• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretasi Kedudukan Tokoh dalam Kolom Cari Angin Koran Tempo Pembahasan berikutnya adalah posisi dan kedudukan tokoh dalam

C). Maksim Kemufakatan Data (1)

2. Interpretasi Kedudukan Tokoh dalam Kolom Cari Angin Koran Tempo Pembahasan berikutnya adalah posisi dan kedudukan tokoh dalam

kolom Cari Angin Koran Tempo. Hal tersebut, perlu untuk dikaji dan diamati dengan saksama. Adapun, dasar pentingnya pembahasan posisi tokoh tidak lain karena aspek kesantunan dalam berbahasa tidak dapat muncul dengan sendirinya. Melainkan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi. Lebih lanjut, dalam kolom Cari Angin tersebut, faktor yang

commit to user

memengaruhi kesantunan berbahasa secara komprehesnif adalah tokoh dalam esai tersebut.

Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa secara garis besar kedudukan tokoh ditunjukkan dengan beberapa entitas utama. Pertama, kedudukan tokoh diinterpretasikan melalui nama yang disandang oleh tiap-tiap tokoh. Pemakaian nama Romo pada tokoh Romo Imam menyampaikan sebuah pesan interpretasi bahwa tokoh Romo Imam menduduki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan tokoh Saya. Hal ini, juga ditegaskan dalam penelitian yang disampaikan oleh Solikhin (2017) bahwa gelar Romo dalam stratifikasi sosial mengamanatkan kedudukan orang yang memliki kekuasaan, kewibawaan, dan orang yang dihormati dalam kehidupan masyaraka.

Selanjutnya, kedudukan tokoh dapat diidentifikasi dengan kata sapaan dalam komunikasi. Ciri penanda ini terdapat pada sebutan tokoh Saya. Tokoh Saya, dalam kolom esai Cari Angin tidak memiliki predikat penanda seperti Romo Imam. Tokoh Saya muncul tanpa nama sandangan. Dengan demikian, pada percakapan keduanya nyaris dominasi dipegang oleh tokoh Romo Imam yang memiliki predikat sosial sebagai tokoh masyarakat, dan sosok panutan serta berwibawa, sedang tokoh Saya yang nirpredikat berada pada posisi subordinasi.

Hal tersebut, dipertegas lagi dalam komunikasi antartokoh dalam esai tersebut. Romo Imam, acapkali memanggil tokoh Saya dengan sebutan sampeyan. Kata sampeyan, dalam tinjauan bahasa fatis mengindikasikan sebagai representasi nama orang yang memiliki usia lebih muda. Hal tersebut, ditunjukkan dalam stratifikasi sosial komunikasi khususnya masyarakat jawa.

Masyarakat Jawa memiliki sistem tradisi bahwa dalam komunikasi ada tingkatan-tingkatan bahasa yang harus dipatuhi, dan dalam stratifikasi tersebut, kata sampeyan menduduki posisi panggilan nama seseorang yang lebih tua kepada yang lebih muda.

Maka dari itu, posisi tokoh dapat diidentifikasi dengan dua entitas pokok.

Pertama menggunakan nama yang disandang tiap-tiap tokoh. Kedua, melalui sapaan komunikasi yang dilakukan antartokoh. Hal ini, sejalan dengan

commit to user

penelitian yang disampaikan Amrullah (2016) bahwa tingkat kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh faktor usia, kekerabatan, dan derajat antartokoh dalam sebuah dialog. Hal tersebut, juga tampak pada komunikasi tokoh Romo Imam dan tokoh Saya. Lebih-lebih, pengaruh faktor usia, dan derajat antartokoh dalam komunikasi. Faktor usia ditunjukkan dengan kata sapaan yang dipakai khususnya kata sampeyan yang menjadi penanda status usia tokoh Saya yang lebih muda dibandingkan dengan tokoh Romo Imam.

Selanjutnya, derajat antartokoh dimunculkan dengan gelar penanda, yaitu gelar Romo yang menjadi predikat tokoh Romo Imam. Dengan demikian, temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian (Amrullah, 2016).

Selain itu, contoh konkret posisi Romo Imam sebagai tokoh yang memiliki predikat sosial lebih tinggi dibandingkan dengan tokoh Saya, terlihat dalam dialog kedua tokoh tersebut. Tokoh Romo Imam dalam berbagai bentuk dialog selalu menunjukkan posisi yang lebih tinggi melalui beberapa peranan komunikasi yang diembannya. Pertama, tokoh Romo Imam selalu berkedudukan sebagai pemberi nasihat. Hal ini tampak pada data penelitian.

Tatkala tokoh Saya kebingungan mencari solusi menghadapi perkembangan teknologi, dan juga mencari referensi mengenai kasus-kasus politik, tokoh Romo Imam selalu hadir sebagai penyampai nasihat atau saran kepada tokoh Saya. Kedua, dalam komunikasi Romo Imam selalu cenderung ngotot, susah untuk dibantah, dan berpengetahuan lebih luas. Hal ini sebenarnya bukan intervensi dari tokoh Romo Imam, melainkan sebagai bentuk argumentasi dari tokoh Romo Imam yang harus dihormati oleh tokoh Saya.

Selain hal tersebut, argumentasi yang sulit dibantah ini sekaligus menunjukkan bahwa Romo Imam benar-benar tokoh yang menjadi panutan masyarakat. Ketiga, posisi komunikasi Romo Imam sebagai tokoh yang menduduki posisi lebih tinggi, juga ditunjukkan dengan keluasan pengetahuan Romo Imam. Tokoh Romo Imam hampir selalu mampu memberikan banyak penjabaran kepada tokoh Saya dalam komunikasi. Kondisi demikian, terlihat dalam berbagai data penelitian. Hampir di semua pembicaraan entah pendidikan, politik, hingga sosial budaya dan agama tokoh Romo Imam selalu

commit to user

memberikan penjelasan secara detail. Misalnya pada topik Lebaran. Tokoh Romo Imam, sanggup memberikan penjelasan tentang hari raya Lebaran.

Begitu pula, pada topik pembicaraan pendidikan Romo Imam juga mampu memberikan penjelasan tentang konsep Catur Guru. Hal serupa juga muncul pada percakapan politik. Romo Imam selalu mampu menjelaskan peristiwa politik secara detail.

Karakteristik tokoh Romo Imam yang selalu ngotot, tidak mudah mengalah, berpengetahuan luas, dan posisinya sebagai tokoh yang mempunyai predikat sosial lebih tinggi dari tokoh Saya membuat tokoh Romo Imam, cenderung menggunakan bahasa yang kurang formal, tanpa basa-basi, lugas, dan apa adanya. Temuan data hasil penelitian, menunjukkan bahwa tokoh Romo Imam dalam menyampaikan pernyataannya tidak pernah berbelit-belit dan selalu lugas. Hal ini tampak dari berbagai komentar Romo Imam tatkala memberikan tanggapan entah tanggapan mengenai topik pembicaran entah tanggapan untuk mengomentari pernyataan tokoh Saya. Contoh konkret saat tokoh Romo Imam memberikan komentar terhadap pelbagai kasus yang ada di masyarakat. Kasus pembangunan perpustakaan oleh DPR, kasus intoleransi, kasus politik, agama, dan kasus lainnya tokoh Romo Imam langsung memberikan komentar lugas mengenai salah-benar, tepat-keliru, dan juga solusi mengenai peristiwa yang terjadi.

Hal tersebut, juga sejalan dengan temuan penelitian yang menyatakan bahwa konteks penutur yang lebih tua kedudukannya lazim memakai kesantunan berbahasa yang positif dan tanpa basa-basi khususnya pada mitratutur yang cenderung lebih muda (Ngusman, dkk., 2017). Hal tersebut, juga muncul pada hasil penelitian khususnya tuturan tokoh Romo Imam yang berkedudukan lebih tua daripada tokoh Saya..Tokoh Romo Imam yang cenderung lebih tua dari tokoh Saya, selalu menggunakan kesantunan positif dalam berbagai pernyataanya.

Kesantunan positif yang digunakan oleh tokoh Romo Imam, muncul dan tecermin menggunakan kelugasan dalam pembicaraan yang dilakukan. Tokoh Romo Imam selalu berbicara apa adanya, tanpa basa-basi dalam

commit to user

menyampaikan argumentasinya. Data-data dialog dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Romo Imam dalam ekspresi kebahasaannya selalu menampilkan citra yang lugas. Dalam berbagai konteks komunikasi tatkala Romo Imam tidak menyukai pembicaraan, ia menyampaikan hal tersebut apa adanya. Demikian pula, tatkala ia mengkritisi sesuatu maka ia menyampaikan tanpa rasa takut dan tanpa basa-basi. Oleh sebab itu, terdapat relevansi antara penelitian yang dilakukan (Ngusman, 2017) dengan temuan data penelitian.

Selain itu, penelitian yang relevan dengan kajian ini juga ditemukan dalam penelitian (Mardiyah, 2014). Penelitian tersebut, menyatakan hubungan antartokoh dalam komunikasi kesantunan juga diatur dalam etika sosial dan budaya. Hubungan antara partisipan yang tua dan partisipan yang muda membuat dominasi percakapan cenderung berbeda. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan dan pembahasan dalam hubungan antartokoh pada esai Cari Angin Koran Tempo. Dominasi percakapan anatartokoh cenderung dimiliki Romo Imam yang berkedudukan sebagai tokoh yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya. Hal ini juga karena pengaruh etika atau norma dalam pembicaraan. Adapun, etika percakapan yang ada dalam penelitian ini merujuk pada etika sosial yang mengatur proses komunikasi antara orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda.

Faktor ini menjadi batasan-batasan dalam pernyataan pembicaraan khususnya bagi tokoh Saya. Tokoh Saya yang tergolong sebagai tokoh yang berusia lebih muda, dalam proses komunikasi dengan ciri penanda mendapat panggilan sampeyan selalu mempertimbangkan sisi hati dan perasaan dari tokoh Romo Imam. Penanda-penanda utama tersebut, muncul dengan jelas dalam data-data pembicaraan tokoh Saya. Tokoh Saya cenderung lebih banyak diam, mengalah, mencari kejelasan pembicaraan, menurunkan tekanan pembicaraan kepada tokoh Romo Imam. Hal tersebut, muncul dalam kalimat-kalimat penjelas yang juga menunjukkan konteks pembicaraan. Data-data kalimat penjelas pada dialog hasil penelitian secara jelas menunjukkan etika sosial tokoh Saya, sebagai sosok yang lebih muda dalam proses komunikasi.

commit to user

Tokoh Saya seringkali memunculkan sisi afektifnya terhadap Romo Imam.

Ia seringkali menyampaikan kalimat penjelas yang merupakan keadaan serta perasaan hatinya saat berkomunikasi dengan tokoh Romo Imam. Kalimat penjelas seperti saya takut kalau Romo Imam marah; Romo Imam tampak mulai berubah menjadi marah maka saya hanya diam;saya mulai mengetahui ke mana arah pembicaraan; saya hanya diam tak ingin menanggapi;Romo tampaknya tidak suka pembicaraan ini. Kalimat-kalimat tersebut, menunjukkan letak etika tokoh Saya dalam pembicaraan dengan tokoh Romo Imam yang lebih tua.Tokoh Saya sebagai orang yang lebih muda dalam komunikasi mampu menampilkan sisi kesantunan. Letak kesantunan tokoh Saya yang sesuai dengan etika sosial terdapat pada kemampuan tokoh untuk memahami Romo Imam, kemampuan tokoh membaca situasi percakapan, dan kemampuan tokoh untuk mengambil posisi sebagai pihak yang mengalah jika pembicaraan yang ada cenderung menuju ke arah konflik atau pertentangan.

Oleh sebab itu, poin-poin penting dalam posisi dialog antartokoh pada esai Cari Angin Koran Tempo mencerminkan beberapa hal pokok. Pertama, tokoh Saya sebagai mitra tutur terlihat menduduki posisi subordinasi pada percakapan sedangkan tokoh Romo Imam menduduki posisi lebih tinggi.

Adapun, penanda tersebut dibuktikan dengan beberapa ciri utama. Pertama, tokoh Saya selalu mengalah kepada tokoh Romo Imam saat melakukan pembicaraan. Rasa mengalah tokoh Saya pada Romo Imam menunjukkan adanya etika sosial yaitu menghormati orang yang lebih tua daripada dirinya.

Lebih-lebih, dalam konteks tuturan dengan tokoh Romo Imam, tokoh Saya selalu digambarkan tidak ingin membuat tokoh Romo Imam marah atau tersinggung.

Selanjutnya, pada percakapan tokoh Saya digambarkan sebagai pihak yang senantiasa bertanya kepada tokoh Romo Imam. Hal tersebut, menujukkan bahwa tokoh Saya cenderung lebih banyak belajar kepada Romo Imam sebagai mitra tutur. Kondisi demikian ini, menunjukkan adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pengetahuan antara tokoh Saya dan tokoh Romo Imam. Jelas, tokoh Romo Imam berpredikat lebih tinggi sehingga ia selalu menjadi orang

commit to user

yang hampir selalu memberi pertimbangan dalam pembicaraan. Kemudian, dari segi kebahasaan tampak pula bahwa tokoh Romo Imam lebih cenderung menggunakan bahasa yang kurang begitu formal.

Pemakaian ini menunjukkan adanya unsur perbedaan tingkat status sosial dalam pemakaian bahasa. Orang yang lebih tua, cenderung berbicara dengan ragam santai atau akrab dengan mereka yang lebih muda. Dengan demikian, kedudukan tokoh Saya berada di posisi lebih rendah dari tokoh Romo Imam.

Selain itu, dari segi yang lain tokoh Romo Imam digambarkan sebagai sosok yang cenderung tidak mudah mengalah, memiliki argumentasi yang kuat, sulit dibantah oleh tokoh Saya dalam pembicaraan. Kecenderungan ini, kian menguatkan persepsi bahwa tokoh Romo Imam cenderung menduduki posisi lebih kuat dalam komunikasi.

Berikutnya, dari segi penanda latar komunikasi digambarkan dengan jelas tokoh Saya sebagai pihak yang selalu berkunjung ke padepokan tempat tinggal Romo Imam. Hal ini mempertegas bahwa dalam kerangka struktur sosial, tokoh Romo Imam sebagai pihak yang dituakan karena selalu dikunjungi oleh tokoh Saya. Penanda-penanda di atas merupakan temuan yang dalam hasil penelitian. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa posisi komunikasi tokoh dalam membicarakan suatu permasalahan dapat dilihat dari gelar atau nama yang disandang tokoh. Selanjutnya, posisi komunikasi juga ditandai dengan penggunaan ragam bahasa tokoh. Selain itu, posisi tokoh juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk verbal komunikasi seperti sikap pembicaraan yang tidak ingin mengalah, tidak ingin dibantah, memberikan nasihat, meminta nasihat, dan cenderung mengalah.

Maka dari itu, temuan tersebut akhirnya menempatkan sebuah konklusi penting bahwa terdapat perbedaan peran komunikasi yang dipengaruhi oleh kedudukan atau status sosial yang dimiliki oleh tokoh. Hal tersebut, relevan dengan penelitian-penelitian yang ada sebelumnya. Penelitian Mardiyah (2014) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi dipengaruhi oleh sistem sosial dan budaya. Penelitian Amrullah (2016), mengungkapkan bahwa kesantunan dalam komunikasi dipengaruhi oleh status sosial, usia tokoh, dan tingkat

commit to user

kederajatan tokoh. Sementara itu, penelitian Ngusman (2017) menyampaikan bahwa kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh orang yang berusia lebih tua memiliki tingkat kesantunan berbeda dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua cenderung menggunakan kesantunan bahasa secara positif dan tanpa basa-basi.

Adapun, penelitian yang dilakukan Solikhin (2017) menunjukkan bahwa gelar Romo dalam status sosial merujuk kekuasaan, kewibawaan seseorang dalam konteks status sosial. Hal tersebut, juga tecermin dalam posisi tokoh Romo Imam dan tokoh Saya. Faktor status sosial yang dimiliki tokoh Romo Imam, posisi kedudukan tokoh Saya, yang cenderung lebih muda dalam segi usia, menjadikan proses komunikasi antartokoh menjadi dua kutub utama.

Kutub pertama berisi dominasi tokoh Romo Imam dalam pembicaraan. Kutub kedua, tokoh Saya cenderung berposisi sebagai tokoh yang lebih rendah dalam posisi komunikasi yang terjalin antara kedua tokoh tersebut.

3. Relevanasi Kolom Cari Angin Sebagai Materi Ajar Menulis Esai Kelas