• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami 2006

Dalam dokumen PUTRI WARDIASTAMA I0608008 (Halaman 124-128)

Pemahaman Bencana Tsunami Sebelum Tahun 2006

5.5 Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami 2006

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan spss 17.0 maka dapat dilanjutkan dengan menyusun faktor penentu lokasi aman dari hasil analisis pada area aman maupun tidak aman, yaitu dengan melihat angka koefisien korelasi hasil analisis Spearman’s.

1. Kelerengan

Seperti diketahui bahwa zona terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mayoritas berada pada kelerengan yang berkisar 0-2%. Kelerengan yang sangat kecil tersebut menyebabkan gelombang tsunami mempunyai kekuatan dan jarak landaan yang cukup besar angkanya. Hal tersebut didasari oleh teori yang menyebutkan bahwa semakin datar kelerengan suatu wilayah maka perambatan gelombang tsunami akan semakin jauh menjalar ke dalam wilayah pesisir. Zona yang paling terlihat hubungan sangat kuat antara antara kelerengan dengan ketinggian run up serta besarnya jarak landaan adalah zona 7 dimana pada kelerengan 0-2% maka ketinggian run up mencapai 5,7 meter (kategori sedang) serta mempunyai jarak landaan mencapai 700 meter (kategori sangat tinggi).

2. Topografi

Faktor yang mempengaruhi keamanan dari bencana tsunami yang kedua adalah topografi. Diketahui semakin tinggi suatu wilayah maka semakin kecil dampak yang dihasilkan. Mayoritas area terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai ketinggian yaitu 0 meter DPL. Hanya terdapat beberapa zona yang mempunyai ketinggian 100-200 meter, yaitu di area aman pada zona 9 dan zona 13. Meski pada zona tersebut terlanda tsunami dengan ketinggian yang cukup tinggi namun dampak yang dihasilkan tidak begitu parah. Hal tersebut dikarenakan gelombang tsunami mengalami penyurutan akibat adanya perbedaan ketinggian di sekitar kawasan pesisir.

3. Jenis penggunaan lahan

Struktur jenis penggunaan lahan juga berperan penting dalam menciptakan kondisi yang aman pada daerah tepi pantai yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana tsunami. Jika dilihat dari struktur penggunaan lahan yang sesuai, disebutkan bahwa kawasan budidaya seperti permukiman dan sawah seharusnya terletak pada bagian dalam dan agak jauh dari garis tepi pantai, yaitu untuk kawasan permukiman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

berjarak 30-100 meter dari titik pasang tertinggi (pada saat keadaan gelombang pasang normal), kawasan bangunan industri, pariwisata bahari serta perdagangan dan jasa berjarak 100-300 meter dari titik pasang tertinggi.

Namun, pada kenyataannya, penggunaan lahan di kawasan pesisir Cilacap khususnya pada daerah terlanda tsunami, tidak sesuai dengan ketetapan penggunaan lahan yang aman tersebut. Penggunaan lahan pada daerah terlanda tsunami di Cilacap tidak membentuk pola yang teratur sehingga gelombang tsunami mengalami

turbulensi. Selain itu, pagar hijau yang terdapat di kawasan pesisir pada tahun 2006 belum terintegrasi dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan tidak terdapatnya pagar hijau di beberapa zona seperti zona 1,4,5,8,9 dan zona 10.

4. Karakter fisik pantai

Faktor terakhir yang menentukan lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap adalah karakter fisik pantai dimana karakter fisik pantai merupakan gabungan antara bentuk morfologi pantai dengan kondisi geologis pantai. Seperti diketahui bahwa sebagian besar wilayah pantai di daerah terlanda tsunami Cilacap berbentuk pantai memanjang dengan penutup berupa pasir, sementara itu juga terdapat beberapa bagian yang berbentuk cekung dengan partikel penyusun berupa karang yang berada di tepi pantai.

Kondisi pertama yaitu berupa pasir memanjang merupakan kondisi yang rentan terhadap gelombang tsunami, karena dengan kondisi yang demikian serta ditunjang dengan penggunaan lahan yang tidak terstruktur akan menyebabkan terjadinya

turbulensi pada kawasan tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat pada zona 3,4,5 dan zona 7. Sementara itu, untuk kondisi pantai yang bebentuk cekung dengan karang sebagai partikel penyusunnya mempunyai kecenderungan dalam memecah gelombang, sehingga dampak yang ditimbulkan pun akan semakin kecil.

Dengan melihat faktor penentu lokasi aman tersebut maka dapat dilakukan sebuah upaya yang mengarah untuk menciptakan lokasi aman pada daerah terlanda di Kabupaten Cilacap khususnya pada daerah pesisir yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam. Upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan bencana tsunami dan penggunaan lahan area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap, maka dapat dilakukan langkah awal yaitu melakukan zonasi ulang kawasan pesisir Cilacap. Zonasi ulang penggunaan lahan di pesisir Cilacap diharapkan mampu membentuk pola penggunaan lahan yang terstruktur dengan baik serta aman dari bencana kelautan khususnya bencana tsunami. Pola penggunaan lahan yang aman sesuai dengan Pedoman Pemanfaatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Kawasan Tepi Pantai Perkotaan antara lain memuat ketentuan terkait garis sempadan tiap penggunaan lahan sebagai berikut :

a. Penggunaan lahan untuk kawasan lindung seperti untuk hutan bakau serta kawasan bergambut dan perkebunan kelapa harus diletakkan di sepanjang pantai sebagai barier pantai (pagar hijau)

b. Penggunaan lahan permukiman mempunyai lebar garis sempadan 30-100 meter dari titik pasang tertinggi dan berbentuk sejajar

c. Penggunaan lahan untuk kawasan industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata mempunyai lebar garis sempadan 100-300 meter dari titik pasang tertinggi

Selain pengaturan zonasi juga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan penggunaan lahan yang aman, karena seperti yang diketahui bahwa masyarakat pesisir umumnya awam akan pemahaman penggunaan lahan yang aman dari bencana.

2. Dengan melihat karakteristik kelerengan, topografi, jenis penggunaan lahan serta karakteristik fisik lingkungan pesisir Cilacap, maka dapat dilakukan upaya perencanaan teknis terkait dengan bangunan-bangunan yang terdapat di kawasan tersebut. Tipe bangunan panggung merupakan salah satu tipe yang cocok diterapkan pada kawasan ini, hal tersebut dikarenakan dengan menempatkan bangunan pada bagian tapak yang tinggi di atas ketinggian terpaan tsunami maka akan membuat bangunan berada pada kondisi yang lebih aman dari terpaan gelombang tsunami.

Selain itu, perlu dibuat elemen yang berfungsi memperlambat gelombang tsunami yaitu berupa batu-batu pemecah gelombang di sepanjang pantai di kawasan pesisir. Hal tersebut berguna sebagai pelambat arus, sehingga dapat mengurangi daya hancur tsunami. Upaya perencanan teknis juga harus memuat pengaturan penandaan serta pengaturan letak-letak shelter tempat evakuasi pada saat terjadi bencana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 110

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai run up yang relatif sedang namun jarak landaan yang dihasilkan relatif jauh. Selain itu, penggunaan lahan yang terdapat di daerah terlanda tsunami pada tahun 2006 silam juga memiliki karakteristik tertentu, berikut akan dipaparkan ringkasan karakteristiknya :

1. Mempunyai karakteristik run up yang sangat beragam dari zona 1-zona 13 yaitu dari

run up rendah setinggi 1 meter sampai run up kelas tinggi sekali mencapai 20 meter yang terletak di zona 13 (Tambakreja, Nusakambangan), namun mayoritas ketinggian run up pada kelas sedang yaitu berkisar 2-6 meter

2. Mempunyai karakteristik innudation yang sangat beragam yaitu dari 15 meter hingga 457 meter yaitu di zona 7 dan 13. Namun, jarak landaan gelombang tsunami Cilacap mayoritas berada pada kelas 0-200 meter dari garis tepi pantai

3. Area terlanda tsunami di Cilacap yang terdiri dari 13 zona mayoritas tergolong ke dalam karakter fisik jenis pantai datar dan memanjang, karena sebagian besar zona mempunyai topografi dan kelerengan yang rendah dan datar (0 DPL dan 0-2%), serta mempunyai jenis pantai memanjang dengan tutupan pasir. Hanya zona 11 yang mempunyai bentuk pantai teluk serta zona 13 yang mempunyai karakter fisik agak curam dan berbentuk teluk karena pada zona 13 mempunyai kelerengan 5-15% 4. Ekosistem laut yang terdapat di Kabupaten Cilacap berada di luar area terlanda,

yaitu pada Pulau Nusakambangan arah utara. Letak ekosistem laut yang berada jauh dari garis pantai menyebabkan daerah pesisir tidak mempunyai wilayah perlambatan arus gelombang tsunami.

5. Jenis penggunaan lahan yang terdapat di area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap cukup beragam, yaitu terdiri dari ruang terbuka hijau (rumput, semak, dll), pasir, persawahan, tegalan serta permukiman. Pola dari penggunaan lahan pada area terlanda belum membentuk suatu pola yang terstruktur dengan baik.

6. Masyarakat pesisir di area terlanda pada umumnya belum mempunyai pengetahuan yang cukup terkait dengan penggunaan lahan yang aman pada area pesisir, karena orientasi bermukim masyarakat hanya didasarkan atas latarbelakang perekonomian. Selain itu, pemahaman mereka terkait dengan kebencanaan tsunami pada tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

2006 silam, masyarakat mengaku belum mengetahui bagaimana cara menyelamatkan diri. Hal tersebut dikarekanan sebelum tahun 2006 belum dilakukan sosialisasi terkait upaya evakuasi oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap.

7. Jika dikorelasikan antara karakteristik bencana tsunami Cilacap tahun 2006 silam dengan karakteritik penggunaan lahan area terlanda di Cilacap tahun 2006 silam maka didapat faktor penentu lokasi aman dengan urutan sebagai berikut :

a. Kelerengan yang semakin rendah akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami

b. Topografi yang rendah akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami

c. Jenis penggunaan lahan yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya

turbulensi gelombang tsunami, sehingga gelombang tsunami akan menyebar ke dalam daratan

d. Karakter fisik lingkungan akan sangat peka terhadap ketinggian dan jarak landaan tsunami jika memiliki karakter datar dan pasir. Semakin datar pantai serta semakin lembut partikel penyusun pantainya maka ketinggian dan jarak landaan tsunami akan semakin besar.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan masukan terkait muatan peruntukkan lahan pada dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Rawan Bencana Tsunami yang belum tersusun.

6.2 Saran

Setelah dilakukan analisis terkait bencana tsunami dengan penggunaan lahan di area terlanda Cilacap tahun 2006 maka disarankan dilakukan zonasi ulang terkait penggunaan lahan kawasan pesisir serta perlu dilakukan upaya perencanaan teknis terkait usaha untuk memperlambat gelombang tsunami.

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan diupayakannya permodelan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan input bahan dalam penelitian selanjutnya. Dengan adanya penelitian lanjutan maka tujuan awal penelitian ini sebagai persiapan dalam melakukan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Kabupaten Cilacap khususnya dalam muatan peruntukkan lahan dapat terpenuhi.

Dalam dokumen PUTRI WARDIASTAMA I0608008 (Halaman 124-128)