• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparatif

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 67-75)

4.2. Hasil dan Analisis Tindakan

4.2.2. Analisis Komparatif

Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar IPA siswa kelas 5 SDN Patemon 01 pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Kondisi awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tuntas ≥ 75 5 25 14 70 19 95

2. Belum Tuntas < 75 15 75 6 30 1 5

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Nilai Rata-rata 62,50 77,80 85,00

Berdasarkan tabel 4.17 tentang perbandingan ketuntasan belajar IPA, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang

136

tuntas atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) hanya berjumlah 5 siswa dengan persentase 25% sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 15 siswa dengan persentase 75%, pada kondisi awal rata-rata hasil belajar IPA 62,50. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa dengan persentase siswa tuntas 70%, sementara 6 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 30%, pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA 77,80 dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar IPA siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 80% dari total keseluruhan siswa. Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 75 yaitu sebanyak 19 siswa dengan besar persentase 95%, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM 75 hanya 1 siswa dengan besar persentase 5%, nilai rata-rata hasil belajar IPA siklus II mencapai 85. Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa ≥ 80%).

Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.21 berikut:

137

Diagram 4.21 Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar IPA dapat dilihat pada diagram 4.22 berikut ini:

Diagram 4.22 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SDN Patemon 01, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih cenderung menggunakan cara lama yaitu dengan ceramah, guru menilai pembelajaran menggunakan ceramah

138

jauh lebih praktis daripada harus menggunakan beragam model pembelajaran yang inovatif yang menurut guru memerlukan banyak persiapan yang lebih di dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga masih langka dilakukan oleh guru, guru merasa kurang terampil dalam menggunakan media pembelajaran sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru masih mengesampingkan pemanfaatan sebuah media, padahal hakikat sebuah media pembelajaran selain menambah ketertarikan siswa juga dapat membantu guru di dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sehingga siswa tidak harus selalu mendengarkan ceramah yang guru sampaikan, mendengarkan ceramah secara terus menerus dalam pembelajaran menjadikan siswa bosan dan jenuh.

Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas 5 di SDN Patemon 01 tersebut menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif di dalam proses belajar mengajar, tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membantu mereka membangun sebuah konsep materi, semua kegiatan di dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran bukan merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asyik bermain sendiri dan bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Patemon 01. Diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM 75 hanya 5 siswa atau 25% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 15 siswa atau 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan kondisi yang demikian maka peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Patemon 01 dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yaitu model Make a Match berbantuan media gambar.

Berikut ini tabel 4.18 perbandingan hasil analisis observasi aktivitas guru dan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II:

139

Tabel 4.18

Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

Tindakan Siklus I Siklus II

% %

Aktivitas Guru 117,67 81,71 137,5 95,49

Aktivitas Siswa 75 75 93 93

Berdasarkan tabel 4.18 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 117,67 dengan persentase 81,71%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 137,5 dengan persentase 95,49%. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 75 dengan persentase 75%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 93 dengan persentase 93%. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.23 sebagai berikut:

Diagram 4.23 Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

140

Berdasarkan diagram 4.23 tentang peningkatan rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Patemon 01. Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar hasil belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata KKM ≥ 75 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Patemon 01 setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.19 sebagai berikut:

Tabel 4.19

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Siklus I Siklus II

Hasil Belajar IPA 77,80 85,00

Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 77,80 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 62,50 dengan pencapaian ketuntasan belajar IPA siswa mencapai 70%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA, tetapi hasil yang diperoleh tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 80% siswa tuntas dari total keseluruhan siswa, maka dari itu masih diperlukannya upaya perbaikan pada siklus II.

141

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 85 dengan pencapaian ketuntasan belajar IPA siswa mencapai 95%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 80% siswa tuntas. Pada pelaksanaan tindakan siklus II masih ada 1 siswa yang belum berhasil mencapai KKM 75, hal ini dikarenakan siswa tersebut diketahui memang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata siswa, dalam mengikuti kegiatan pembelajaran siswa tersebut juga kurang aktif, cenderung diam, dan sulit berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa juga sering terlihat mengacuhkan guru ketika guru mulai menyampaikan materi. Beberapa hal yang menjadi penyebab tersebut merupakan faktor yang menyebabkan hasil belajar yang diperolehnya masih rendah. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.24 sebagai berikut:

Diagram 4.24 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus II

142

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani di dalam menyampaikan gagasan dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajarannya. Penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar memberikan banyak hal yang positif bagi siswa salah satunya dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA.

Pemanfaatan media gambar dalam pembelajarannya menambah manfaat dari pelaksanaan PTK ini, adanya media gambar membuat siswa dapat berpikir secara konkrit tentang materi proses pembentukan tanah yang disampaikan guru. Selain itu model Make a Match dengan permainan kartunya membuat siswa dapat belajar mengenai materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan, permainan pasang kartu dalam pembelajaran ini mengurangi perasaan takut dan tegang yang dirasakan oleh siswa saat mengikuti proses pembelajaran, kegiatan pasang kartu dalam Make a Match juga menjadikan siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan baik di dalam kelompok. Interaksi yang muncul antara siswa dengan siswa dan kerjasama yang terjalin dalam kegiatan diskusi Make a Match membentuk situasi belajar yang kondusif. Siswa sangat antusias bekerja sama untuk mencari pasangan kartu sambil belajar suatu materi. Selain itu guru juga membentuk pembelajaran yang berlangsung menjadi arena kompetisi belajar yang positif bagi siswa, guru memberikan penghargaan berupa stiker hebat dan hadiah kepada pasangan yang berhasil menyusun kartu dengan benar dan dalam waktu yang cepat, pemberian reward ini dimaksudkan untuk menambah semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata

143

pelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan proses pembentukan tanah sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar IPA yang diperoleh siswa. Hasil tersebut selaras dengan teori Huda (2013:253) yang menyebutkan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas belajar secara kognitif, peningkatan aktifitas belajar secara kognitif tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Patemon 01 setelah dilaksanakannya tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar.

Berdasarkan uraian penelitian yang telah disajikan, maka penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 Semester II SDN Patemon 01 Tahun Pelajaran 2013/2014 ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Irianti. S. Noviana, dari penelitian tersebut diketahui rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA meningkat menjadi 78,5 setelah penerapan model pembelajaran Make a Match, selanjutnya penelitian oleh Ria Yuni Astuti juga menunjukkan hasil yang serupa bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar sampai 100% dengan nilai rata-rata siswa 83,3. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Lilis Setyaningsih juga menunjukkan hasil yang sama pada mata pelajaran IPS persentase ketuntasan siswa mencapai 100% dengan nilai rata-rata siswa 84. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 67-75)

Dokumen terkait