• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsep SCM

Dalam dokumen CALL FOR PAPER 2010 MUNAS APTIKOM. (Halaman 49-51)

Dini Hamidin 1 , Kridanto Surendro 2

3 Analisis Konsep SCM

SCM pada paper ini akan dijabarkan berdasarkan tiga kategori konsep SCM Mentzer

dkk. [6], yaitu SCM sebagai filosofi manajemen, filosofi implementasi dan serangkaian proses manajemen.

3.1 SCM sebagai Filosofi Manajemen

suatu pendekatan sistem untuk melihat rantai pasok secara keseluruhan, dan untuk mengelola keseluruhan aliran persediaan barang dari supplier sampai ke pelanggan akhir, sebagai suatu orientasi strategis terhadap upaya kerjasama untuk melakukan sinkronisasi dan konvergensi antar perusahaan dan antar operasional perusahaan serta kapabilitas strategis ke dalam suatu kesatuan yang utuh dan fokus pada penciptaan keunikan nilai pelanggan. Konvergensi merupakan kolaborasi dan keselarasan dalam dan seluruh industri yang di dalamnya terdiri dari orang-orang, ide-ide/proses yang saling bersinergi dengan cara yang baru [10, 2].

Sehingga SCM sebagai filosofi manajemen memandang bahwa keseluruhan pengelolaan aliran fisik dari supplier sampai ke pelanggan akhir melibatkan sinkronisasi dan konvergensi antar perusahaan dan antar operasional perusahaan.

a. Sinkronisasi

Dalam lingkungan dinamis, sinkronisasi diperlukan untuk dapat menghasilkan nilai maksimal rantai pasok. Sinkronisasi berhubungan dengan koordinasi kegiatan dalam mengoperasikan sistem secara serempak. Sinkronisasi komponen strategis rantai pasok dapat mengidentifikasi perubahan permintaan pelanggan dan perubahan sistem persediaan serta visibilitas sistem yang dimiliki partisipan.

b. Konvergensi

Konvergensi merupakan kolaborasi dan keselarasan orang, ide dan proses yang saling bersinergi dengan cara yang baru. Lima kunci utama penggerak perubahan konvergensi Shaheen [10], yaitu:

kapabilitas digital, permintaan bandwith,

peningkatan kebutuhan layanan wireless, regulasi

layanan yang up-to-date dengan perkembangan

teknologi dan internet, dan berhubungan dengan perkembangan teknologi digital yang memungkinkan perusahaan rantai pasok untuk dapat memberikan layanan yang cepat dan keamanan dan kehandalan dalam komunikasi.

Berdasarkan lima kunci penggerak utama tersebut, maka konvergensi berhubungan dengan:

1. Konvergensi teknologi jaringan, yaitu

infrastruktur fisik dan ketersediaan layanan baru untuk melayani kebutuhan dan kepuasan pelanggan dan supplier.

2. Konvergensi layanan, yaitu penyediaan

content yang digunakan sebagai alat untuk memberikan layanan untuk mendukung dan membangun rantai nilai pasok dari dan ke pelanggan dan supplier.

3. Sifat konvergensi, yaitu sebagai alat

38 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom

Bandung, 9 Oktober 2010

dalam lingkup interorganisasional lokal maupun global, yang tentunya memberikan dampak pada kebijakan dan regulasi di tingkat internal, nasional maupun internasional.

3.2 SCM sebagai Filosofi Implementasi

Dalam filosofi implementasi, terdapat tujuh aktivitas SCM terkait dengan integrasi dan interoperabilitas.

a. Integrasi

Integrasi merupakan penggabungan bagian- bagian/aktivitas-aktivitas hingga membentuk keseluruhan. Sehingga, integrasi dapat meningkatkan hubungan di setiap rantai nilai, memfasilitasi pengambilan keputusan, memungkinkan terjadinya penciptaan nilai dan proses transfer dari supplier sampai ke pelanggan akhir untuk mengoperasikan aliran informasi, pengetahuan, peralatan dan aset fisik.

Standarisasi yang terjadi pada integrasi menjadikan integrasi harus dapat dikarakteristikan sebagai kerjasama, kolaborasi, berbagi informasi (information sharing), kepercayaan (trust),

kemitraan (partnership), berbagi teknologi (shared

technology), kompatibilitas, berbagi resiko dan manfaat, komitmen dan visi yang sama, kebergantungan dan berbagi proses utama. Sehingga integrasi dapat dilihat dari empat jenis integrasi rantai pasok yang diperkenalkan oleh Noord (1992) dalam Becker dkk. [1], yaitu:

1. Integrasi fisik, mengacu pada perubahan

dalam proses dan aktivitas untuk meningkatkan dan efisiensi proses inti.

2. Integrasi informasi, mengacu pada

pertukaran informasi yang berhubungan dengan tingkat inventori, perencanaan transportasi/manufaktur, peramalan, status aktual proses dan sebagainya.

3. Integrasi koordinasi, mengacu pada

keselarasan proses pengambilan keputusan di sepanjang rantai pasok

4. Integrasi desain rantai pasok, mengacu

pada kerjasama di dalam perubahan struktur rantai pasok.

b. Interoperabilitas

Interoperabilitasadalah kemampuan berbagai sistem, komponen dan organisasi untuk saling bekerja bersama, bertukar informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk berinteraksi dengan partner, supplier, pelanggan dan provider. Karakteristik interoperabilitasadalah standarisasi, kompatibilitas, kesesuaian dinamis dan statik [2]

dan kapasitas untuk dapat menggunakan cara interaksi terbaru.Sehinggainteroperabilitasdalam rantai pasok mampu melakukan:

1. Pertukaran informasi dan pengetahuan

terkait dengan response time, variety

product, product availability, customer experience, time to market, order visibility,

dan returnability.

2. Komunikasi dengan adanya kesesuaian

bahasa, teknologi dan budaya dan perilaku kolaborasi dalam lingkungan berbeda

3.3 SCM sebagai Serangkaian Proses Manajemen

Proses sebagai satu kumpulan aktivitas yang terstruktur dan terukur mengelola hubungan, informasi dan aliran material seluruh lingkup rantai pasok untuk mengirimkan layanan dan nilai ekonomis melalui sinkronisasi manajemen aliran fisik dan informasi (Davenport (1993) & La londe dalam Mentzer dkk. [6].

Berdasarkan organisasional, hubungan interorganisasional rantai pasok harus dapat memberikan nilai profitabilitas bagi keseluruhan perusahaan dari tingkatan supplier sampai ke tingkatan pelanggan. Layanan pelanggan dan biaya untuk kebutuhan pelanggan dapat berdampak pada kinerja jaringan distribusi. Dalam lingkup interorganisasional, integrasi mencakup lingkup koordinasi dan hubungan eksternal dari hulu (upstream), yaitu supplier ke hilir (downstream), yaitu pelanggan.

Berdasarkan ketiga kategori definisi tersebut, maka definisi SCM pada paper ini mengambil dari perspektif teknologi, yaitu sebagai harmonisasi sinkronisasi dan konvergensi antara manusia, proses dan teknologi yang memiliki kemampuan integrasi dan interoperabilitas untuk menghasilkan kompetensi pada setiap proses dari berbagai tingkatan supplier sampai dengan pelanggan pada proses SRM, ISCM, dan CRM untuk mencapai nilai rantai pasok.

Sinkronisasi dan konvergensi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Sedangkan pencapaian keselarasan dan kolaborasi interorganisasional mempertimbangkan integrasi dan interoperabilitas. Kedua proses tersebut menciptakan nilai-nilai pada proses bisnis SCM.

Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010

39 4 Jaringan Organisasi

Keterlibatan eksternal organisasi untuk masuk ke dalam organisasi dan menjadi bagian dari organisasi lainnya pada proses SCM (interorganisasional) menjadikan proses tersebut harus dapat terintegrasi dan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi jaringan partisipannya

4.1 Kolaborasi Interorganisasional

Dasar kolaborasi adalah adanya rantaianggota yang mampu memenuhi permintaan pelanggan secara efektif. Jumlah tingkatan jaringan rantai

pasok bisa beragam dan memiliki peran (role) yang

berbeda pada setiap tingkatannya. Empat jenis proses hubungan memiliki peran yang berbeda-beda dan saling mempengaruhi serta menentukan dimana integrasi diletakkan, informasi dan teknologi apa yang digunakan dan diintegrasikan, kapan hubungan dilakukan dan mengapa harus terintegrasi serta siapa yang terlibat dalam integrasi tersebut.

4.2 Penggerak Nilai Perilaku

Interorganisasional Rantai Pasok

Kesuksesan kolaborasi antar partisipan rantai

pasok bergantung pada kepercayaan (trust).

Kepercayaan merupakan bangunan fundamental dari suatu kolaborasi, karena kepercayaan menjadikan setiap organisasi dapat berbagi pengetahuan, memfasilitasi investasi aset dan menurunkan biaya transaksi. Dimensi kepercayaan juga mengidentifikasi pemenuhan janji, konsistensi dan kepentingan.

Komitmen sebagai salah satu modal sosial dapat meningkatkan kepercayaan dalam melakukan kolaborasi dan menjadikan mitra kerjanya memiliki tujuan untuk melakukan hubungan secara berkelanjutan. Selain itu, keterbukaan komunikasi baik formal maupun informal dapat mempermudah terjadinya berbagi informasi dan pengetahuan di antara jaringan rantai pasok. Keterbukaan ini akan mempermudah terjadinya pembelajaran interorganisasional. Keterbukaan komunikasi, kepercayaan dan komitmen juga dapat terjadi karena adanya kebergantungan strategis di antara jaringan rantai pasok dengan tujuan yang berbeda- beda, seperti kebergantungan dalam memperoleh pasar, teknologi dan layanan baru untuk menjamin tercapainya keunggulan kompetitif. Manfaat dan keuntungan dari suatu jaringan interorganisasional akan didapatkan jika seluruh jaringan interorganisasional berpartisipasi dan memiliki koordinasi kerja di antara jaringan

interorganisasional. Koordinasi disini adalah tingkatan integrasi baik sumber daya manusia, proses dan teknologi.

4.3 Kemampuan Sistem Interorganisasional Rantai Pasok

Setiap partisipan dalam jaringan rantai pasok merupakan aktor yang saling bergantung berdasarkan kumpulan informasi dari tingkat

upstream sampai tingkat downstream.

Kompleksitas jumlah partisipan dalam jaringan rantai pasok membuat perusahaan harus menerapkan prioritas partisipan mana yang ikut dalam kolaborasi informasi untuk memperkuat hubungan strategis dari hulu ke hilir.

a. Kompetensi TI b. Sinergi Pengetahuan c. Berbagi informasi d. Visibilitas Informasi e. Standarisasi Platform 5 Pencapaian Keselarasan

Komponen SCM dipetakan untuk mencapai keselarasan, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Komponen keselarasan

Untuk mencapai keselarasan perlu untuk melihat dari sisi kegunaan strategi bisnis dan penggunaan teknologi serta kepemimpinan yang kompeten dan keterampilan memfasilitasi kelompok. Komunikasi antara personil bisnis dan TI, struktur pelaporan, arsitektur TI dan tatakelola TI juga menjadi faktor penting lainnya untuk mencapai keselarasan. Sehingga variabel-variabel dalam SBITA menjadi sangat penting untuk mencapai keselarasan.

6 Memodelkan Komponen Keselarasan

Dalam dokumen CALL FOR PAPER 2010 MUNAS APTIKOM. (Halaman 49-51)