• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum A. Ketentuan Normatif Penyediaan Air Minum

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM 1. Permasalahan Pengembangan SPAM

2) Tantangan Eksternal

6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum A. Ketentuan Normatif Penyediaan Air Minum

Perkiraan kebutuhan air bersih didasarkan pada standar yaitu; minimal 60 l/hari/kapita dan maksimal 120 l/hari/kapita. Berdasarkan standar tersebut, kebutuhan air bersih dapat diperkirakan. Selain angka standar tersebut, guna menetapkan persentase pendistribusian volume air bersih yang diproduksi ditetapkan atas beberapa asumsi sebagai berikut:

 Kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan jumlah penduduk dengan rata-rata minimum 60 l/hari/kapita dan maksimum 120 l/hari/kapita.

 Kebutuhan untuk pelayanan sosial/pelayanan umum (kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan lain-lain) yaitu 5% - 10% dari kebutuhan total rumah tangga.

 Kebutuhan untuk komersil (perdagangan, jasa, dan industri) yaitu 10% - 20% dari kebutuhan total rumah tangga.

 Kebutuhan cadangan air minum minimal 10% dari kebutuhan total (rumah tangga dan fasilitas)

 Kebutuhan untuk menanggulangi kebocoran dalam pendistribusian pada instalasi air yaitu 15% - 25% dari kebutuhan total (rumah tangga + fasilitas + cadangan).

Rencana pengembangan sistem jaringan air bersih di Kabupaten Mukomuko adalah :

 Rencana penyediaan air bersih dalam jangka pendek dan menengah diarahkan untuk mengaktifkan kembali fungsi air bersih perpipaan yang ada, yaitu 6 (enam) sistem.

 Peningkatan sistem air bersih pedesaan yang ada serta pembangunan sistem baru dengan diprioritaskan pada daerah-daerah yang langka sumber air dan kualitas air permukaannya yang kurang baik.

 Penambahan hidran umum dengan prioritas pelayanan pada daerah yang kualitas air tanah dan air permukaannya kurang baik.

 Pemanfaatan air tanah untuk kawasan yang memiliki potensi dan yang belum terlayani oleh sistem perpiaan.

Dalamrangka merealisasikan rencana pengembangan air minum tersebut, terdapat beberapa ketentuan yang menjadi dasar rujukan meliputi; aspek teknis, aspek pendanaan, aspek kelembagaan, aspek perundanganan serta aspek peranserta masyarakat.

a. Aspek Teknis

Dalam rangka penyediaan air bersih, Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Air Bersih, merumuskan target program pelayanan air minum yang disesuaikan dengan kategori daerah, sebagaimana diperlihatkan seperti pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12

Pelayanan Air Berdasarkan Kategori Kota Kategori Bentuk Daerah Batasan Penduduk

(jiwa)

Kebutuhan Air (l/o/h)

I Kota Metropolitan > 1.000.000 190 II Kota Besar 500.000 – 100.000 170 III Kota Sedang 100.000 – 500.000 150 IV Kota Kecil 20.000 – 100.000 130 V IKK 3.000 – 20.000 100 VI Pedesaan < 3.000 60 Sumber : DPU Dirjen Cipta Karya, 1994

Untuk kategori I, II, dan I I, kebutuhan non domestik ditetapkan menurut survei dari kota yang bersangkutan dan dikaitkan dengan master plan kotanya. Untuk kategori IV, kebutuhan air non domestik ditetapkan sebesar 20% dari kebutuhan air domestik. Sedangkan untuk kota kategori V ditentukan 10% dari kebutuhan domestik.

Pilihan sumber air baku yang yang diperkenankan, harus memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinyuitas. Air yang diproduksi dari suatu Sistem Penyediaan Air minum, haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Standar kualitas air minum didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/ PER/IV/2010 mengenai standar air minum. Pada peraturan tersebut ditetapkan parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 6.13.

Tabel 6.13

Parameter Wajib Kualitas Air Minum

Berdasarkan Peraturan Menkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010

No Jenis Parameter Satuan Kadar yg

Diperbolehkan

1 Parameter Mikrobiologi

1) E.Coli Jumlah per 100 ml sampel 0 2) Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0

2 Kimia An-organik

1) Arsen mg/L 0,01

2) Fluorida mg/L 1,5

3) Total Kromium mg/L 0,05 4) Kadmium mg/L 0,003 5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/L 3 6) Nitrat, (Sebagai NO3-) mg/L 50 7) Sianida mg/L 0,07 8) Selenium mg/L 0,01

Khusus pengambilan air dari badan sungai, neraca air dapat diambil dari bendungan Selagan. Beberapa aspek pertimbangan dalam pemilihan kualitas air baku adalah: Warna; Kekeruhan; Salinitas dan PH. Untuk sumber air baku yang belum ada pengkajian neraca airnya bisa dilakukan survei dan pengkajian Sumber Daya Air Baku oleh Tenaga Ahli yang bersertifikasi dengan TIM yang berpengalaman dalam bidang air minum minimal 5 tahun (sesuai Permen PU Nomor 18/2007).

b. Aspek Pendanaan

Sumber pendanaan dalam Upaya peningkatan pelayanan air minum Kabupaten yang selama ini sebagian besar berasal dari Dana APBN dan APBD, ke depan akan gali kemungkinan dari sumber lain, pinjaman/hibah luar negeri; dari Masyarakat, dan dari pinjaman perbangkan serta dari CSR. c. Kelembagaan

Penyelenggaraan air minum di Kabupaten Mukomuko dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Selagan, yang meliuti 6 (enam) Cabang Sistem sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 6.10 terdahulu.

Aspek kelembagaan dan peraturan sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan dan penyediaan Air Minum. Beberapa aspek tersebut antara lain adalah:

a. Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPAM. Sebagai regulator adalah Dinas PU Kabupaten Mukomuko. Sedangkan sebagai Operator adalah PDAM dan Kelompok masyarakat). Peningkatan kinerja akan dapat dilakukan melalui Pelatihan; Peningkatan kualitas air minum; Memperkuat fungsi dinas-dinas terkait; Memperkuat PDAM; serta Memberdayakan kelompok masyarakat,dst)

b. Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyeleng-garaan (PDAM) dilakukan melalui peningkatan Sumber daya Manusia. c. Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll) yang

berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Mukomuko dalam bentuk PERDA.

d. Peraturan Perundangan

Sampai saat ini peraturan-perundangan (Perda, SK Bupati, dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di Kabupaten Mukomuko, masih sangat terbatas dan sulit untuk diidentifikasi. Adapun Perda yang ada adalah Pendirian PDAM serta tugas dan fungsi pokoknya.

e. Peranserta Masyarakat

Kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan air minum, masih perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat harus dipandang sebagai suatu proses pendidikan, dimana masyarakat ditempatkan tidak hanya sebagai objek melainkan sedapat mungkin sebagai pelaku. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan, yaitu dengan menerapkan Konsep Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat. Pengelolaan air minum berbasis masyarakat harus ada proses transformasi pengetahuan dalam kerangka membangun sikap dan perilaku positif, yang pada akhirnya dapat terbentuk :

Individually Responsible. yaitu partisipasi aktif individu yang terlihat dalam aktivitas sehari-hari untuk memperbaiki kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya. Aktifitas yang muncul umumnya adalah “tertib buang sampah di dalam rumah, membersihkan sekitar rumah, tertib buang sampah sesuai dengan sistem pelayanan yang ada, dan bertanggung jawab atas pembayaran retribusi,

Collectivelly Responsible. yaitu partisipasi aktif sekelompok masyarakat atau komunitas. Partisipasi terlihat dalam bentuk aktivitas :

 Kampanye kebersihan

 Menyelenggarakan aktifitas rutin atau berkala untuk kebersihan tempat umum dan menjaga kebersihan lingkungan yang lebih luas dari sekitar rumah

 Berpartisipasi dalam mengelola sampah dari mulai pengumpulan hingga pengolahannya, baik atas inisiatif dan donasi mandiri, ataupun dukungan dari lembaga lain

 Berpartisipasi dalam pertemuan dengan organisasi dan Pemerintah Daerah setempat atau lembaga lainnya yang berkompetensi di pengelolaan sampah, berpartisipasi formal sebagai koordinator peningkatan peran serta masyarakat, dan berpartisipasi dalam kampanye dari rumah ke rumah atau di tempat umum.

Untuk meningkatkan peranserta masyarakat, dapat dilakukan beberapa aspek sebagai berikut:

 Kegiatan penyuluhan formal dan informal mengenai pentingnya kebersihan di lingkungan permukiman dan pentingnya kebersihan dalam mendukung kesehatan lingkungan kota. Kegiatan penyuluhan ini diarahkan ke pembentukan, perubahan sikap, dan perilaku secara bertahap dari mulai cara membuang sampah pada tempatnya sampai mengurangi dan mencegah timbulnya sampah dan memilah sampah kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai upaya ibadah.

 Penyebaran pengetahuan populer tentang pengelolaan sampah. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan sekolah, pembinaan generasi muda, ceramah agama, kegiatan media massa, media hiburan, dan pembinaan politik.

 Penggalangan peran serta masyarakat diorientasikan untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi aktif masyarakat terhadap implementasi kebijakan, program, dan aktivitas penyelenggaraan sistem pengelolaan kebersihan kota.

 Melibatkan seluruh stakeholder dalam seluruh rangkaian sistem pengelolaan sampah dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian.

 Sektor informal yang berperan dalam pengurangan sampah (pemanfaatan, daur ulang, dan pengomposan) perlu kebijakan pengakuan dan diintegrasikan ke dalam sistem pengelolaan sampah formal.

 Kegiatan pengawasan dan tinjauan langsung

Untuk melakukan transformasi kepada masyarakat agar tumbuh peranserta secara aktif, diperlukan suatu proses yang tidak mudah, karena itu upaya-upaya yang harus dilakukan adalah:

1. Tahapan kognitif, yaitu tahapan mengetahui. Pada tahap ini masyarakat memperoleh informasi atau pengetahuan tentang apa yang dilakukan dalam pengelolaan air minum melalui berbagai media. Namun pada tahapan ini pengetahuan yang dimiliki belum mendalam. Untuk mencapai tahapan ini dapat dilakukan melalui penyebaran brosur, leaflet, spanduk, berita, dan media lainnya.

2. Tahapan afektif, yaitu tahapan memperhatikan. Setelah seseorang sampai pada tahap mengetahui maka, akan mempengaruhi aktivitas selanjutnya yaitu memperhatikan dengan cara mencari kejelasan tentang pengelolaan air minum yang mereka dengar, lihat, atau baca. Tahapan ini juga disebut tahap menarik perhatian atau tahap kesadaran karena seseorang baru sadar bahwa adanya pengelolaan air minum akan memberikan manfaat yang besar bagi dirinya dan lingkungan bila mereka berperanserta.

3. Tahapan melakukan penilaian. Setelah memperhatikan tentang penyelenggaraan pengelolaan air minum dan merasa tertarik, umumnya seseorang akan melakukan penilaian dari berbagai aspek yaitu dari aspek teknis seperti apa yang dapat dilakukan, secara ekonomis apakah menguntungkan dan secara sosial kemanfaatannya bagi lingkungan. Pada tahap evaluasi, seseorang memutuskan apakah akan mengikuti program yang disarankan atau tidak. Partisipasi masyarakat umumnya akan tinggi pada program yang telah berhasil dan sudah ada/dibentuk. 4. Tahapan mencoba. Apabila setelah melakukan penilaian,

penyelenggaraan pengelolaan air minum, disimpulkan memberi manfaat maka, selanjutnya individu akan mencoba untuk berperanserta dengan mencoba dari hal yang kecil – kecil terlebih dahulu sesuai dengan kemampuannya. Jika seseorang yang baru sampai pada tahap mencoba suatu program baru dan sudah menemukan kesulitan, umumnya orang tersebut akan mundur dan dengan mudah meninggalkan program. Oleh karena itu, pengenalan dan tuntutan kegiatan secara bertahap sangat diperlukan.

5. Tahapan adopsi, yaitu tahap penerapan. Jika program pendidikan dan kepedulian telah direncanakan dan diterapkan dengan baik, maka keikutsertaan dan dukungan masyarakat akan tumbuh dengan mantap dalam tahap ini.

6. Tahapan memelihara peranserta. Dukungan dalam program pengelolaan air minum telah terjamin dan perlu dibangun melalui pendidikan berkala dan usaha kepedulian. Dalam tahap ini sebaiknya insentif/bantuan dana dalam bentuk penghargaan dan official

recognition atau penghargaan tertentu diberikan kepada masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan partisipasi lebih lanjut. Perasaan untuk melakukan hal yang benar berlaku dan harus dipelihara.