• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI DALAM

B. Upaya

Dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi diperlukan upaya- upaya yang dilakukan. Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara agar proses pengangkatan jabatan struktural dapat terlaksana dengan baik dan jauh dari praktek KKN menurut penulis adalah :

1. Mengadakan Seleksi melalui Fit and Proper Test

Seleksi melalui fit and proper test seharusnya diberlakukan kepada semua Pegawai Negeri Sipil yang akan menduduki jabatan, baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional. Tujuannya adalah untuk mengetahui

179

Hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi (Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara), pada tanggal 17 Juli 2009.

kelayakan mereka pada posisi jabatan yang akan didudukinya, adapun maksud dari pada fit and proper test adalah untuk mencari kandidat yang memiliki karakteristik seperti sikap, minat, motivasi, keterampilan dan watak yang tepat untuk jabatan yang harus diisi. Sehingga pengangkatan seseorang dalam suatu jabatan adalah bukan berdasarkan "selera" pimpinan atau atasan yang mengangkatnya.

Seleksi melalui fit and proper test merupakan salah satu proses yang dianggap penting dan perlu dilaksanakan dalam rangka pengangkatan pejabat struktural. Alasannya adalah dengan adanya fit and proper test maka pengangkatan calon pejabat struktural akan terhindar dari KKN serta sesuai dengan kemampuan calon pejabat struktural tersebut.180

2. Membentuk Unit Penyelenggara Seleksi Fit and Proper Test

Untuk mengungkap lebih jauh tentang relevansi dilaksanakan seleksi melalui fit and proper test terhadap proses pengangkatan pejabat struktural, maka hendaknya dibentuk tim khusus/independen yang menyelenggarakan seleksi melalui fit and proper test tersebut.181

Dari hal tersebut di atas dapat memberi gambaran bahwa dalam pelaksanaan seleksi melalui fit and proper test diharapkan kepada pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menunjuk unit/lembaga penyelenggara seleksi yang lebih proporsional. Artinya unit/lembaga penyelenggara tersebut

180

Tim Peneliti Badan Kepegawaian Negara, Persepsi PNS..., Op.Cit., hlm. 97. 181

memang benar-benar mengerti dan sesuai dengan substansinya. Dalam hal ini Biro/Bagian kepegawaian menjadi penyelenggara karena lebih mengerti kebutuhan organisasi dan sesuai dengan substansinya atau dibentuk tim khusus yang menyelenggarakan seleksi fit and proper test ini supaya bisa lebih obyektif dan transparan, supaya tidak dapat dipengaruhi oleh kepentingan kelompok tertentu.182

3. Melakukan Uji Kompetensi

Upaya yang juga harus dilakukan adalah dengan mengadakan uji kompetensi. Setiap calon pejabat yang akan diangkat dalam suatu jabatan struktural kepadanya perlu dilakukan uji kompetensi, atau dengan kata lain bahwa pengujian kompetensi terhadap calon pejabat struktural adalah merupakan proses yang sangat penting dan perlu dilaksanakan.

4. Penerapan Standar Kompetensi

Untuk menerapkan sistem merit secara konsisten, dalam pelaksanaan pemanfaatan pegawai harus didasarkan pada standar jabatan dan kompetensi. Sesuai penjelasan pasal 5 huruf (e) Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural menyebutkan, kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

182

Standar Kompetensi adalah standar kemampuan seseorang yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya, atau alat ukur yang dibutuhkan untuk suatu jabatan tertentu.

5. Baperjakat

Untuk menjamin kualitas dan obyektivitas pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural Eselon II ke bawah, pada setiap instansi dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat).

Keberadaan Baperjakat dalam rangka proses pengangkatan pejabat struktural masih relevan, artinya untuk menjamin kualitas dan obyektivitas, maka peran Baperjakat masih diharapkan sebagai lembaga yang mengemban amanah dalam proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural. Untuk menghindari kecolongan pengisian jabatan struktural, Kantor Wilayah mulai kembali mengaktifkan Baperjakat dalam proses pengusulan pejabat struktural ke Kantor Pusat.183

Selanjutnya dalam kaitannya dengan konsepsi kepemerintahan yang baik (good governance), maka secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang baik (good governance) mengandung dua pemahaman : Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak

183

Hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi (Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara), pada tanggal 17 Juli 2009.

rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial, Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.184

Kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal, yaitu185 : 1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional;

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.

Peningkatan produktivitas kerja sumber daya manusia strategis merupakan syarat utama dalam era globalisasi untuk mewujudkan kemampuan bersaing dan kemandirian. Sejalan dengan proses pengangkatan jabatan struktural dalam kaitan membangun sistem manajemen kinerja di masa yang akan datang diharapkan dapat mempersiapkan sumber daya manusia profesional, berkinerja tinggi, mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan produktivitas guna mewujudkan good governance, mengantisipasi perkembangan dunia yang pesat di berbagai aspek kehidupan.

Terdapat 4 (empat) unsur atau prinsip utama yang dapat memberi gambaran administrasi publik yang berciri kepemerintahan yang baik, yaitu akuntabilitas, transparan, keterbukaan dan aturan hukum.186 Untuk mewujudkan

184

Sedarmayanti, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Bagian Kedua,

(Bandung: Mandar Maju, 2004), hlm. 42. 185

Ibid.

186

good governance, diperlukan manajemen penyelenggaraan pemerintah yang baik dan handal yakni manajemen yang kondusif, responsif dan adaptif. Karakteristek

good governance, diharapkan dapat diwujudkan dengan cara melakukan

pembangunan kualitas sumber daya manusia agar lebih berkinerja tinggi dan lebih produktif sebagai pelaku good governance.187

187