• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SISTEM PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

C. Evaluasi Kinerja Pegawai Negeri Sipil

1. Analisis Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Dalam hal ini, penulis akan memberikan gambaran berupa evaluasi kinerja dari Pegawai Negeri Sipil. Adapun faktor-faktor yang mepengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah meliputi :

a. Budaya kerja, khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor ini dapat dikategorikan sebagai permasalahan yang harus diberikan perhatian khusus dalam sistem kepegawaian Indonesia. Lemahnya budaya kerja didasarkan oleh kepentingan masing-masing individu yang mempunyai motivasi yang berbeda dalam setiap kegiatan. Hubungannya dengan kinerja, budaya kerja yang kurang kondusif dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang dirasakan bersikap toleran (budaya permisif) terhadap pelanggaran- pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil Bentuk lainnya berupa sikap yang terbangun oleh latar belakang pendidikan dan lingkungan keluarga, sehingga memberikan pengaruh bagi kinerja masing-masing individu dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem kepegawaian Indonesia lebih menekankan pada isi peraturan yang pasti dalam tugas namun dalam aplikasinya masih terhalangi oleh mekanisme yang belum optimal karena faktor budaya kerja masing-masing individu.

b. Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan melekat yang dilakukan oleh unsur pimpinan dan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Inspektorat (Jenderal, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) dan Badan Kepegawaian Daerah. Daerah merupakan faktor

yang mempengaruhi kinerja. Hal ini dikarenakan budaya yang terbangun untuk dapat bersikap toleran terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan oleh Pegawai Negeri Sipil. Bentuk pengawasan tersebut masih bersifat permisif dan masih terdapat keragu-raguan dalam penegakan hukumnya. Belum dapat dilaksanakannya suatu sistem yang dapat memonitor pelaksanaan kerja secara komprehensif. Bentuk pengawasan itu sendiri hanya bersifat temporer dan tidak kontinu sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal.133

Berdasarkan analisis data Badan Kepegawaian Daerah, jenis/bentuk pelanggaran disiplin yang sering dilakukan Pegawai Negeri Sipil meliputi :

a. Terlambat masuk kantor tanpa alasan yang jelas dan masuk akal;

b. Pulang kantor lebih awal tanpa alasan yang jelas dan masuk akal, tanpa izin atasan;

c. Selama jam kantor tidak melaksanakan pekerjaan (keluar kantor untuk tujuan di luar kedinasan/urusan pribadi);

d. Mangkir/tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dan masuk akal; e. Menyalahgunakan wewenang;

f. Melakukan hubungan intim/perselingkuhan.

Berdasarkan data tersebut, terdapat latar belakang yang kompleks (bersifat subjektif) dalam terjadinya pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, namun hal yang paling mendasar adalah sebagai berikut.

133

Tedi Sudrajat, Relevansi dan Efektivitas Sumpah/Janji Pengangkatan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Banyumas, (Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2005), hlm. 165.

a. Pengaruh lingkungan kerja yang kurang kondusif. Adanya suatu pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja dengan penyelenggara pemerintahan, dalam arti kecenderungan pegawai untuk membiarkan terjadinya pelanggaran karena menganggap hal tersebut merupakan perbuatan yang masih dapat ditolerir.

b. Adanya pengaruh yang signifikan antara fungsi penerapan hukum dengan perbuatan pegawai yang melanggar peraturan, karena terdapatnya pengawasan yang kurang dan dapat diasumsikan bahwa :

1. Kurang responnya aparat terhadap sanksi, karena kurangnya pengawasan dari pihak yang terkait dan membiarkan pelanggaran terjadi.

2. Terdapatnya motivasi yang kurang dari Pegawai Negeri Sipil dikarenakan sistem yang tidak mewajibkan setiap pegawai untuk bekerja mengejar keuntungan bagi instansi sehingga tidak menuntut mereka untuk saling memberikan prestasi karena hasil yang diterima setiap bulannya relatif tidak berubah. Hal ini berimbas pada kinerja yang hanya berorientasi pada hasil bukanlah proses penyelenggaraan tugasnya. Pengaruh dari kurangnya motivasi tersebut membuat pihak penyelenggara pemerintahan hanya menjalankan tugasnya dalam artian formalitas hanya untuk mengisi jadwal kehadiran kerja dan bekerja dalam artian mengejar deadline suatu tugas tanpa memperhatikan tujuan yang diharapkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mengupayakan kesejahteraan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya.

Berdasarkan hal di atas, dapat ditarik inti sari permasalahan, yaitu faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil meliputi : 1) Lemahnya pengawasan atasan langsung;

2) Kurangnya pemahaman terhadap perundang-undangan yang berlaku;

3) Kurangnya pembinaan/sosialisasi tentang perundang-undangan di bidang kepegawaian disiplin pegawai;

4) Tingkat kesadaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

2. Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Di lingkungan pegawai negeri dalam rangka menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan telah dibuat suatu ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di mana ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 dan ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 23/SE/1980 Tahun 1980.134

Menurut Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, Peraturan Disiplin adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi, apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dibahas mengenai pelanggaran

134

disiplin, yaitu setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Tulisan adalah pernyataan pikiran dan/atau perasaan secara tertulis, baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan, dan lain-lain yang serupa dengan itu. Ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan di hadapan atau dapat didengar oleh orang seperti dalam rapat, ceramah, melalui telepon, televisi atau alat komunikasi lainnya. Perbuatan adalah setiap tingkah laku, sikap, atau tindakan.

a. Kewajiban yang Harus Ditaati

Kewajiban yang termaktub dalam poin 1 terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang menetapkan kewajiban sebagai berikut :

Pasal 2 :

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan pemerintah.

2. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain. 3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan

4. Mengangkat dan menaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya. 6. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah, baik yang

langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum.

7. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

8. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara.

9. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil.

10. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuangan, dan material.

11. Menaati ketentuan jam kerja.

12. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.

13. Menggunakan dan memelihara barang-baranag milik Negara dengan sebaik- baiknya.

14. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing.

15. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya. 16. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.

17. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya.

18. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya.

19. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya.

20. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan.

21. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil, dan terhadap atasan. 22. Hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memeluk agama/

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berlainan. 23. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat.

24. Menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.

25. Menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang.

26. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap ;aporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.

b. Larangan Yang Tidak Boleh Dilanggar

Larangan yang termaktub dalam Poin 2 Ketentuan-Ketentuan Pokok Disiplin Pegawai Negeri Sipil terdapat dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.

Pasal 3, Setiap PNS dilarang :

1. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil.

2. Menyalahgunakan wewenangnya.

3. Tanpa izin Pemerintah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing. 4. Menyalahgunakan barag-barang, uang, atau surat-surat berharga milik

Negara.

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah.

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.

7. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya.

8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapa pun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

9. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan.

10. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.

11. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani. 12. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.

13. Membocorkan dan/atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepantingan pribadi, golongan, atau pihak lain. 14. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk

mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi Pemerintah.

15. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya.

16. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatannya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menetukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan.

17. Melakukan kegiatan usaha dagang, baik secara resmi, maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.

18. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain. c. Jenis-Jenis Hukuman Disiplin

Jenis-jenis hukuman disiplin yang termaktub dalam Poin 3 Ketentuan- Ketentuan Pokok Disiplin Pegawai Negeri Sipil terdapat dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 berupa :

Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, tingkat hukuman disiplin terdiri atas :

1. Hukuman disiplin ringan; 2. Hukuman disiplin sedang; 3. Hukuman disiplin berat.

Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, jenis hukuman ringan terdiri atas :

1. Teguran lisan; 2. Teguran tertulis;

3. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, jenis hukuman sedang terdiri atas :

1. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;

2. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;

Pasal 6 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, jenis hukuman berat terdiri atas :

1. Penurunan pangkat pada tingkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun;

2. Pembebasan dari jabatan;

3. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil;

BAB III

PROSES PENGANGKATAN JABATAN STRUKTURAL

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999

TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA TENTANG

KEPEGAWAIAN

A. Pengangkatan dalam Pangkat dan Jabatan 1. Pengangkatan dalam Pangkat

Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.135 Oleh karena itu setiap Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat tertentu. Untuk pertama kalinya Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat sesuai dengan tingkat pendidikan masing-masing. Pangkat-pangkat dan jenis pendidikan yang mendasari pengangkatan dalam pangkat tersebut adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil136 yang secara garis besar dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

135

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil, LNRI Tahun 2000 Nomor 196, TLNRI Nomor 4017.

136

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil, LNRI Tahun 2002 Nomor 31, TLNRI Nomor 4192.

Tabel. 2 Golongan/Ruang Yang Ditetapkan Untuk Pengangkatan Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil

No Pangkat Golongan/ Ruang Pendidikan (Ijazah) 1 2 3 4 5 6 7 8 Juru Muda Juru Pengatur Muda Pengatur Muda Tk I Pengatur Penata Muda Penata Muda Tk I Penata I/a I/c II/a II/b II/c III/a III/b III/c Sekolah Dasar

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Atau Diploma I Diploma II Diploma III Sarjana (S1)

Magister (S2), Dokter, Apoteker Doktor (S3)

Sumber : Pasal 11 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

Pengangkatan pertama pegawai di lingkungan kerja Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah dalam status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dimana untuk dapat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil memerlukan waktu satu sampai dua tahun. Masa menunggu Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil tersebut disebut sebagai masa percobaan. Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan digaji sebesar 80 % dari gaji pokok Pegawai Negeri Sipil. Walaupun masa percobaan Calon Pegawai Negeri Sipil adalah satu sampai dengan dua tahun, namun ada kalanya Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah lebih dari dua tahun masa kerjanya. Apabila demikian maka diperlukan

adanya persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara, dimana dalam nota persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara tersebut dicantumkan alasan keterlambatan pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri Sipil.

2. Pengangkatan dalam Jabatan

Setelah seorang Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, maka terbukalah kesempatan bagi yang bersangkutan untuk diangkat dalam jabatan tertentu. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka susunan suatu organisasi. Jabatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional.137

a. Jabatan Struktural

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural, yang dimaksud dengan jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara.138

Tugas adalah pekerjaan yang wajib dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang Pegawai

137

H. Nainggolan, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta: Ghalia, 1987), hlm. 119. 138

Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural, LNRI Tahun 2002 Nomor 33, TLNRI Nomor 4194.

Negeri Sipil untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani menanggung resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukan. Wewenang adalah keabsahan tindakan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural agar dapat menentukan tata cara dan tindakan yang perlu diambil dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan hak adalah keabsahan tindakan Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural untuk menggunakan segala sarana dan prasarana agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

Jabatan struktural ini dibagi menjadi dua, yaitu jabatan struktural umum dan jabatan struktural khusus. Jabatan struktural umum adalah jabatan yang bersifat pelayanan administrasi (supporting unit) dalam suatu organisasi seperti jabatan di lingkungan Sekretariat Jenderal (Kepala Biro Umum, Kepala Biro Perlengkapan, Kepala Biro Kepegawaian dan jabatan lain yang serupa dengan itu). Sedangkan jabatan struktural khusus adalah jabatan yang bersifat teknis operasional (lini) dalam suatu organisasi seperti jabatan di lingkungan Direktorat Jenderal (Direktur, Kepala Pusat, Kepala Balai atau jabatan lain yang serupa dengan itu).

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan

golongan.139 Tujuan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural adalah untuk mewujudkan aparatur negara yang berdaya guna dan berhasil guna serta sanggup dan mampu melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural ditentukan bahwa syarat-syarat bagi Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural tersebut adalah sebagai berikut140 :

1. berstatus Pegawai Negeri Sipil ;

2. serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat dibawah jenjang pangkat yang ditentukan;

3. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan ;

4. semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;

5. memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan ; dan 6. sehat jasmani dan rohani.

Untuk lebih jelasnya mengenai pengangkatan jabatan struktural tersebut di atas akan diuraikan sebagai berikut141 :

139

Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, LNRI Tahun 1999 Nomor 169, TLNRI Nomor 3890.

140

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural, LNRI Tahun 2002 Nomor 33, TLNRI Nomor 4194.

141

Lampiran I Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.

1. Syarat pengangkatan

Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil

Jabatan struktural hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Calon Pegawai Negeri Sipil tidak dapat menduduki jabatan struktural karena masih dalam masa percobaan dan belum mempunyai pangkat. Bagi anggota TNI dan anggota kepolisian negara tidak dapat menduduki jabatan struktural karena tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. b. Serendah-rendahnya memiliki pangkat 1 (satu) tingkat di bawah jenjang

pangkat yang ditentukan. Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki pangkat satu tingkat lebih rendah dari jenjang pangkat untuk jabatan struktural tertentu, dipandang telah mempunyai pengalaman dan atau kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan jabatannya.

c. Memikili kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan. Kualifikasi dan tingkat pendidikan pada dasarnya akan mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatannya secara profesional khususnya dalam upaya penerapan kerangka teori analisis maupun metodologi pelaksanaan tugas dalam jabatannya.

d. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Penilaian prestasi kerja (DP-3) pada dasarnya adalah penilaian dari atasan langsungnya terhadap pelaksanaan

pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk dapat diangkat dalam jabatan yang lebih tinggi. Dalam DP-3 memuat unsur-unsur yang dinilai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan. Apabila setiap unsur yang dinilai sekurang- kurangnya bernilai baik dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir, maka pegawai yang bersangkutan telah memenuhi salah satu syarat untuk dipertimbangkan diangkat dalam jabatan struktural.

e. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugas secara profesional, efektif dan efisien. f. Sehat jasmani dan rohani disyaratkan dalam jabatan struktural karena

seseorang yang akan diangkat dalam jabatan tersebut harus mampu menjalankan tugas secara professional, efektif dan efisien. Sehat jasmani, artinya Pegawai Negeri Sipil tidak dalam keadaan sakit-sakitan sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Sehat rohani, artinya Pegawai Negeri Sipil tidak dalam keadaan terganggu mental atau jiwanya, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

2. Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di atas, pejabat pembina kepegawaian pusat dan pejabat pembina kepegawaian daerah perlu memperhatikan faktor :

a. Senioritas dalam kepangkatan. Hal ini digunakan apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat untuk diangkat dalam jabatan struktural untuk menduduki jabatan yang sama. Dalam hal demikian untuk menentukan salah seorang di atara dua orang atau lebih calon tersebut digunakan faktor senioritas dalam kepangkatan yaitu Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai masa kerja paling lama dalam pangkat tersebut diprioritaskan. Apabila calon memiliki kepangkatan lebih senior ternyata tidak dapat dipertimbangkan untuk diangkat dalam jabatan struktural maka pejabat yang berwenang wajib memberitahukan secara langsung kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tertulis.

b. Dalam menentukan prioritas dari aspek usia harus mempertimbangkan faktor pengembangan dan kesempatan yang lebih luas bagi Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan suatu jabatan struktural. Dengan demikian yang bersangkutan memiliki cukup waktu untuk menyusun dan melaksanakan rencana kerja serta mengevaluasi hasil kerjanya.