• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pengalaman Traumatik Anak Adopsi terhadap Pembentukan Konsep Diri

Konsep Diri

Salah satu kebutuhan anak adopsi adalah penerimaan dirinya, baik secara fisik dan juga psikologis, selain itu adanya penghargaan dan juga kepercayaan akan apa yang dikerjakan sebagai sebuah rasa aman anak. Saat anak masih kecil, anak belum mengerti akan apa yang dilontarkan orang lain terhadap dirinya. Anak cenderung mengerti akan keberadaannya pada suatu lingkungan, namun belum paham akan aura atau perasaan-perasaan yang terlontar dari orang lain pada dirinya. Perasaan-perasaan negatif yang terlontar pada diri anak, baru dapat diolah pada saat anak masuk usia remaja dengan berbagai anggapan yang menjadikan mempengaruhi pembentukan konsep diri.

Saat masih kecil, cenderung anak melakukan aktivitasnya atas tuntutan dari orang tuanya. Namun saat anak mulai beranjak dewasa dan belajar untuk menentukan sebuah pilihan, penghargaan dan kepercayaan sangatlah dibutuhkan dan diharapkan oleh anak. Namun terkadang orangtua pun selaku yang mengasuh, belum dapat menerima anak asuhnya menentukan sebuah pilihan penting sebelum menjadi orang yang sukses terlebih dulu. Hal

itu pun yang menjadi salah satu sumbangan orang tua dalam membentuk konsep diri anak, khususnya bagi anak adopsi dalam mewujudkan tuntutan dari pihak luar dirinya.

Pada masa pertumbuhannya seorang anak membutuhkan lingkungan yang mampu menyediakan figur yang lengkap. Yang paling penting adalah figur ayah dan figur ibu, lebih beruntung lagi jika ia mampu menemukan figur seorang kakak dan adik. Figur kakak dan adik akan membantu perkembangan relasi sosialnya, yakni suatu kesediaan untuk berbagi dan peka akan kebutuhan orang lain. Figur ayah dan ibu akan membantu membentuk norma-norma dasar hidupnya. Figur seorang ayah akan memenuhi perkembangan rasionalitasnya: cara berpikir logis, sikap tegas, pengambilan keputusan. Sedangkan figur seorang ibu akan memenuhi perkembangan afeksinya: nilai rasa, kepekaan, sikap sosial, emosi, dan perasaannya.

Keluarga yang tak mampu memenuhi kebutuhan akan figur-figur yang lengkap akan terasa sama seperti keadaan panti asuhan ataupun model single parent bagi si anak. Sisi-sisi perkembangannya tidak sempurna. Baik dalam aspek kognitif, afeksi ataupun kemandirian terjadi ketimpangan. Aspek yang satu akan mendominasi aspek defisit tersebut.

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan hal-hal yang terkait dengan metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu: desain penelitian, subyek penelitian, setting penelitian, instrumen penelitian, validasi data, teknik analisis data. Furchan (1982) mengatakan bahwa dengan metodologi inilah kita menentukan strategi yang harus dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Menurut Furchan (1982) studi kasus adalah penyelidikan intensif tentang seorang individu. Studi kasus ini merupakan suatu studi kasus yang mendalam tentang individu dan berjangka waktu relatif lama, terus menerus, mendalam dengan menggunakan subyek tunggal yang artinya kasus yang dialami satu orang.

Studi kasus ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari suatu obyek. Hal ini berarti data dan informasi yang diperoleh, baik melalui wawancara, observasi, dan bentuk lainnya dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi.

Penelitian kualitatif ini bersifat alamiah. Peneliti tidak berusaha memanipulasi keadaan maupun kondisi lingkungan penelitian melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena pada situasi di mana fenomena tersebut ada. Studi dalam situasi alamiah merupakan studi yang berorientasi pada penemuan

(discovery oriented). Penelitian ini secara sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan yang sesungguhnya.

Penelitian ini merupakan suatu studi kasus dimana peneliti berusaha menggali, memahami, mendiskripsikan sejauh mana dampak pengalaman traumatik dalam pembentukan konsep diri remaja adopsi. Subyek penelitian di sini adalah Isan (nama samaran) seorang mahasiswa universitas swasta di Yogyakarta berumur 21 tahun.

B. Subyek Penelitian

Poerwandari (Dinoto, 2004) menjelaskan karakteristik penelitian kualitatif diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan masalah penelitian. Subyek penelitian adalah seorang mahasiswa dari salah satu unversitas swasta di Yogyakarta. Subyek berusia 21 tahun, subyek lahir dan dibesarkan di Yogyakarta. Penampilan psikis nampak pendiam, kurang terbuka, berwajah muram, kurang perhatian, tampak sombong. Subyek memiliki pikiran yang irasional dalam menanggapi berbagai pendapat dari masyarakat sekitar mengenai statusnya sebagai anak adopsi.

C. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan saat subyek memiliki waktu luang dan juga pada hari-hari tertentu di mana tidak mengganggu waktu beraktivitas. Biasanya dilakukan saat sore hari. Tempat untuk melakukan wawancara

secara mendalam dilakukan di kampus, tempat makan, ataupun di tempat lain yang kiranya mendukung proses penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Winkel (1997) pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang subyek yang hendak diteliti, serta membantunya untuk memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi.

Teknik pencatatan data dalam penelitian ini adalah narrative recording yaitu dengan cara menceriterakan kembali suatu kejadian, keadaan lingkungan yang bertujuan untuk memperoleh data yang luas dan komprehensif tentang tingkah laku, kehidupan sosial serta lingkungan sosial subyek. Metode pencatatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan konsep diri dalam perilaku yang akan diamati, dan mengidentifikasi pengalaman traumatik.

Peneliti menggunakan beberapa metode dalam usaha untuk memperoleh data dan informasi tersebut, antara lain:

1. Wawancara

Poerwandari (Dinoto, 2004) menyatakan metode wawancara adalah percakapan dan tanya-jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik

yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu atau makna subyektif yang muncul.

Wawancara informasi menurut Winkel (1997) adalah teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi secara lisan mengenai subyek. Dalam wawancara informasi ini, penulis melengkapi informasi yang telah terkumpul dan mengecek kebenaran informasi yang telah penulis peroleh. Wawancara ini dilakukan terhadap subyek sendiri dan teman akrab subyek.

Wawancara mendalam individu (individual depth interview/IDI), merupakan interaksi antara peneliti (pewawancara) dengan seseorang peserta tunggal (Cooper& Schindler, 2006:241-250). Wawancara mendalam individu biasanya membutuhkan waktu antara 20 menit (melalui telepon) sampai 2 jam (wawancara tatap muka), tergantung pada isu atau topik yang dibahas. Wawancara mendalam individu biasanya direkam (audio dan atau video) dan kemudian diterjemahkan sehingga memberikan rincian informasi yang kaya bagi peneliti. Informan yang dipilih sebagai peserta wawancara dipilih bukan karena opini mereka mewakili opini umum tetapi karena pengalaman serta sikap mereka mencerminkan keseluruhan cakupan isu yang sedang dipelajari. Selain itu informan yang diwawancara memiliki kemampuan verbal agar dapat memperkaya rincian informasi yang dinginkan peneliti. Alat yang digunakan sebagai panduan adalah panduan wawancara (interview guide).

Tabel 1

Panduan Pertanyaan Wawancara No. Aspek Sub dalam

Aspek Indikator Item 1. Identitas responden Identitas diri subyek 1. Nama

2. Tempat, tanggal lahir 3. Agama 4. Usia 5. Jenis kelamin 6. Pendidikan 7. Penampilan 8. Suku bangsa

9. Ciri-ciri fisik (tinggi dan berat badan) 2. Makna diri subyek sebagai anak adopsi Tanggapan subyek mengenai anak adopsi

Ceritakan apa yang kamu ketahui tentang anak adopsi 3. Makna keluarga asuh subyek Tanggapan keluarga mengenai keberadaan subyek 1. Ceritakan bagaimana suasana lingkungan keluarga 2. Ceritakan bagaimana tanggapan keluarga mengenai keberadaanmu 4. Makna lingkugan /masyarakat sekitar subyek Tanggapan masyarakat sekitar tentang keberadaan subyek 1. Bagaimana suasana lingkungan masyarakat tempat tinggalmu? 2. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang keberadaanmu? 5. Perkembangan kognitif Pikiran- pikiran subyek mengenai pengalaman sebagai anak adopsi Pengalaman positif Pengalaman negatif 1. Ceritakan pengalaman yang kamu alami ! 2. Bagaiman kamu menanggapinya? 6. Perkembangan afeksi Perasaan- perasaan subyek mengenai pengalaman sebagai anak adopsi Perasaan aman Perasaan dicintai Perasaan lainnya 1. Bagaimana perasaanmu terhadap keadaanmu sendiri? 2. Bagaimana perasaanmu terhadap orang di sekitarmu?

2. Observasi

Poerwandari (Dinoto, 2004) menyatakan metode observasi merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Alat yang digunakan sebagai panduan adalah panduan observasi (observation guide).

Tabel 2 Panduan Observasi

Tempat Ya Tidak Ket.

Lingkungan Keluarga 1. Bangun pagi 2. Sarapan/makan di rumah 3. Mandi 4. Membantu orangtua 5. Tidur malam 6. Kegiatan lain Lingkungan Masyarakat 1. Menyapa tetangga/orang 2. Mengikuti kegiatan desa 3. Kegiatan pemuda

4. Kegiatan lain

Lingkungan Kampus

1. Mengikuti perkuliahan 2. Mengikuti kegiatan kampus 3. Mengikuti kegiatan prodi 4. Mengikuti kegiatan bersama

teman

E. Validasi Data

Validasi data menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah pengamatan dalam suatu konteks yang harus dicek dengan membandingkannya dengan pengamatan lain yang situasinya setara (J. Nisbet & J. Watt, 1994). Dalam pengumpulan data untuk sebuah studi kasus triangulasi dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari hasil penggunaan teknik utama dengan berbagai metode dan berbagai sumber lainnya. Sumber yang dimaksud di sini orang-orang yang terdekat dengan subyek penelitian, misalkan orang tua, teman-teman, sahabat dekat, dll. Peneliti menggunakan Triangulasi Peneliti, yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji validitasinya dari beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda (Patton, 2006).

Dokumen terkait