• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

Dalam dokumen PUTRI WARDIASTAMA I0608008 (Halaman 38-43)

KAJIAN LITERATUR

2) Karakteristik Ekosistem

2.6 Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai

Menurut Shuto (1993), jarak jangkauan tsunami ke daratan sangat ditentukan oleh terjal-landainya morfologi pantai. Pada pantai yang terjal, tsunami tidak akan terlalu jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing pantai. Sementara di pantai yang landai, landaan tsunami dapat menerjang sampai beberapa kilometer masuk ke daratan. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka kelerengan pantai menurut USDA-NRCS (1986) dapat diklasifikasikan seperti berikut :

Tabel 2.6 Kelerengan Pantai

No Jenis Kelerengan Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami

1 Sangat curam Tidak peka

2 Curam Kurang peka

3 Agak curam Agak peka

4 Landai Peka

5 Datar Sangat peka

Sumber : USDA-NRCS, 1986

Selain itu terdapat oknfigurasi tipe pantai yang berkorelasi dengan jenis impasan gelombang tsunami. Yaitu sebagai berikut :

a) Tipe teluk (shape) akan mengalami amplifikasi/peningkatan energi gelombang berlipat ganda

b) Tipe tanjung akan mengalami reduksi energi gelombang c) Single island dan akan mengalami impasan dari samping

commit to user

23

2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai

Ditinjau dari sudut pandang geomorfologi, keberadaan material permukaan dapat menunjukkan tingkat kekasaran pantai. Dampak positif kekasaran pantai adalah semakin padu material permukaan akan semakin besar energi tsunami yang teredam, sedangkan dampak negatifnya adalah semakin lepas material permukaan akan semakin besar kerusakan sarana dan prasarana berikut kehilangan jiwa manusia. USDA-NRCS (1986) mengklasifikasikan kekasaran pantai seperti berkut :

Tabel 2.7 Kekasaran Pantai

No Jenis Kekasaran Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami

1 Batuan beku Tidak peka

2 Batu karang di teluk-teluk pantai Kurang peka

3 Beting karang Agak peka

4 Rawa Peka

5 Pasir memanjang Sangat peka

Sumber : USDA-NRCS, 1986

2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Agar Aman dari Bencana Tsunami

Secara umum, penggunaan lahan pada kawasan pesisir dapat aman jika pada suatu kawasan sudah terdapat beberapa pengaturan yang telah disosialisasikan dalam buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang dan buku Menghadapi Bencana Tsunami yang disusun oleh Masyarakat Lingkungan Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan Nagroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara. Karakteristik lokasi aman di kawasan pesisir rawan bencana tsunami disusun berdasarkan Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir di Wilayah Bahaya Tsunami. Dimana didalam konsep tersebut dapat dilihat struktur penggunaan lahan yang aman pada daerah pesisir rawan bencana.

Sumber : Operasional Prgrm. Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang

commit to user

24

Berikut akan diterangkan terkait infrastruktur pendukung penggunaan lahan yang aman sesuai dengan konsep di atas :

1) Terdapat pengembangan sistem informasi, monitoring dan peringatan dini di kawasan pesisir

2) Terdapat sistem pertahanan pantai, dimana terdapat tiga kondisi yang merupakan sistem pertahanan pantai yaitu :

a) Kehadiran tebing tinggi pantai b) Rataan depan pantai (shore platform)

c) Jalur vegetasi pantai nipah dan magrove di sepanjang pantai 3) Terdapat sistem penanggulangan dampak tsunami seperti berikut :

a) Pemberian sistim tanggul (dike) tepi pantai untuk bangunan tepi pantai yang bernilai penting seperti pelabuhan.

b) Pada pantai teluk yang berbentuk kantong yang menyempit ke arah darat, jarak bangunan di darat dari garis pantai harus cukup jauh (lebih dari 200 meter) untuk mencegah amplifikasi energi dan ketinggian gelombang yang mencapai pantai dan dataran pantai.

c) Terdapat tanggul pematang di dataran pantai yang cukup tinggi, dan berlapis dengan jarak antar tanggul yang cukup lebar.

4) Terdapat jalur evakuasi berdasarkan peta microzoning kawasan rawan bencana tsunami.

5) Terdapat tempat-tempat perlindungan (shelter), dapat berupa daerah perbukitan atau bangunan tinggi (bertingkat) yang dirancang tahan terhadap gelombang Tsunami. Bangunan ini dapat berfungsi sebagai tempat evakuasi/perlindungan penduduk selama adanya bencana Tsunami dan gelombang pasang.

6) Selain itu, bangunan-bangunan pada tiap penggunaan lahan seharusnya menggunakan empat teknik bangunan agar terkena dampak paling kecil dari sapuan gelombang tsunami (dijelaskan dalam tabel).

Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami

No Gambar Jenis Keterangan

1 Struktur untuk

menghindari tsunami

Penempatan bangunan dan infrastruktur di bagian tapak yang tinggi atau menaikkan struktur di atas ketinggian terpaan tsunami atau memperkuat podium (tempat berpijaknya bangunan) akan membuat bangunan aman dari terpaan tsunami.

commit to user

25 Lanjutan Tabel 2.8

No Gambar Jenis Keterangan

2 Struktur untuk

memperlambat arus

Arus dari gelombang tsunami akan mengalami perlambatan jika di sekitar penggunaan lahan terdapat elemen yang dapat berfungsi sebagai pelambat arus, dimana elemen-elemen tersebut terdiri dari hutan buatan yang dirancang khusus, saluran air, kontur tanah serta jalur hijau. Upaya memperlambat arus gelombang dapat mengurangi daya hancur dari tsunami.

3 Struktur untuk

membelokkan air

Gelombang tsunami akan mengalami pembelokkan jika pada suatu kawasan pesisir sudah terdapat penggunaan tembok-tembok bersudut dan saluran jalannya aliran air pada tiap bangunan di masing-masing penggunaan lahan, sehingga daya hancur tsunami juga dapat terminimalisir, karena air mengalir pada “aliran” yang sengaja telah dibentuk.

4 Struktur untuk

menghambat terpaan tsunami

Gelombang tsunami juga dapat ditahan sementara sehingga gelombang tidak menerjang kawasan pesisir yang tseharusnya terlanda. Meski diketahui, upaya menahan hanyalah upaya sementara yang dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang balik atau mengarahkan tenaga gelombang ke daerah lain.Gelombang tsunami dapat tertahan tidak melanda suatu penggunaan lahan tertentu di sekitar kawasan pesisir jika pada kawasan tersebut sudah mempunyai struktur penahan yang kokoh seperti tembok, terasering (penataan gundukan/tanah curam berbentuk anak tangga) atau jalur hijau, struktur parkir dan konstruksi lain yang kokoh dapat menahan kekuatan gelombang.

Sumber : Menghadapi Bencana, 2005

Secara khususnya akan dibahas terkait kondisi aman pada masing-masing penggunaan lahan di kawasan pesisir rawan bencana tsunami seperti berikut ini : 1) Permukiman

Suatu permukiman yang aman apabila dalam pembangunya sudah memikirkan struktur dan penempatan lokasi pada topografi yang dianggap aman, yaitu di atas batas ketinggian genangan air jika tsunami menerjang. Berikut merupakan beberapa struktur permukiman aman yang terletak di pesisir pantai.

Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang

commit to user

26

Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang

Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan

Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang

Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar

Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang

Gambar 2.11 Perkampungan Tidak Aman Dengan Pola Tidak Beraturan

Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang

commit to user

27

Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang

Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai 2) Lingkungan Binaan Baru dan Subdivisi

Sementara itu, struktur lingkungan binaan baru dan subdivisi yang aman dari bencana tsunami harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Adanya jarak ruang yang maksimum antar bangunan.

b) Adanya upaya meninggikan bangunan di atas batas ketinggian terpaan banjir.

c) Menempatkan rumah-rumah di belakang hutan pengontrol tsunami atau bangunan-bangunan yang besar dan kuat.

d) Menempatkan jalan-jalan akses utama di luar area banjir, dan jalan-jalan akses penunjang tegak lurus dengan tepi laut.

Dalam dokumen PUTRI WARDIASTAMA I0608008 (Halaman 38-43)