• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lingkungan Keluarga, Sosial, dan Suasana Akademik

1. Lingkungan Sosial a. Suasana di rumah

Rumah Isan terletak di daerah pedesaan kecamatan Minggir- Yogyakarta dengan status ekonomi warga termasuk tingkat menengah ke atas dan sebagian tingkat menengah ke bawah. Keadaan rumah tampak bersih dengan peralatan rumah yang lengkap, terawat, dan tersusun rapi. Fasilitas yang ada di rumah cukup lengkap dan cukup memadai seperti: kendaraan bermotor, laptop, dan lain sebagainya.

b. Hubungan Isan dengan keluarga

Secara pribadi, Isan mengakui bahwa Ia pernah mengenal, orang yang telah memperjuangkannya masuk ke dalam keluarganya saat ini. Namun saat Isan berumur ± 8 tahun, ayah angkatnya telah meninggal dunia, belum banyak yang dikenal atau didapat dari sosok ayah tersevut. Hal itu yang membuat Isan kurang paham bagaimana sebaiknya sebagai seorang anak laki-laki di keluarga atau di masyarakat.

Hubungan Isan dengan ibunya pun baik, namun Isan mengakui bahwa tidak setiap masalah yang Ia hadapi mampu Ia ceritakan kepada ibunya, karena ketidakinginan Isan menjadikan beban bagi ibunya atau keterikatan yang berlebihan antara Isan dan ibunya. Mengingat Isan adalah anak adopsi dan pernah kehilangan ayah asuhnya, layaknya anak yang haus akan figur peran ayah.

Hubungan Isan dengan kakaknya pun baik, Isan mengakui bahwa lebih banyak hal-hal yang dihadapi dan diceritakan kepada kakaknya dibanding dengan ibunya, walaupun tidak semua Isan ceritakan kepada kakaknya dikarenakan Isan masih mempertimbangkan seandainya cerita itu mengganggu kerja kakaknya di luar kota atau pun menjadikan salah paham dalam berkomunikasi dengan keluarga.

c. Suasana di kampus

Mahasiswa/mahasiswi yang studi di kampus tempat Isan kuliah mayoritas dari keluarga yang mampu dengan tingkat ekonomi menengah atau menengah ke atas, karena Isan kuliah di salah satu universitas ternama di Yogyakarta. Namun teman-teman Isan menilai penampilan Isan nampak sederhana dibandingkan dengan mahasiswa lainnya.

Menurut Anto, Isan merupakan mahasiswa yang tidak terlalu mencolok dalam berpenampilan daripada teman-teman di sekitarnya. Dalam memutuskan sesuatu hal yang menjadi masalah atau kendala dalam beraktivitas Ia selalu memberikan pertimbangan dan juga pilihan-pilihan yang memudahkan teman-teman menangkap inti masalahnya, walaupun terkadang dengan bahasa yang singkat dan

“kurang enak” bagi teman-teman yang belum mengenal dekat Isan. Isan sendiri menanggapi memang dirinya tidak pintar dalam merangkai bahasa, terlebih bahasa yang ingin dia katakan terkadang rumit dalam merangkai kata yang dimaksud.

Di kampus, Isan tidak banyak mengikuti kegiatan-kegiatan dari kampus atau pun dari program studinya, sehingga Isan tidak terlalu dikenal oleh mahasiswa lainnya terutama bagi angkatan yang lebih muda dibanding Isan. Namun, Isan tetap mau mengikuti dan ikut serta menjadi salah satu anggota kepengurusan jika di program

studinya menyelenggarakan acara seandainya Isan cocok dengan acara itu.

Menurut beberapa teman Isan sesaat setelah bekerjasama atau pun sekilas memandang gaya Isan bekerja, mereka menilai bahwa Isan tidak terlalu banyak bicara saat bekerja dan lebih banyak beraktivitas yang bermanfaat saat bekerja. Cara itu banyak membantu dan memuaskan dalam hasil kerjanya.

d. Hubungan Isan dengan teman-teman di kampus

Isan cenderung mendekati teman-teman yang dianggap kurang terkenal di program studinya, karena Ia berpendapat bahwa:

“teman-teman yang pintar atau sudah terpandang, sudah banyak yang memperhatikan dibanding teman-teman yang biasa-biasa saja dengan potensi yang melebihi teman-teman yang

terpandang”.

Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Isan enggan untuk banyak bergaul dengan teman-teman yang terpandang dan hal itulah yang menjadikan Isan dianggap sebagai mahasiswa yang pendiam.

Sedangkan menurut Anto dan juga beberapa teman-teman Isan, Isan adalah orang yang peduli atau perhatian terhadap teman- teman lainnya. Isan lebih banyak bergaul pada orang-orang tertentu saja di kampus, tidak terlalu mencolok dalam bergaul dengan teman- teman yang dianggap pintar atau terpandang di program studinya. Karena saat bergaul dengan teman-teman yang dikiranya cocok dengan Isan pun Ia mau menampakkan sikap yang humoris.

Namun, terdapat juga beberapa teman yang menganggap Isan adalah orang yang pendiam dan keras kepala. Pendapat itu yang cenderung muncul dari teman-teman yang tidak terlalu dekat dengan Isan dan beberapa teman yang dianggap terpandang dalam satu program studi dengan Isan. Isan sendiri tidak begitu mempedulikan pendapat/penilaian negatif yang diberikan oleh teman-teman di kampus terhadap dirinya terlebih pendapat yang kurang baik kepada Isan, Isan mengatakan:

“Mereka tidak mengenal saya dan apa yang telah saya alami, karena mereka hanya sebatas tahu dan kenal saya, mereka mempunyai hak untuk menilai/berpendapat tentang saya, jika memang menerima saya, ok, tetapi jika tidak ya maaf. Saya tidak mau memaksakan, jika mau belajar bersama ya ayo, karena saya tidak mau mereka mengenal sebatas kasihan terhadap saya dan tidak banyak pula yang mengetahui masalah saya sebenarnya”

Isan terkadang memilih untuk diam dan menyingkir jika dituntut untuk menonjolkan masalah apa yang sedang Ia hadapi. Ia Nampak ingin berusaha sendiri dan mungkin hanya beberapa orang saja yang Ia perkenankan mengetahui masalah apa yang Ia hadapi dan mengganggunya.

e. Hubungan Isan dengan lingkungan masyarakat Menurut Ana (Ibu subyek):

“Isan adalah anak yang baik, sopan, dan rajin. Walaupun saat Isan kecil masyarakat sekitar banyak mengejek dia karena statusnya tersebut, namun lama kelamaan masyarakat pun sudah dapat menerima dan menganggap sama keadaan Isan seolah sebagai anak kandung saya”.

Hal itu nampak saat seperti saat masyarakat sekitar mengadakan acara gotong royong atau acara nikahan, Isan sudah diakui dan diajak untuk ikut serta dalam acara atau kegiatan tersebut. Orang-orang sudah tidak banyak yang menyindir Isan, walaupun masih tetap ada beberapa orang yang terkadang menganggap Isan sebagai anak adopsi.

Menurut Isan sendiri, saat masih kecil memang dia sering kali diejek mengenai posisinya sebagai anak adopsi oleh banyak masyarakat sekitar atau pun oleh teman-temannya saat Isan kecil. Menurut Isan:

“Pada saat itu aku belum mengetahui maksud dari apa yang dikatakan orang kepadaku, aku tidak terlalu menanggapinya karena ibuku sudah sering mengatakan dan menjelaskan hal itu kepadaku, dimana posisiku sebagai seorang anak adopsi, tetapi ibuku memperlakukanku selayaknya anak kandungnya”

Walaupun terkadang perkataan orang itu sangat mengganggu, tetapi tidak setiap saat, hanya pada saat Isan menyendiri atau pada saat Isan mengalami masalah yang tak tahu harus bagaimana sebaikya menanggapi.

2. Kelompok sosial

a. Teman perempuan yang dekat dengan Isan

Menurut pangakuan Isan, Ia memiliki banyak teman perempuan yang kenal dengan Isan dan beberapa dekat dengan Isan, baik itu di kampus ataupun di luar kampus. Namun yang paling dekat dengannya adalah Yati (pacar subyek), bahkan banyak cerita yang

telah dialaminya, Ia ceritakan pada Yati hingga hal-hal yang pernah mengganggu Isan.

Isan mengatakan:

“walaupun aku punya kenalan cewek, tetapi aku hanya sebatas

berteman dengan mereka. Aku enggan untuk menceritakan apa yang aku alami kepada setiap orang, aku hanya menceritakan pada Yati karna aku memiliki impian bersamanya, sehingga aku ingin dia mengenal aku yang sebenarnya dan dia tidak mempermasalahkan itu”.

Hal itulah yang menjadikan Isan tidak sembarangan menceritakan apa yang Ia alami termasuk dengan lawan jenis, namun Ia tetap mau berkomunikasi dan bergaul dengan mereka.

b. Teman laki-laki yang dekat dengan Isan

Isan mengakui bahwa Ia punya teman laki-laki, namun sekedar mereka mengenal Isan, tidak sampai mereka mengetahui masalah-masalah yang Isan alami. Anto pun mengungkapkan bahwa Isan bukanlah seorang yang suka akan kebiasaan banyak anak laki- laki saat ini lakukan yaitu, suka merokok, minum-minuman beralkohol ataupun free sex. Terkadang teman-teman yang mengajak Isan kumpul-kumpul tidak enak sendiri atau menghormati dengan sikap yang dimiliki oleh Isan.

c. Siapa yang menjadi teman cerita saat Isan mengalami masalah? Isan mengakui bahwa teman ceritanya adalah pertama Yati (pacar subyek) dan kedua adalah Tini (kakak subyek). Namun tidak setiap permasalahan yang dialami Isan, Ia ceritakan kepada mereka berdua, terkadang bahkan banyak permasalahan yang justru Isan

selesaikan sendiri, karena Isan merasa tidak ingin terlalu menggantungkan diri dengan orang lain dan ingin menjadi orang yang mandiri.

d. Apa perasaan Isan saat mengalami permasalahan yang sedang Ia hadapi?

Isan mengakui perasaan yang dialaminya saat menghadapi permasalahan yang dianggapnya berat adalah kesepian, bersalah, marah, kecewa, dan putus asa. Secara sadar Isan merasakan perasaan- perasaan tersebut dikarenakan campur aduk dan ketidak fokusan dalam mencari pemecahan masalahnya. Isan ingin berbagi dengan orang lain, tetapi enggan jika mendapatkan respon yang sekedar setengah-setangah atau tidak memuaskan hasratnya untuk diperhatikan dan keinginan mendapat solusi dalam usaha menyelesaikan masalahnya.

e. Apakah Isan berusaha mengatasi masalah-masalahnya dan bagaimana caranya?

Menurut Isan, Ia berusaha untuk mengatasi permasalahannya dengan cara meminta pertimbangan dari teman yang menurutnya Ia percayai dan memiliki respon yang cukup baik terhadap apa yang Ia ceritakan, walaupun Isan tidak sepenuhnya menceritakan permasalahannya. Isan enggan untuk menceritakan sepenuhnya karena Isan tidak mau orang yang meresponnya hanya karena belas kasihan

disebar-sebarkan kepada orang lain. Maka Isan hanyalah menceritakan permasalahannya kepada orang yang dikiranya Ia percayai.

3. Pengalaman Stres

Stres yang dialami Isan dikarenakan adanya perbedaan antara konsep diri sebagai diri yang ideal menurut orang di sekitar dan diri nyata yang dilatarbelakangi oleh konsep anak kandung dengan anak adopsi, sehingga menyebabkan setiap permasalahan berat diarahkan oleh Isan kepada kenyataan diri sebagai anak adopsi, ditambah lingkungan sekitar yang masih/pernah menganggap dirinya sebagai anak adopsi dengan sebutan yang bermacam-macam.

Permasalahan yang dihadapinya membuat perubahan pikiran dan perilaku pada diri Isan. Menurutnya, anak adopsi bukanlah sebuah kesalahan, karena anak adopsi pun memiliki hak untuk hidup, merasakan sesuatu, memikirkan sesuatu, dan melakukan sesuatu. Namun, pada kenyataan masyarakat masih belum dapat menerima keberadaan subyek sebagai anak adopsi. Cemoohan, perlakuan yang tidak sama, dan pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi saat kecil, terolah saat mulai beranjak remaja. Tanggapan subyek pun beragam, sekedar diam, menahan rasa marah, menahan rasa diadili secara tidak langsung, hingga diam menyalahkan diri sendiri, dan masih banyak tanggapan yang lain sebagai bentuk menciptakan rasa aman pada diri.

4. Perkembangan Konsep Diri a. Sifat dan sikap positif Isan

Menurut Ibu Ana, Isan adalah anak yang telaten dalam bekerja, tahu akan pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan (menyapu, mengepel, dll). Makanannya pun tidak terlalu menntut, apa yang dimasak Ibu Ana untuk Isan, ia mau memakannya. Maka Ibu Ana memiliki pengharapan yang besar kepada Isan untuk menjadi orang yang sukses terlebih dahulu dan tidak menjadi bahan cemoohan orang. Menurut Yati, Isan adalah orang yang totalitas dalam mengerjakan peran yang dtanggungnya, orangnya humor, memiliki perhatian saat teman membutuhkan bantuan, dan tepat waktu dalam berjanji. Yati menambahkah, beberapa hal tersebut menjadi beberapa alasan untuk nyaman berhubungan dengannya.

b. Sifat dan sikap negatif Isan

Menurut Rena, terkadang sikap Isan dalam berbicara terkadang mengungkit-ngungkit masalah yang pernah terjadi, walaupun untuk yang sudah cukup mengenal Isan itu adalah konteks bercandaannya, namun bagi yang lainnya mungkin dapat sakit hati atau marah.

Isan memiliki pemikiran apa pun yang ia lakukan harus dapat terwujud dan dilakukannya sendiri, sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Hal ini yang membuat Isan merasa kesepian pada saat mengalami hambatan atau kegagalan. Selain itu,

Isan merasa mendapatkan tekanan pada saat dituntut atau didesak dalam mengerjakan pekerjaan yang memilik tanggung jawab besar.

Dokumen terkait