• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Maksim Kesantunan Berbahasa Pada Kolom Cari Angin Koran Tempo

C). Maksim Kemufakatan Data (1)

1. Analisis Maksim Kesantunan Berbahasa Pada Kolom Cari Angin Koran Tempo

Hasil penelitian yang dilakukan pada kolom Cari Angin Koran Tempo menunjukkan dari sebelas data esai terpilih, yang dilakukan interpretasi oleh peneliti terdapat tiga jenis pemakaian maksim kesantunan berbahasa. Adapun, ketiga jenis maksim kesantunan berbahasa yang ada meliputi: (a) Maksim Kesimpatisan, (b) Maksim Kebijaksanaan (c) Maksim

commit to user

Kemufakatan. Lebih lanjut, dari interpretasi data yang dilakukan dari kurun waktu bulan April 2016—bulan Juni 2017, terdapat sekitar 36 data tuturan yang ditemukan peneliti. Adapun, dari 36 data tuturan tersebut, 10 data tuturan percakapan tokoh merupakan kategori Maksim Kesimpatisan, 21 data tuturan merupakan kategori Maksim Kebijaksanaan, dan 5 data tuturan lainnya merupakan kategori dari Maksim Kemufakatan.

Selanjutnya, interpretasi yang dapat dilakukan dari tiap-tiap data Maksim Kesantunan berbahasa yang ada dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa peranan Maksim kesantunan berbahasa yang ada mengalami perluasan dalam konteks pertuturan antartokoh. Hal tersebut, dapat dilihat dari perbandingan peran dalam Maksim kesantunan berbahasa yang disampaikan oleh Leech (2011:206-207) dengan temuan data yang ada selama penelitian.

Maksim kesantunan berbahasa secara umum memiliki peranan sebagai berikut:

a) Maksim Kesimpatian : Kurangi rasa antipati pada diri sendiri tingkatkan rasa empati terhadap diri sendiri dan orang lain.

b) Maksim Kebijaksanaan: Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Arti penting dari tindakan ini adalah menghindari kerugian orang lain dan berusaha memberi keuntungan orang lain.

c) Maksim Kemufakatan : Usahakan ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain seminimal mungkin. Usahakan kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain sebesar mungkin.

( Leech, 2011: 206-207) Sementara itu, data penelitian yang didapatkan menunjukkan adanya perluasan peranan masing-masing maksim yang ada. Maksim kesimpatisan pada hasil penelitian kali ini menunjukkan peranan yang lebih luas dibandingkan khasanah teoretis maksim kesimpatisan itu sendiri. Maksim kesimpatisan yang ada selama ini dimaknai sebagai maksim kesantuan dalam berkomunikasi dengan peranan utama yaitu memberikan perhatian terhadap lawan bicara.

Adapun, pada penelitian kali ini peranan yang digunakan oleh maksim

commit to user

kesimpatisan bukan hanya sekadar memberikan perhatian terhadap lawan bicara sebaliknya juga memberikan kritikan halus secara tersirat dalam permasalahan yang dibicarakan.

Peranan tersebut muncul dengan pemarkah kata, frasa, dan kalimat dalam pembicaraan antartokoh yang akan tampak jika dihubungkan dengan persoalan yang tengah dibicarakan oleh kedua tokoh. Lebih lanjut, unsur-unsur kesimpatisan yang disampaikan oleh tokoh terlihat dengan jelas dengan penanda utama, yaitu memberikan perhatian kepada lawan bicara, sekaligus memberikan kritik halus mengenai topik permasalahan. Dengan demikian, terdapat pernanan ganda pada maksim kesimpatisan yang ada. Peranan ganda tersebut, tidak sekadar memberikan perhatian kepada lawan bicara melainkan juga memberikan kritikan halus tentang topik permasalahan yang dibicarakan.

Hal tersebut, tampak jelas pada penggunaan kalimat-kalimat yang berupa kalimat tanya dan kalimat pernyataan: Banyak yang baca buku ini? ;Apa anak-anak kampung punya handphone?; Saya merindukan suasana ini; Dimas mau minum apa?; Tahun baru membawa harapan baru. Kalimat tanya, dan kalimat pernyataaan yang ada dalam maksim kesimpatisan tersebut merujuk pada perhatian terhadap lawan bicara sekaligus menyampaikan kritik mengenai permasalahan yang terjadi. Kalimat pertanyaan yang digunakan oleh tokoh Saya dan tokoh Romo Imam, bukan semata-mata merujuk pada perhatian kepada lawan bicara melainkan juga merujuk pada implikatur berupa kritikan halus mengenai persoalan yang dibahas. Jika dicermati lebih dalam lagi, kalimat pertanyaan yang ditampilkan dalam dialog antartokoh tersebut menjadi petunjuk utama dalam kasus atau topik permasalahan yang terjadi, selain juga bermakna penyampai kritikan tentang persoalan yang terjadi.

Adapun, kalimat pernyataan dalam percakapan antartokoh tersebut, juga memiliki peranan yang serupa dengan kalimat pertanyaan yaitu memberikan kritikan secara halus mengenai permasalahan yang terjadi. Namun, letak perbedaannya adalah kalimat pertanyaan yang ada memberikan kritikan yang bersifat lebih lugas baik secara tersirat maupun tersurat. Sementara itu, kalimat pernyataan berfungsi memberikan kritikan yang bersifat sebuah pengharapan

commit to user

untuk perbaikan sebuah permasalahan yang terjadi. Hal ini dibuktikan tatkala membicarakan permasalahan mengenai wacana pembangunan perpustakaan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Tatkala membicarakan hal tersebut, kalimat pertanyaan berupa minat membaca yang disampaikan oleh tokoh Romo Imam memberikan krtitikan tersurat secara halus bahwa yang menjadi problem utama masyarakat adalah minat baca. Dengan demikian, seharusnya DPR memerhatikan persoalan ini dan berupaya memperbaikinya, bukan justru mengeluarkan wacana membangun gedung perpsutakaan DPR yang diperkirakan menghabiskan banyak dana.

Sebaliknya, saat mengkritisi maraknya kasus intoleransi pada tahun 2016, tokoh Romo Imam menggunakan kalimat pernyataan sebagai bentuk perhatian.

Kalimat pernyataan tersebut, berisi harapan agar tahun 2017 kasus intoleransi yang ada dapat ditanggulangi semua pihak. Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemakaian maksim kesimpatisan pada esai tersebut, merujuk pada perhatian mengenai lawan bicara, masalah yang dibahas, sekaligus memberikan kritik secara tersirat maupun tersurat.

Berikutnya adalah maksim kebijaksanaan. Maksim kebijaksanaan dalam esai Cari Angin memiliki peranan utama yaitu mencegah adanya upaya ketidaksantunan dalam berbahasa. Peranan maksim kebijaksanaan ini amat mendominasi dalam tiap penulisan esai. Tercatat maksim kebijaksanaan yang ditemukan mencapai 21 sampel tuturan. Adapun, penanda utama dalam pemakaian maksim kebijaksanaan, yaitu: (a) mencari kejelasan arah pembicaraan; (b) mencari kejelasan fakta dalam pembicaraan; (c) memberikan tanggapan secara positif; (d) memberikan jawaban secara diplomatis; (e) memberikan informasi atau tanggapan sesuai dengan keinginan lawan bicara.

Selanjutnya, perincian dari poin-poin di atas sebagai berikut. Kejelasan arah pembicaraan ditunjukkan dengan upaya tiap tokoh dengan bertanya kepada tokoh lain jika arah pembicaraan yang ada cenderung menyimpang, dan mulai menuju arah ketidaksantunan. Pertanyaan yang jamak diberikan masing-masing tokoh biasanya mengenai topik pembicaraan, misalnya, “Romo sebenarnya ingin berkata apa sih?” atau juga menggunakan kalimat tanya seperti, “ Romo

commit to user

sepertinya menyindir Presiden keenam kita Bapak SBY?” Pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan adalah upaya mencari kejelasan pembicaraan sehingga tidak menyimpang pada fitnah, dan ranah ketidaksantunan.

Poin berikutnya adalah kejelasan fakta dan tanggpan positif. Kejelasan fakta dilakukan dengan upaya menanyakan kepada mitra tutur mengenai pernyataan-pernyataan yang disampaikan adalah pernyataan-pernyataan yang benar atau tidak. Acapkali masing-masing tokoh menanyakan fakta yang menjadi landasan dalam pernyataan yang diberikan untuk menguji validitas pernyataan yang ada.

Pertanyaan yang sering dilontarkan misalnya, “Itu kan baru dugaan Romo?”

atau “Sumbernya dari mana?”. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan merupakan upaya yang bijak agar arah pembicaraan tetap santun.

Adapun, tanggapan positif yang digunakan antartokoh berupa jawaban yang tidak memberikan kesan negatif, atau buruk terhadap persoalan yang tengah dibahas. Tanggapan positif yang digunakan berupa argumentasi secara netral.

Kata-kata pemarkah yang biasanya dimunculkan adalah kata mungkin, yang membuat pernyataan tiap tokoh tidak cenderung menghakimi.

Selanjutnya, poin kebijaksanaan berupa jawaban diplomatis ditunjukkan dengan pemarkah utama, yaitu memberikan jawaban yang bersifat humor, dan tidak serius. Jawaban yang berisfat humor dan tidak serius, membuat pernyataan yang ada tidak mengandung unsur sensitif, dan menghakimi. Selain itu, kemampuan memberikan jawaban secara diplomatis membuat pembicaraan menjadi tetap kondusif dan terjaga serta menujukkan kedewasaan tokoh dalam menghadapi pertanyaan atau pernyataaan dari tokoh yang bersifat provokatif.

Poin terakhir dari unsur kebijaksanaan adalah memberikan jawaban sesuai dengan permintaan mitra tutur. Beberapa kejadian dalam komunikasi antartokoh menunjukkan tatkala tokoh seringkali meminta kejelasan pembicaraan. Ketika salah satu tokoh meminta jawaban serius, maka tokoh lain juga sesegera mungkin memberikan jawaban yang serius. Dengan demikian, pembicaraan menjadi tetap kondusif dan tidak membuat tokoh yang lain enggan berkomunikasi, karena faktor perbedaan sudut pandang pembicaraan.

commit to user

Berikutnya maksim kemufakatan. Maksim kemufakatan dalam esai tersebut, memiliki fungsi yang sama dengan rumusan teoretis yang ada. Maksim kemufakatan berperan penting yaitu menjaga perbedaan pembicaraan menjauh dan meningkatkan persamaan-persamaan antartokoh dalam pembicaraan.

Perbedaan pembicaraan yang ada, entah perbedaan yang bersifat natural seperti ras, agama, suku, dan budaya entah perbedaan pendapat pembicaraan dapat diselesaikan dengan baik melalui kemufakatan yang diusung masing-masing tokoh. Kemufakatan, yang diciptakan berupa upaya mengalah dalam menanggapi pembicaraan, dan upaya menemukan kesamaan-kesamaan yang ada dalam pembicaraan. Hal ini ditandai dengan pemarkah mencari titik temu dalam pembicaraan. Salah satu contoh konkretnya adalah ketika membicarakan hari raya Idulfitri, padahal kedua tokoh berbeda agama. Maka dari itu, upaya yang digunakan kedua tokoh adalah mencari konsep persamaan Idulfitri dengan hari raya dalam agama Hindu.

Dengan demikian, pembahasan di atas mengindikasikan perluasan peranan maksim yang disampaikan oleh Leech. Maksim Kesimpatian, tidak hanya diterapkan untuk memberikan perhatian terhadap lawan bicara yang ada.

Sebaliknya, maksim ini memiliki peranan lebih luas untuk menyampaikan kritikan secara halus terhadap persoalan yang dibahas oleh kedua tokoh.

Sementara itu, temuan data penelitian menunujukkan bahwa Maksim Kebijaksanaan memiliki peranan yang lebih luas, bukan sekadar mengurangi kerugian orang lain tetapi juga bertendensi untuk mencegah ketidaksantunan dalam tindak tutur yang dilakukan oleh mitra tutur. Temuan pemakaian maksim kebijaksanaan dalam penelitian kali ini juga sama dengan temuan-temuan dalam penelitian sebelumnya.

Salah satunya adalah temuan mengenai ketidaksantunan berbahasa.

Ketidaksantunan berbahasa memiliki indikator yang menyatakan bahwa ketidaksantunan yang ada dalam komunikasi ditunjukkan oleh tuturan yang mengindikasikan tindak tutur yaitu (1) melecehkan; (2) membuat kebingungan;

(3) membangkitkan kemarahan; (4) menghilangkan muka; (5) membuat kejengkelan (Rahardi (2013). Dengan demikian, peranan yang digunakan

commit to user

maksim kebijkaksanaan dalam esai ini sama dengan penelitian tersebut, yaitu mengalami perluasaan sebagai instrumen pencegah ketidaksantunan.

Lebih lanjut, maksim kemufakatan yang ada dalam esai kali ini cenderung tidak mengalami perubahan peranan signifikan. Maksim kemufakatan, masih cenderung tetap pada peran vitalnya mencari kesamaan-kesamaan persepsi dalam pembicaraan antartokoh. Maksim kemufakatan, pada esai yang diinterpretasikan cenderung tetap sebagai kontrol komunikasi agar tokoh Romo Imam dan tokoh Saya tetap pada keseuaian pikiran dalam pembicaraan.

Oleh sebab itu, hasil penelitian kali ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusno, 2015). Penelitian tersebut, membahas kesantunan berbahasa pada wacana usulan dana aspirasi DPR di rubrik Kompas. Hasil penelitian yang dilakukan Kusno (2015) menyatakan kesantunan berbahasa ditandai dengan adanya temuan maksim kesantunan berbahasa, yaitu (1) Maksim Kearifan; (2) Maksim Pujian; (3) Maksim Kerendahan Hati; (4) Maksim Kebijaksanaan; (5) Maksim Kesimpatisan; (6) Maksim Kerendahan Hati; (7) Maksim Kemufakatan. Peneltian tersebut, meyampaikan bahwa dalam menyampaikan kritik masyarakat yang tergolong santun selalu mematuhi maksim-maskim tersebut. Adapun, pada penelitian kali ini maksim kesantunan berbahasa ditandai dengan pemakaian maksim kesantunan, yaitu (1) Kesimpatisan, (2) Kebijaksanaan, (3) Kemufakatan. Dengan demikian, terdapat persamaan temuan bahwa pada wacana surat kabar yang berisi bahasan tentang persoalan sosial kemasyarakatan dan kritik sosial yang santun harus berdasar pada pemakaian maksim-maksim tersebut.

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan juga sama dengan penelitian yang dikemukakan oleh (Chamalah, 2012). Hasil penelitian Chamalah terdapat kesantunan berbahasa pada wacana surat pembaca Harian Suara Merdeka dan Radar Tegal menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa didominasi oleh pemakaian maksim kebijaksanaan. Peneitian tersebut, menunjukkan dari data yang diinterpretasikan terdapat 56 maksim kebijaksanaan, 3 maksim kemurahan hati, dan 5 maksim kemufakatan. Adapun, pada penelitian kali ini hasil yang diperoleh hampir serupa. Maksim kebijaksanaan memiliki dominasi paling

commit to user

utama. Hasil penelitian menunjukkan maksim kebijaksanaan terdapat 21 data, maksim kesimpatisan 10 data, dan maksim kemufakatan 5 data. Maka dari itu, terdapat korelasi dari segi hasil bahwa pemakaian maksim kebijaksanaan, merupakan hal paling dominan dalam kesantunan wacana surat kabar.

Hal serupa, juga ditemukan dalam penelitian (Wijayanto, 2016). Penelitian tersebut, menghasilkan temuan bahwa dalam rubrik wacana Pojok Nuwun Sewu Solopos terdapat sebuah temuan bahwa maksim kesantunan berbahasa yang tidak pernah terjadi pelanggaran adalah maksim kebijaksanaan. kali ini. Dengan demikian, hal tersebut sejalan dengan hasil temuan kali ini bahwa maksim kebijaksanaan mempunyai peranan vital dalam kesantunan berbahasa. Selain itu, penelitian lainnya yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh (Astuti dan Wahyudi, 2018). Hasil penelitian kesantunan berbahasa yang dilakukan pada media massa Linggau Pos, menunjukkan bahwa dari data yang diinterpretasi sejumlah 48 kalimat, terdapat 28 kalimat yang tergolong santun.

Adapun, rinciannya dari 28 kalimat tersebut dominasi utama terdapat pemakaian maksim kebijaksanaan.

Namun, kebaruan dalam penelitian kali ini adalah perluasan peranan maksim kesimpatisan sebagai penyampaiann krtitikan secara halus, dan makism kebijaksanaan sebagai pencegah ketidaksantunan. Dua temuan inilah yang menjadi kebaruan dalam penelitian tentang pemakaian maksim kesantunan berbahasa yang menunjukkan bahwa terdapat perluasaan dalam penggunaan maksim kesimpatisan dan kebijaksanaan dalam kesantunan wacana surat kabar.

Hal tersebut, merupakan perluasaan teoretis tentang maksim kesantunan berbahasa.

2. Interpretasi Kedudukan Tokoh dalam Kolom Cari Angin Koran Tempo