Proceedings, Session 5, Number 5-1, Seattle, 2001.

Jika skala intesitas tsunami di atas dikorelasikan dengan ketinggian tsunami serta efek kelas tsunami maka akan didapat tabel korelasi sebagai berikut (Shuto dalam

Immamura, 2001 ).

Tabel 2.2 Korelasi Ketinggian, Intensitas dan Kelas Tsunami

No Skala Intensitas H (m) i (kelas)

Sumber : Papadopoulus, G., and F. Imamura, “A proposal for a new tsunami intensity scale,” International Tsunami Symposium Proceedings, Session 5, Number 5-1, Seattle, 2001

Berdasarkan teori Imamura yang telah disesuaikan dengan landaan maksimum di pesisir selatan Pulau Jawa yaitu yang hanya berkisar 21 meter maka dapat dibuat peringkat landaan sebagai berikut (dalam tabel).

Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up)

No Kelas Ketinggian Landaan Skala Kerugian

1 Rendah < 2 m Kerusakan di kawasan pantai dan kapal

2 Sedang 2 – 6 m Kerusakan dan korban jiwa di suatu daerah tertentu

3 Tinggi >6 - 12, 5 m Kerusakan sepanjang pantai lebih dari 400 meter

4 Tinggi Sekali >12,5 - 21 m Kerusakan yang sangat parah

(31)

commit to user

15

2) Innudation (Landaan)

Sementara untuk daerah terpaan akan dijelaskan melalui tabel klasifikasi kriteria tsunami berdasarkan jarak limpasan (innudation) berdasar dari adaptasi teori pada jurnal ilmiahterkait dengan bencana tsunami. Dimana jarak limpasan akan terbagi dalam beberapa kategori seperti di bawah ini :

Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasar Jarak Limpasan

Classification of Coast Description of the Coast

Tsunami Hazard Category (Based on Innudation Extent (in M)) Over High Medium Low

Open Coast Zone

Relatively in the lower position with reference to the MSL

Sumber : Tsunami Impacts On Morphology Of Beaches Along South Kerala Coast, West Coast Of India. K. A. Abdul Rasheed, V. Kesava Das, C. Revichandran, P. R. Vijayan And Tony J. Thottam. National Institute Of Oceanography, Kochi, Kerala, India -Science Of Tsunami Hazards The International Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1 Published Electronically 2006

2.2 Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami

Terdapat keterkaitan antar masing-masing indikator dari karakteristik tsunami yang telah diulas pada pada bagian sebelumnya. Penyebab tsunami yang paling sering terjadi di Indonesi adalah berasal dari gempa bumi bawah laut, semakin besar kekuatan

gempanya maka kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Begitu pula jika hal tersebut dikaitkan dengan run up dan innudation dari tsunami. Semakin besar kekuatan gempa yang memicu terjadinya tsunami, maka akan semakin tinggi ombak yang dihasilkan serta semakin luas jarak landaannya.

2.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan

2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir

(32)

commit to user

16

Menurut Ketchum dalam Kay dan Alder (1999: 2) “ The band of dry land adjancent ocean spa ce (water dan submerged land) in wich terrestrial processes

and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”.

Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan. Sementara itu, pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley

et al, dalam Dahuri, dkk, 2001: 9).

Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.

Sumber : Brahtz dalam Supriharyono (2002: 2)

Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir

Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang secara nyata tidak jelas batasannya, karena wilayah pesisir merupakan perpaduan antara daratan dan lautan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.

2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir

1) Karakteristik Fisik Lingkungan

(33)

commit to user

17

a) Pantai curam singkapan batuan

Jenis pantai ini umumnya ditemukan di pesisir yang menghadap ke laut lepas dan merupakan bagian jalur tunjaman/tumbukan, berupa pantai curam singkapan batu volkanik, terobosan, malihan atau sedimen.

b) Pantai landai atau dataran

Pesisir datar hingga landai menempati bagian mintakat kraton stabil atau cekungan belakang. Pembentukan pantai dikendalikan oleh proses eksogen cuaca.

c) Pantai dataran endapan lumpur

Estuari lebar menandai muara dengan tutupan tebal bakau. Bagian pesisir

dalam ditandai dataran rawa atau lahan basah. Sedimentasi kuat terjadi di perairan bila di hulu mengalami erosi. Progradasi pantai atau pembentukan delta sangat lazim. Kompaksi sedimen diiringi penurunan permukaan tanah, sementara air tanah tawar sulit ditemukan.

d) Pantai dengan bukit atau paparan pasir

Pantai menghadap perairan bergelombang dan angin kuat dengan asupan sedimen sungai cukup, umumnya membentuk rataan dan perbukitan pasir. e) Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar

Pantai tepian samudra dengan agitasi kuat gelombang serta memiliki sejumlah muara kecil berjajar padanya dengan asupan sedimen, dapat membentuk garis lurus dan panjang pantai berpasir.

f) Pantai teluk dataran tebing karang

Bentang pantai ini ditemukan di berbagai mintakat berbeda, yaitu di jalur tumbukan/tunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau sisa tinggian di paparan tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik geser. Terjalnya tebing pantai dan kuatnya agitasi gelombang meniadakan peluang terumbu

karang tumbuh, demikian halnya dengan bakau. Tutupan tumbuhan masih mampu tumbuh di lapukan batuan, terutama di kawasan dengan curah hujan memadai.

g) Pantai erosi

Jenis pantai seperti ini terdapat dibeberapa tempat yang menghadap perairan dengan agitasi gelombang kuat.

h) Pantai akresi

(34)

commit to user

18

sering diikuti tumbuhnya bakau yang berfungsi kemudian sebagai penguat endapan baru dari erosi atau longsor.

2) Karakteristik Ekosistem

Disamping karakteristik pantai, karakteristik fisik kawasan pesisir tidak bisa dilepaskan dari karakteristik ekosistem di kawasan pesisir itu sendiri. Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya terdiri dari terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang pada dasarnya kesemuanya tersebut dilindungi oleh Undang-Undang No.4/1982 dan UU No. 5/1990. Berikut akan dijabarkan secara detail ekosistem yang berada di sekitar kawasan pesisir :

a) Ekosistem Estuaria

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Pritchard dalam Supriharyono, 2002: 12).

b) Ekosistem Mangrove/ Komunitas Hutan Bakau

Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang-surut air laut), dan kedua sebagai individu

spesies (Macnae dalam Supriharyono, 2007: 40). c) Ekosistem Padang Lamun

Padang lamun (seagrass beds) juga merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Keunikan dari tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome. Karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam menopang keproduktifan ekosistem padang lamun (Supriharyono,

2007: 72).

d) Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang

cukup kuat menahan gaya gelombang laut (Dawes dalam Supriharyono, 2002: 62).

2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

(35)

commit to user

19

ruang yang dilakukan oleh berbagai pihak. Pemanfaatan ruang tersebut membentuk blok-blok penggunaan lahan tertentu sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing pihak. Dinamika perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (jumlah dan distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik seperti topografi, jenis tanah dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157). Key dan Alder (1999:25) membagi penggunaan lahan pesisir menjadi beberapa fungsi, yaitu akan dijabarkan sebagai berikut :

1) Eksploitasi sumber daya (perikanan, hutan dan pertambangan)

Sumber daya pesisir yang dapat diperbaharui adalah eksploitasi primer dalam

sektor perikanan komersial, penghidupan dan rekreasi perikanan serta industri budidaya air. Sedangkan yang dapat tidak diperbaharui adalah minyak dan pertambangan.

2) Infrastruktur (transportasi, pelabuhan dan pertahanan)

Pembangunan infrastruktur utama di pesisir meliputi : pelabuhan sungai dan laut, fasilitas yang mendukung untuk operasional dan sistem transportasi yang bermacam-macam, jalan dan jembatan serta instalasi pertahanan.

3) Pariwisata dan rekreasi

Berkembangnya pariwisata merupakan sumber potensial bagi pendapatan negara karena potensi pariwisata banyak menarik turis untuk berkunjung sehingga dalam pengembangannya memerlukan faktor-faktor pariwisata secara langsung berdampak pada penggunaan lahan.

4) Konservasi alam dan perlindungan sumber daya alam

Hanya sedikit sumber daya alam di pesisir yang dikembangkan untuk melindungi kawasan pesisir tersebut (konservasi area sedikit)

Selain itu masih terdapat kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di

kawasan pesisir. Menurut Dahuri et al (2001:122) kegiatan pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir adalah sebagai berikut :

1) Pembangunan kawasan permukiman

Pembangunan kawasan permukiman di pesisir pantai sejalan dengan

meningkatnya kebutuhan penduduk akan fasilitas tempat tinggal. 2) Kegiatan industri

(36)

commit to user

20

3) Kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari

Hal ini sekaligus bertujuan untuk menciptakan kawasan lindung bagi biota yang hidup pada ekosistem laut dalam cakupan pesisir.

4) Konservasi hutan menjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan terganggunya fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan fisik biologi.

2.4 Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia

Berdasarkan pendapat Nikijuluw dalam Dietriech (2001) “Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir”. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain.

Setiap komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda. Untuk memperjelas perbedaan masyarakat pesisir dengan yang lain, maka akan dijelaskan

pada bagian berikutnya mengenai matriks masyarakat berdasarkan unsure pengikat sosial sosial yang terjadi pada suatu komunitas.

2.4.1 Klasifikasi Masyarakat

Tabel 2.5 Klasifikasi Masyakarat

Unsur Pengikat

Lokasi Tidak relevan Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada

Dasar

Adat, norma Tidak ada Dasar Mungkin ada Dasar Dasar Dasar

Organisasi Tidak ada Tidak ada Mungkin ada Tidak ada Dasar Ada

Pimpiman Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada Dasar Ada Ada

Sumber : Koentjaraningrat dalam Dietriech, 2001

Berdasarkan klasifikasi di atas, merujuk pada pendapat Redfield maka karakteristik sosial masyarakat pesisir berada pada setiap komunitas. Namun,

(37)

commit to user

21

Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya didominasi dengan nelayan. Nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol.

2.4.2 Karakteristik Masyarakat

Terkait dengan posisi sosial nelayan, pada umumnya, nelayan bergolong kasta

rendah. Hal tersebut didasari dari mayoritas nelayan yang hanya mengenyam pendidikan tingkat rendah serta kondisi perekonomian dengan kelas menengah ke bawah. Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar pada usaha perikanan. “Patron memberikan bantuan berupa modal kepada klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan

utangnya sehingga bisnis tetap berjalan” (Satria dalam Dietriech, 2001). Dari

masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Jika dirinci secara lebih dalam maka karakteristik masyarakat pesisir menurut kondisi ekonomi, sosial dan budayanya adalah sebagai berikut (anonim, 2008) :

1) Masyarakat pesisir beranggapan bahwa pantai merupakan suatu tempat yang mempunyai keunggulan lokasi yang dapa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi

2) Masyarakat pesisir mempunyai kegiatan sosial-ekonomi yang berorientasi ke

darat dan laut

3) Rata-rata masyarakat pesisir termasuk dalam golongan ekonomi lemah dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas

4) Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan “tidak sadar lingkungan” serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko

(38)

commit to user

22

2.5 Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

Hubungan antar indikator yang termuat dalam teori penggunaan lahan kawasan pesisir dapat diuraikan sebagai berikut. Kondisi politik, ekonomi, sosial kemasyarakat di kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh kondisi pantai dan ekosistemnya. Ekosistem dan kondisi pantai yang mendukung timbulnya aktivitas akan memancing adanya aktivitas-aktivitas yang membutuhkan ruang di sekitar kawasan pantai. Adanya aktivitas-aktivitas tersebut nantinya akan menimbulkan penggunaan lahan tertentu di kawasan pesisir tersebut. Dan nantinya penggunaan lahan tertentu tersebut akan kembali berdampak pada lingkungan sekitar di kawasan pesisir. Dari uraian tersebut dapat dilihat hubungan erat antara indikator-indikator yang termuat didalam teori penggunaan

lahan kawasan pesisir.

2.6 Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan

Pesisir

2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai

Menurut Shuto (1993), jarak jangkauan tsunami ke daratan sangat ditentukan oleh terjal-landainya morfologi pantai. Pada pantai yang terjal, tsunami tidak akan

terlalu jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing pantai. Sementara di pantai yang landai, landaan tsunami dapat menerjang sampai beberapa kilometer masuk ke daratan. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka kelerengan pantai menurut USDA-NRCS (1986) dapat diklasifikasikan seperti berikut :

Tabel 2.6 Kelerengan Pantai

No Jenis Kelerengan Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami

1 Sangat curam Tidak peka

Selain itu terdapat oknfigurasi tipe pantai yang berkorelasi dengan jenis impasan gelombang tsunami. Yaitu sebagai berikut :

a) Tipe teluk (shape) akan mengalami amplifikasi/peningkatan energi gelombang

berlipat ganda

(39)

commit to user

23

2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai

Ditinjau dari sudut pandang geomorfologi, keberadaan material permukaan dapat menunjukkan tingkat kekasaran pantai. Dampak positif kekasaran pantai adalah semakin padu material permukaan akan semakin besar energi tsunami yang teredam, sedangkan dampak negatifnya adalah semakin lepas material permukaan akan semakin besar kerusakan sarana dan prasarana berikut kehilangan jiwa manusia. USDA-NRCS (1986) mengklasifikasikan kekasaran pantai seperti berkut :

Tabel 2.7 Kekasaran Pantai

No Jenis Kekasaran Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami

1 Batuan beku Tidak peka

2 Batu karang di teluk-teluk pantai Kurang peka

3 Beting karang Agak peka

4 Rawa Peka

5 Pasir memanjang Sangat peka

Sumber : USDA-NRCS, 1986

2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Agar Aman dari Bencana

Tsunami

Secara umum, penggunaan lahan pada kawasan pesisir dapat aman jika pada suatu kawasan sudah terdapat beberapa pengaturan yang telah disosialisasikan dalam buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang dan buku Menghadapi Bencana Tsunami yang disusun oleh Masyarakat Lingkungan Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan Nagroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara. Karakteristik lokasi aman di kawasan pesisir rawan bencana tsunami disusun berdasarkan Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir di Wilayah Bahaya Tsunami. Dimana didalam konsep tersebut dapat dilihat struktur penggunaan lahan yang aman pada daerah pesisir rawan bencana.

Sumber : Operasional Prgrm. Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang

(40)

commit to user

24

Berikut akan diterangkan terkait infrastruktur pendukung penggunaan lahan yang aman sesuai dengan konsep di atas :

1) Terdapat pengembangan sistem informasi, monitoring dan peringatan dini di kawasan pesisir

2) Terdapat sistem pertahanan pantai, dimana terdapat tiga kondisi yang merupakan sistem pertahanan pantai yaitu :

a) Kehadiran tebing tinggi pantai b) Rataan depan pantai (shore platform)

c) Jalur vegetasi pantai nipah dan magrove di sepanjang pantai 3) Terdapat sistem penanggulangan dampak tsunami seperti berikut :

a) Pemberian sistim tanggul (dike) tepi pantai untuk bangunan tepi pantai yang bernilai penting seperti pelabuhan.

b) Pada pantai teluk yang berbentuk kantong yang menyempit ke arah darat, jarak bangunan di darat dari garis pantai harus cukup jauh (lebih dari 200 meter) untuk mencegah amplifikasi energi dan ketinggian gelombang yang mencapai pantai dan dataran pantai.

c) Terdapat tanggul pematang di dataran pantai yang cukup tinggi, dan berlapis dengan jarak antar tanggul yang cukup lebar.

4) Terdapat jalur evakuasi berdasarkan peta microzoning kawasan rawan bencana tsunami.

5) Terdapat tempat-tempat perlindungan (shelter), dapat berupa daerah perbukitan atau bangunan tinggi (bertingkat) yang dirancang tahan terhadap gelombang Tsunami. Bangunan ini dapat berfungsi sebagai tempat evakuasi/perlindungan penduduk selama adanya bencana Tsunami dan gelombang pasang.

6) Selain itu, bangunan-bangunan pada tiap penggunaan lahan seharusnya menggunakan empat teknik bangunan agar terkena dampak paling kecil dari

sapuan gelombang tsunami (dijelaskan dalam tabel).

Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami

No Gambar Jenis Keterangan

1 Struktur untuk

menghindari tsunami

Gambar

Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up)
Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah
Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai 25
Gambar 2.14 Kerangka Teori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi NPF BRI syariah memiliki tingkat kesehatan pada peringkat dua yaitu sehat, peringkat ini berada dibawah dua bank umum syariah milik BUMN lainnya. Kemudian dari

Adalah persenyawaan antara unsur-unsur logam dengan air dan hydroksil (OH); dapat ditegaskan bahwa Hydroxides dapat terbentuk melalui reaksi kimia antara oksida dan air;

Komunisme, dengan perjuangan kelasnya, mengganggu tatanan sosial yang mapan, membuat si kaya dan si miskin bermusuhan, buruh berhadapan dengan pengusaha, dan petani

menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan bibit IV dengan komposisi lumpur yang berasal dari lumpur selokan tahu 50%, lumpur RPH 25 % dan lumpur sungai Badung 25 %

Bahkan, dengan peran pemerintah yang sangat dominan, badan perwakilan rakyat dan partai politik tidak berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat

- … sikep badan, tatakrama makée pakéan, jeung tatakrama kasopanan umum.. - … Kitu deui lamun ngahina batur, sarua jeung ngahina diri sorangan, lantaran

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kawasan kabupaten yang fungsinya melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.Terdapatnya dua Kecamatan di

Selain itu mengacu pada Tabel 4 diketahui bahwa 4 dari 10 jenis anak pohon yang memiliki urutan nilai penting tertinggi baik di petak I maupun II ternyata adalah