• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi dengan materi ajar

C). Maksim Kemufakatan Data (1)

3. Relevansi dengan materi ajar

Bahasa Indonesia sebagai mata pembelajaran di jenjang Sekolah Menegah Atas (SMA) khususnya pada kelas XII, terdapat materi menulis teks esai populer. Esai populer dimaknai sebagai karya tulis yang merupakan hasil pemikiran penulis, dan menggunakan bahasa populer atau bahasa yang mudah dipahami. Esai Cari Angin Koran Tempo dapat dikategorikan sebagai esai populer sebab esai tersebut dikemas menggunakan bahasa yang mudah dipahami pembaca. Hasil interpretasi peneliti dan hasil wawancara dengan siswa serta guru menunjukkan dan mengindikasikan bahwa kolom Cari Angin koran Tempo, memiliki kelebihan-kelebihan sebagai materi ajar yang dapat dipakai untuk

commit to user

alternatif pembelajaran. Adapun, interpretasi kelebihan-kelebihan serta titik keunggulan esai ini adalah sebagai berikut.

a) Bahasa yang mudah dipahami

Kolom Cari Angin koran Tempo, yang telah dikaji oleh peneliti secara spesifik dan komprehensif melalui telaah teoretis dan melalui wawancara dengan siswa dan guru menunjukkan bahwa esai tersebut memiliki kelebihan bahasa yang mudah dipahami. Bahasa yang dipakai dalam penulisan esai tersebut, tergolong bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Dengan kata lain, bahasa yang digunakan dalam esai tersebut, adalah bahasa sehari-hari dan tidak bersifat bahasa berkategori ilmiah secara penuh seperti pada kebanyakan contoh esai dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalam esai di bawah ini:

“Kalau begitu untuk apa anggota DPR ngotot membangun perpustakaan terbesar di Asia tenggara?”

( Perpustakaan, Tempo, 02 April 2016)

“Tiru cara guru di sekolah, pada waktu tertentu tarik semua tabletnya”

(Resah, Tempo, 23 Juli 2016)

“Sekarang sebutan Dimas lagi populer apalagi Dimas Kanjeng”

( Dimas Kanjeng, Tempo, 01 Oktober 2016) Bentuk kebahasaan pada kutipan tuturan di atas cenderung mudah dipahami. Tatkala hendak menyampaikan kritik, atau hendak memberikan sindiran kata-kata dan kalimat yang dipakai mudah dipahami oleh pembaca khususnya dalam hal ini siswa. Bahasa lugas, menggunakan bentuk sehari-hari membuat esai Cari Angin memilki tingkat kemudahan dipahami oleh siswa. Pada kutipan esai “Perpustakaan” di atas, bahasa argumentasi yang dipakai dalam esai tersebut cenderung mudah diinterpretasikan oleh siswa dan guru saat memahami unsur argumentasi dalam teks esai.

Begitu pula, pada teks esai “Resah” cara penyampaian nasihat tentang pengendalian teknologi juga mudah dipahami oleh guru dan siswa.

Demikian pula, pada esai “Dimas Kanjeng” juga menunjukkan bagaimana

commit to user

memahami bentuk sindiran dalam teks esai secara mudah bagi siswa dan guru. Hal ini, juga disampaikan oleh guru dan siswa dalam penggalan wawancara dengan peneliti pada kutipan berikut.

Peneliti: “ Menurut kamu, bagaimana pemakaian bahasa pada esai Cari Angin koran Tempo?”

Siswa: “ Bahasanya mudah dipahami sebab menggunakan bahasa sehari- hari”

Guru: “ “Bahasa cenderung mudah dipahami oleh siswa

sebab bahasa yang digunakan adalah bahasa yang berisi

percakapan sehari-hari serta jelas isinya, sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran siswa”

Hasil wawancara tersebut, dapat diinterpretasikan sebagai penguat argumentasi. Responden yang merupakan guru dan siswa saling menyatakan bahwa secara keseluruhan bahasa dalam esai tersebut, mudah dipahami sebab menggunakan ragam bahasa sehari-hari dalam percakapan antartokoh.

Dengan demikian, interpretasi peembaca pada esai tersebut menjadi lebih mudah. Maka dari itu, penggunaan bahasa yang bersifat umum menjadi salah satu kelebihan esai sehingga esai tersebut dapat dinyatakan sebagai salah satu alternatif materi pembelajaran esai dengan pertimbangan pemakaian bahasa yang mudah dipahami dalam penulisan esai yang kadangkala belum tentu ditemukan dalam esai yang lain.

b) Struktur penulisan menarik

Selanjutnya, kelebihan pada esai tersebut terletak pada struktur esai yang dibuat penulis. Hasil analisis peneliti pada teks esai, dan hasil interpretasi peneliti dengan siswa dan guru menunjukkan bahwa keunggulan penulisan esai terletak pada metode penulisannya. Struktur esai “Cari Angin”

menarik bagi siswa karena dikemas dalam bentuk metode bercerita.

Kemudian, dalam esai tersebut, peran masing-masing tokoh sangat baik dalam menyampaikan pendapat berupa pro dan kontra, sehingga sangat menyenangkan saat dibaca. Hal tersebut, amat berbeda dengan esai-esai yang terdapat dalam buku teks. Esai-esai yang ada cenderung sulit untuk ditelaah

commit to user

karena struktur penulisannya yang linear dan bersifat terlalu ilmiah secara keseluruhan. Hal ini berbeda terletak pada penulisan esai kolom Cari Angin koran Tempo. Berikut beberapa penggalan dalam esai Cari Angin dan interpretasi hasil wawancara peneliti dengan siswa dan guru.

Romo Imam mengunjungi rumah saya di kampung, di mana ada satu ruangan di aula untuk perpustakaan umum. Ia memeriksa rak-rak buku seperti halnya pejabat kabupaten yang sering datang, cuma melihat-lihat tanpa menyentuh bukunya. Romo sampai pada rak yang ada kacanya, di sana ada deretan ensiklopedi. “Banyak yang membaca buku ini?”

tanyanya. Saya menjawab jujur: “Sudah 10 tahun aku boyong ke Bali, tak satu pun ada yang membuka.”

( Perpustakaan, Tempo, 02 April 2016)

Kelima cucu saya kumpul tapi jarang bermain bersama seperti ketika saya seusia mereka suka bermain pistol-pistolan dan pelepah pisang. Cucu saya kumpul tapi pada diam asyik dengan tabletnya. Kalau pulang kampung bersama, di mobil aku putarkan video wayang kulit maksud aku supaya mereka paham budaya nusantara. Tapi mereka tetap asyik dengan tabletnya

(Resah, Tempo, 23 Juli 2016)

Lukisan itu tergantung di beranda rumah Romo Imam. Dua bocah menunggang kerbau yang jinak berlatar padang asri. Satu anak meniup seruling, lainnya membaca buku pelajaran. “Saya merindukan suasana ini,” kata Saya seperti ngelindur.

( Empat Guru, Tempo, 13 Agustus 2016) Di awal-awal mengenal Romo Imam saya pernah memanggilnya dengan sebutan Kangmas. Saya pikir itu sebutan yang terhormat. Tapi, Romo tak suka sebutan itu. Dia merasa persahabatan kami tak perlu pemanis sapa, apalagi sebagai penghormatan.

( Dimas Kanjeng, Tempo, 01 Oktober 2016)

commit to user

Ketika saya berkunjung ke padepokannnya, Romo Imam asyik dengan handphonenya. “Saya menunggu cuitan Pak SBY sampai kemarin belum ada. “Sekarang buka lagi” kata Romo Imam.

( SBY dan Jokowi, Tempo, 02 Februari 2017)

Penggalan pada esai di atas, menunjukkan bahwa struktur penulisan esai yang digunakan adalah memakai metode bercerita. Metode yang ditempuh oleh penulis ini membuat cerita yang dibuat terasa enak, mengalir, dan tidak menjemukan. Dengan demikian, kelebihan ini merupakan salah bentuk alternatif bagi esai tersebut untuk digunakan sebagai pertimbangan materi ajar pembelajaran menulis esai khususnya esai pouler. Selain itu, hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa juga mengindikasikan hal yang serupa. Berikut penggalan wawancara yang diperoleh peneliti.

Peneliti: “Esai Cari Angin koran Tempo, memiliki gaya penulisan yang berbeda dengan esai lainnya, yaitu menggunakan metode bercerita.

Bagaimana metode tersebut menurut Anda?”

Siswa : “Menurut aku, metode bercerita yang digunakan membuat esai tersebut menjadi lebih menarik untuk dibaca, tidak membosankan seperti membaca cerita-cerita pada umumnya. Jadi, ya pembahasan dalam esai menjadi lebih menarik dan mudah dipahami dengan cara bercerita. Apalagi yang digunakan adalah bahasa sehari-hari.

Peneliti : “Menurut ibu sebagai guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia, kira-kira bagaimana pendapat ibu mengenai esai kolom Cari Angin koran Tempo, yang menggunakan cara penulisan

bercerita yang berbeda dengan esai lainnya. Apakah hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan materi ajar?”

Guru : “Saya pikir iya. Sebab, dengan gaya bercerita ini merupakan keunggulan esai ini dibandingkan dengan esai yang lain. Selain itu, bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, sehingga ketika

commit to user

siswa membaca esai ini mereka langsung memahami permasalahan yang ada, sehingga esai ini dapat digunakan sebagai salah satu materi ajar esai populer”

Interpretasi yang dapat dilakukan dari petikan wawancara tersebut adalah metode penulisan dalam struktur esai yang menggunakan gaya bercerita merupakan salah satu kelebihan esai tersebut. Siswa merasa bahwa esai yang ada menjadi lebih menarik, sebab membaca esai tak ubahnya membaca cerita. Sementara, guru juga menyatakan gaya bercerita merupakan keunggulan yang lain dalam esai tersebut, selain bahasa yang mudah dipahami pada format penulisan esai yang dilakukan oleh penulis.

c) Masalah yang dibahas bersifat faktual

Berikutnya, keunggulan esai tersebut, adalah membahas masalah faktual.

Dengan demikian, pembahasan masalah faktual menambah pengetahuan siswa secara utuh tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga memperoleh gambaran yang jelas dalam realita permasalahan yang terjadi. Lebih lanjut, dalam penguraian masalah ada dua tokoh terlibat yang mewakili sisi pro dan sisi kontra. Jadi, permasalahan yang ada dan dibahas menjadi bersifat objektif sebab pembaca dalam kategori ini adalah siswa mendapat pola pandang secara objektif melalui argumentasi tokoh yang menyampaikan pendapat pro dan kontra. Hal tersebut, juga ditegaskan lewat hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa dan guru. Berikut, pemaparan secara detail lewat penggalan esai yang ada dan melalui interpretasi hasil wawancara dengan responden utama yaitu guru dan siswa yang terlibat secara langsung pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi ajar menulis esai di kelas XII.

“Jadi, full day school itu belum saatnya sekarang?” tanya saya. Romo menjawab: “Kalau pemerintah yang membuat, dananya dari mana? Ini problema orang kota, yang orang tuanya sibuk. Kalau pemerintah cuma membuat di kota akan terjadi kesenjangan dengan sekolah di desa.

Dipaksakan di desa? Boro-boro, gedung sekolah di desa saja banyak yang ambruk. Ide itu tidak salah, tapi belum saatnya. Serahkan ke swasta.”

( Empat Guru, Tempo, 13 Agustus 2016)

commit to user

Saya memotong: “Kalau presiden membeli sepatu di pasar swalayan, pencitraan atau bukan, Romo?” Romo tertawa: “Tergantung niat, kalau ngajak-ngajak wartawan untuk pamer, mungkin pencitraan.”

( Pencitraan, Tempo, 22 Oktober 2016) Penggalan esai di atas berisi pendapat dua tokoh yang saling bertentangan dalam membahas suatu masalah. Tokoh Saya cenderung bersifat pro dengan masalah yang ada dan tokoh Romo Imam yang kurang sepakat, harus menjelaskan berbagai argumennya. Dengan demikian, siswa dapat melihat opini secara objektif dari berbagai sisi sehingga pengetahuan siswa terhadap masalah faktual dapat menjadi lebih luas. Kelebihan ini, memberikan siswa sisi positif menjadi lebih terampil dalam mencermati fakta dan opini, sekaligus tata cara menyampaikan kritik yang baik.

Selain itu, masalah yang dibahas juga bersifat faktual. Pada bulan Maret dan bulan. April masyarakat Indonesia dihangatkan dengan pembahasan wacana mengenai kebijakan full day school, dan kasus pencitraan yang marak.

Dengan demikian, masalah yang disampaikan secara faktual, membuat skemata pengetahuan siswa menjadi lebih mudah memahami persoalan yang terjadi.

Lebih-lebih memahami pendapat pro dan kontra yang dapat mengembangkan pola pikir siswa. Selain itu, hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru dan siswa juga memperjelas interpretasi peneliti.

Peneliti: “Bagaimana menurut Anda, permasalahan yang dibahas dalam esai tersebut?”

Siswa: “Permasalahan yang dibahas dalam esai tersebut bersifat

masalah yang baru terjadi. Masalah yang dibahas juga menyangkut persoalan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga mudah untuk memahami masalah lewat pendapat tokoh dalam esai tersebut”

Guru: “Masalah yang dibahas dalam esai adalah masalah faktual, riil terjadi dalam kehidupan, sehingga membuat siswa dan juga guru menjadi lebih memahami persoalan yang terjadi. Selain itu,

commit to user

netralitas penulis dalam membahas persoalan yang ada membuat esai tersebut, menjadi objektif. Penulis yang menyampaikan pendapatnya dengan tidak memihak membuat esai yang ada menjadi lebih objektif.”

Hasil wawancara pada penggalan di atas menyampaikan sebuah makna interpretasi bahwa persoalan yang faktual dalam esai menjadi hal postif bagi peserta didik dan juga pendidik karena memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang peristiwa yang terjadi. Selain itu, netralitas penulis juga merupakan nilai tambah dalam esai tersebut. Maka, melalui aspek permasalahan yang dibahas dan aspek netralitas penulis esai Cari Angin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XII.

d). Nilai pendidikan karakter

Selanjutnya, kelebihan dalam esai Cari Angin koran Tempo terletak pada muatan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai pendidikan karakter yang disampaikan adalah nilai kesopanan dan kesantunan dalam komunikasi khususnya dalam cara menyampaikan kritik-kritik yang ada terhadap persoalan yang muncul di sekitar kita. Berikut penggalan-penggalan esai yang menunjukkan hal tersebut, dan juga hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari siswa dan guru yang mengimplikasikan hal tersebut.

"Memang kamus besar bahasa Indonesia menyebut Lebaran dengan arti hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 Syawal. Tetapi istilah Lebaran sudah ada sejak dulu. Kata itu ada dalam bahasa Jawa kuno yang berasal dari kata leba yang huruf a ada titik dua di atasnya. Itu dibaca agak panjang, lebaa. Lama-lama dibaca lebaar, lalu ditulis lebar, biar semakin praktis. Arti kata itu, tenang, lapang, lega, senang, yang semuanya berkaitan dengan hati. Aku kira dalam bahasa Bali ada juga kata lebar kan?"

( Lebaran, Tempo, 23 Juli 2017)

commit to user

“Romo, itu baru dugaan,” aku menyela. “Romo harus menghormati asas praduga tak bersalah dan jangan menghakimi. Beginilah kalau Romo terlalu sering menonton sidang kopi Jessica, berbagai opini berseliweran di luar sidang untuk mempengaruhi hakim.”

( Dimas Kanjeng, Tempo, 01 Oktober 2016) Sampeyan datang saya kira tidak

( Lebaran, Tempo, 23 Juni 2017) Romo : Sampeyan menghina kalau menggangap ini hal yang lucu Saya : (Diam)

( Tak Lucu, Tempo, 23 Maret 2017) Romo: Sampeyan paham yang saya maksud

Saya : (Diam tidak berani menjawab)

( Tak Lucu, Tempo, 23 Maret 2017)

Saya: Obrolan ini semakin tidak fokus (Berpamitan untuk pulang) ( Ayam Api, 30 Desember 2016)

Penggalan esai di atas sangat menunjukkan nilai karakter yang amat positif bagi siswa. Nilai toleransi yang ditampilkan, nilai kesantunan dalam menyampaikan kritik secara komunikatif menjadi nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam esai tersebut. Pada esai bertajuk “Lebaran” tokoh Romo Imam memberikan masukan positif tentang toleransi dalam lebaran.

Sementara itu, pada esai bertopik “Dimas Kanjeng” tokoh Aku memberikan masukan berupa tata cara menyampaikan kritik yang baik yaitu harus objektif dan tidak hanya berdasar pada persepsi belaka. Dengan demikian, kelebihan ini menjadi pertimbangan untuk menjadikan esai sebagai alternatif materi ajar.

Maka dari itu, kelebihan esai ini sebagai relevansi pendidikan karakter, terletak pada bahasa, struktur penulisan, masalah yang dibahas, dan pendidikan karakter yang tecermin. Selain itu, terdapat nilai-nilai demokratis yaitu

commit to user

menghargai pendapat orang lain, dan mau mengalah untuk mencapai mufakat dalam komunikasi. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut, kemudian dipertegas dari hasil wawancara dengan guru dan siswa.

Peneliti : “Menurut Anda bagaimana kritik yang ada dalam esai tersebut.

Apakah tergolong kritik yang santun atau kritik yang tidak santun?”

Siswa:“Kritik yang ada tergolong santun, sebab esai tersebut kritiknya tidak cenderung kasar dan bahasanya juga masih mudah dipahami.

Tidak ada krtitik yang isinya kurang santun”

Guru:“Kritiknya masih cenderung santun, sebab tidak ada bahasa yang berisfat sarkasme dalam esai yang ditampilkan sehingga masih tergolong dalam kritikan yang santun”

Hasil wawancara di atas mengimplikasikan kelebihan esai. Pertama, bahasa yang digunakan khususnya dalam kritik tergolong santun karena minim bahasa yang bersifat sarkasme. Kemudian, bahasa yang disampaikan juga masih termasuk ragam bahasa yang sopan. Dengan demikian, kelebihan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam materi pembelajaran.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan keseluruhan dari analisis yang dilakukan bahwa esai ini dapat dikategorikan sebagai materi ajar esai populer sebab esai ini memiliki hal-hal berupa kelebihan yang ada meliputi: (a) model penulisan, (b) struktur kebahasaan esai (c) problem permaslahan yang ada pada esai bersifat faktual (d) nilai-nilai pendidikan karakter yang dikandung dalam esai.

B. PEMBAHASAN

1. Analisis Maksim Kesantunan Berbahasa Pada Kolom Cari Angin Koran