4.1.3. Identitas Subjek 3
4.1.3.3. Analisis Kasus Subjek 3
Subjek pada awalnya tidak mengetahui kenapa dirinya bisa tertular virus
HIV. Menurut Yatim (2001), HIV hanya ditularkan dari orang satu kepada yang lainnya melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Sehingga kemungkinan subjek tertular HIV dari transfusi darah yang mengandung HIV.
Ketika pertama kali subjek mengetahui dirinya terinfeksi, subjek merasa kaget, marah dan kesal. Subjek marah karena dirinya merasa tidak pernah melakukan hubungan seksual berganti pasangan dan tidak juga mengunakan narkoba tetapi dirinya bisa tertular HIV. Ada rasa dendam di dalam diri subjek, dirinya berniat ingin menularkan virus HIV kepada orang lain sebagai bentuk rasa marah subjek agar orang lain bisa merasakan apa yang subjek rasa tetapi niat
tersebut dibatalkan oleh subjek karena hal tersebut tidak ada artinya dan tidak membuat dirinya sembuh. Pada dasarnya kebanyakan orang tidak siap secara emosional ataupun psikologis untuk menghadapi penderitaan.
Penderitaan subjek bertambah ketika mantan suami subjek menceraikan subjek pada usia pernikahan yang baru berjalan dua tahun setengah. Keluarga subjek juga tidak menginginkan subjek untuk tinggal di rumah karena dengan alasan keluarga takut tertular dan membawa nama buruk keluarga. Subjek memutuskan untuk tinggal di rumah kontrakan seorang diri, rasa kesepian, merasa terasingkan, tanpa seorang suami dan anak. Subjek pada dasarnya membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang yang dicintai di tengah penderitaan yang dialami. Menurut Reivich dan Shatte (2002) dukungan sosial berfungsi menurunkan distress psikologis dan menolong manusia untuk bangkit dari penderitaan.
Menurut Frankl, kunci untuk dapat menemukan makna hidup adalah dengan menerimanya. Subjek secara perlahan sudah mulai bisa menerima kondisinya sebagai penderita HIV/AIDS. Subjek saat ini lebih menatap jauh ke depan. Subjek mengunakan waktunya untuk bersosialisasi dengan lingkungan, bercerita mengenai penyakitnya kepada rekan-rekan kerjanya. Yang terpenting bagi subjek adalah selain dirinya bisa menerima kondisinya, lingkungan juga mau menerima kondisi subjek saat ini. Pada dasarnya subjek membutuhkan rasa ingin dimengerti dan dihargai oleh lingkungan agar dirinya memiliki peran di dalam lingkungan.
Subjek mampu menemukan makna dari penderitaan yang dialami. Subjek merasa HIV/AIDS tidak selalu identik dengan kematian, tergantung bagaimana seseorang bisa bangkit dan bergerak menjadi lebih baik lagi. Subjek juga dapat belajar dari masa lalu tentang nilai kejujuran terhadap pasangan. Subjek merasa telah mengecewakan mantan suaminya karena tidak menceritakan apa yang dialami subjek ketika masih pacaran. Makna hidup yang diperoleh subjek bersumber dari attitudinal values dimana subjek menerima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan pada semua peristiwa yang dialami. Menurut Frankl, esensi suatu nilai bersikap terletak pada cara yang dengannya seseorang secara ikhlas dan tawakal menyerahkan dirinya pada suatu keadaan yang tidak bisa di hindarinya.
Experiental values juga membantu subjek dalam menemukan makna
hidup. Melalui agama yang diyakini, subjek merasa Tuhan Yesus saat ini telah membangkitkan semangat diri subjek dan tentunya telah memberikan subjek tetap hidup di dunia ini serta dapat melihat makna kehidupan.
Dalam realisasi makna, subjek memilih bekerja untuk bisa menjadi penghilang rasa sepi dari orang-orang yang dicintai serta pekerjaan tersebut bisa menghidupi kebutuhan subjek. Subjek sangat menyenangi sekali pekerjaan tersebut karena rekan-rekan subjek sangat terbuka sekali dengan dirinya. Mereka mau menjadi partner kerja, serta sebagai tempat curahan hati subjek. Hal tersebut dapat membuat subjek bisa menghilangkan rasa sedihnya dengan membangun kembali perasaan bahagianya melalui hubungan dengan orang lain.
Setelah subjek mencapai penghayatan hidup bermakna, subjek menjadi seseorang yang lebih bersemangat dalam menjalani hidup karena dirinya selalu menjaga hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia lainnya. Akan tetapi di dalam hati kecilnya subjek masih merasa ada yang kurang di dalam kehidupan ini.
Subjek mengharapkan seseorang suami yang mau mendampingi subjek dan memiliki anak-anak yang lucu, sehat dan ceria. Menurut Frankl, melalui cinta, manusia bisa melihat karakter, kelebihan dan kekurangan dari orang yang di cintai, dan bahkan dia bisa melihat potensi orang tersebut. Dengan cinta, orang yang mencintai bisa membantu orang yang dia cintai untuk mewujudkan semua potensi tersebut. Maka dari itu subjek merasa apabila dirinya berada di sekeliling orang-orang yang dicintai maka dirinya akan merasa lebih kuat, menjadi wanita tangguh dan tentunya timbul rasa bahagia di dalam dirinya.
Adapun tema yang muncul pada subjek 3, secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut :
No Tema Analisa
1 Tahap Derita Subjek merasa kaget, marah dan kesal karena dirinya merasa tidak pernah melakukan hubungan seksual berganti pasangan tetapi dirinya bisa terinfeksi HIV.
Subjek juga merasa kesepian karena merasa di asingkan oleh orang-orang yang dicintainya.
2 Tragic Event Subjek diceraikan oleh mantan suaminya karena takut terinfeksi HIV dan keluarga subjek juga melarang
dirinya untuk tinggal di rumah orang tuanya karena keluarga takut nama baiknya menjadi rusak. Subjek merasa ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya.
3 kebebasan Subjek tinggal dirumah kontrakan seorang diri dan membuka kehidupan barunya bersama lingkungan yang baru juga.
4 Dukungan sosial Subjek mendapatkan dukungan dari teman-temannya berupa penerimaan terhadap diri subjek dan rekan-rekan subjek juga dapat menjadi teman curahan hati dirinya.
Kakaknya juga terkadang sering bermain kerumah subjek dan memberi dukungan moril terhadap subjek.
5 Penerimaan diri Subjek secara perlahan sudah mulai bisa menerima kondisinya yang terinfeksi HIV/AIDS. Subjek saat ini lebih menatap jauh ke depan, bersosialisasi dengan lingkungan agar subjek bisa berkontribusi serta di terima di masyarakat.
6 Penemuan makna
Subjek saat ini sudah bisa memaknai segala peristiwa di masa lalunya. Subjek merasa HIV/AIDS itu tidak identik dengan kematian, tergantung bagaimana seseorang bisa bangkit dan bergerak menjadi lebih baik lagi menjaga kesehatan jasmani dan kesehatan rohani adalah hal yang terpenting untuk bisa tetap bertahan di dunia ini.
7 Tujuan hidup Subjek juga memiliki tujuan hidup ke depan, subjek ingin mendapatkan suami yang bisa mencintai dirinya dengan kondisi subjek yang terinfeksi HIV/AIDS agar subjek bisa memliki anak yang dapat menemani dirinya.
8 Realisasi makna Subjek memiliki kegiatan rutin setiap harinya yaitu sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta di serang Banten. Bagi subjek pekerjaan tersebut bisa menjadi penghilang rasa sepi dari orang-orang yang subjek cintai serta pekerjaan tersebut bisa menghidupi dirinya. Subjek juga menyenangi pekerjaannya tersebut karena dirinya bisa berinteraksi dengan rekan-rekan kerjanya.
9 Kebermaknaan hidup
Subjek saat ini menjadi seseorang yang lebih bersemangat dalam menjalani hidup karena dirinya selalu menjaga hubungan terhadap Tuhan dan sesama manusia lainnya.
10 harapan Subjek memiliki harapan untuk bisa memiliki suami yang mau mendampingi subjek dan memiliki anak-anak yang lucu, sehat dan ceria. Subjek merasa apabila dirinya berada di sekeliling orang-orang yang dicintai maka subjek akan merasa lebih kuat, menjadi wanita tangguh dan tentunya ada kebahagiaan di dalam dirinya.
11 Bahagia Subjek merasa akan lebih bahagia apabila memliki
suami yang menerima apa adanya dan memliki anak-anak yang lucu, sehat dan ceria.