DAFTAR LAMPIRAN
5.4 Analisis Ekonomi
5.4.2 Analisis Manfaat-Biaya
Analisis yang digunakan untuk menghitung kelayakan usaha berbagai aktivitas minawisata bahari ini adalah dengan pendekatan extended cost-benefit analysis (ECBA). Pada prinsipnya ECBA adalah pengembangan dari cost-benefit analysis, disebut extended karena dalam perhitungan cost-benefit kita tambahkan nilai manfaat dan biaya lingkungan sebagai bagian dari komponennya. Nilai manfaat dan biaya lingkungan dimaksud didapat dari hasil valuasi ekonomi sumberdaya yang akan digunakan yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.
Untuk minawisata bahari pancing; pengumpulan kerang; karamba pembesaran ikan; dan selam, komponen manfaat lingkungan atau environmental benefit (Be) yang ditambahkan dalam perhitungan adalah nilai manfaat langsung ekosistem terumbu karang sebagai penghasil perikanan terumbu, lola, teripang,
dan untuk kegiatan penelitian, sedangkan komponen biaya lingkungan atau environmental cost (Ce) adalah total nilai ekonomi ekosistem terumbu karang dengan luasan tertentu apabila kita mengkonversi terumbu karang tersebut untuk suatu jenis pemanfaatan, sementara biaya mitigasi lingkungan atau environmental protection cost (Cp) adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan misalnya untuk pembuatan artificial reef, restocking, dan pungutan adat pengganti sasi yang akan digunakan untuk perbaikan lingkungan.
Untuk minawisata bahari mangrove, komponen manfaat lingkungan atau environmental benefit (Be) yang ditambahkan dalam perhitungan adalah nilai manfaat langsung ekosistem mangrove sebagai penghasil kayu bahan bangunan, kayu bakar, ikan, dan kepiting bakau, sedangkan komponen biaya lingkungan atau environmental cost (Ce) adalah total nilai ekonomi ekosistem mangrove dengan luasan tertentu apabila kita mengkonversi mangrove tersebut untuk suatu jenis pemanfaatan, sementara biaya mitigasi lingkungan atau environmental protection cost (Cp) adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki lingkungan dan ekosistem mangrove yang rusak misalnya untuk menanam kembali anakan mangrove, dan pungutan adat pengganti sasi yang akan digunakan untuk perbaikan lingkungan.
Barton (1994) menjelaskan bahwa salah satu kriteria yang digunakan dalam evaluasi kebijakan adalah dengan menghitung net present value (NPV) dimana keuntungan bersih suatu proyek/usaha adalah pendapatan kotor dikurangi jumlah biaya. Dengan demikian maka NPV suatu proyek/usaha adalah selisih PV arus benefit dengan PV arus cost. Suatu proyek/usaha dapat dikatakan bermanfaat atau layak untuk dilaksanakan bila NPV proyek/usaha tersebut lebih besar dari atau sama dengan nol (NPV > 0) dan sebaliknya bila NPV proyek/usaha tersebut lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka proyek/usaha tersebut merugikan atau tidak layak untuk dilaksanakan. Selain itu, dapat juga dengan melihat B/C Rasio, bila B/C Rasio > 1 maka usaha layak untuk dilaksanakan, bila B/C Rasio = 1 maka usaha perlu ditinjau kembali karena tidak memberikan keuntungan, sedangkan bila B/C Rasio < 1 maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Tabel 38 menunjukan hasil analisis usaha masing-masing kategori aktivitas minawisata bahari dengan menggunakan pendekatan ECBA.
Tabel 38 Manfaat-Biaya untuk minawisata bahari di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir per 1 unit usaha per tahun (nilai dalam Rupiah)
Kategori Aktivitas Manfaat Langsung (Bd Manfaat Eksternal (B ) e Biaya Langsung (C ) d Biaya Eksternal (C ) e Biaya Proteksi (C ) p NPV ) B/C Minawisata Bahari Pancing 6.800.000 76.440 3.010.000 397.500 127.000 3.341.940 3,96 Minawisata Bahari Pengumpulan Kerang 800.000 1.400 450.000 7.300 37.000 307.100 2,33 Minawisata Bahari
Karamba Pemb. Ikan 78.200.000 327.600 39.700.000 1.703.500 909.000 36.215.100 4,29 Minawisata Bahari
Selam 18.700.000 21.800 10.600.000 113.600 365.000 7.643.200 1,93 Minawisata Bahari
Mangrove 119.000.000 22.189.700 50.150.000 25.173.000 3.230.000 62.636.700 5,28
Tabel 38 menunjukan bahwa semua kategori aktivitas minawisata bahari layak untuk dikembangkan di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir karena nilai NPV dari masing-masing kategori aktivitas tersebut lebih besar dari nol dan B/C Rasio lebih besar dari 1. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, daya dukung lingkungan, valuasi ekonomi sumberdaya, dan analisis manfaat-biaya maka uraiannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Minawisata bahari pancing
Kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dapat menampung 377 unit usaha pemancingan ikan dengan memanfaatkan ekosistem terumbu karang seluas 28,26 ha dimana tiap 1 unit usaha akan memanfaatkan 0,07 ha terumbu karang. Unit usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.3.341.940 per tahun (34 minggu) dengan nilai B/C 3,96.
b. Minawisata bahari pengumpulan kerang
Kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dapat menampung 194 unit usaha pengumpulan kerang dengan memanfaatkan ekosistem terumbu karang seluas 20,24 ha dimana tiap 1 unit usaha akan memanfaatkan 0,10 ha terumbu karang. Unit usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.307.100 per tahun (4 minggu) dengan nilai B/C 2,33.
c. Minawisata bahari karamba pembesaran ikan
Kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dapat menampung 37 unit usaha karamba pembesaran ikan dengan memanfaatkan ekosistem terumbu karang seluas 11,23 ha, dimana tiap 1 unit rakit karamba akan memanfaatkan 0,30 ha terumbu karang. Unit usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.36.215.100 per tahun (34 minggu) dengan nilai B/C 4,29.
d. Minawisata bahari selam
Kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dapat menampung 146 unit usaha penyelaman dengan memanfaatkan ekosistem terumbu karang seluas 20,24 ha dimana tiap 1 unit usaha penyelaman akan memanfaatkan 0,02 ha terumbu karang. Unit usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.7.643.200 per tahun (34 minggu) dengan nilai B/C 1,93.
e. Minawisata bahari mangrove
Di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir hanya dapat dikembangkan 1 unit usaha minawisata bahari mangrove yang memanfaatkan ekosistem mangrove seluas 8,79 ha. Minawisata bahari mangrove ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.62.636.700 per tahun (34 minggu) dengan nilai B/C 5,28.
5.5 Analisis Sosial
Analisis sosial untuk pengelolaan minawisata bahari dilakukan terhadap kondisi sosial masyarakat Desa Taar sebagai pemilik adat kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Jumlah penduduk Desa Taar pada tahun 2009 adalah 2.412 jiwa yang tersebar dalam 509 Kepala Kelarga (KK). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap rumah tangga di Desa Taar terdiri dari 5 anggota keluarga. Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin, perempuan berjumlah 1.230 orang (51%) dan laki-laki berjumlah 1.182 orang (49%). Jumlah ini menunjukkan sebuah perbandingan yang relatif seimbang. Walaupun memiliki wilayah pesisir dan laut yang luas guna pengembangan usaha perikanan namun berkaitan dengan pengembangan ekonomi produktif masyarakat berbasis sumberdaya lokal, penduduk Desa Taar cenderung memilih sektor pertanian sebagai sektor andalan. Berkaitan dengan upaya ini ketersediaan sumberdaya manusia sebagai pelaku aktif dirasakan cukup memadai sesuai dengan keberadaan 1.138 orang (47,18%
dari total jumlah penduduk), yang telah melalui pendidikan umum sebanyak 44,49% dan 8% telah melalui pendidikan khusus (tidak termasuk jumlah anak usia sekolah). Hal ini merupakan salah satu kekuatan sosial penting bagi Desa Taar. Pola pemukiman penduduk cenderung mengarah ke pusat desa dimana sangat berkaitan erat dengan pusat layanan ekonomi dan sosial desa. Selain itu pemukiman penduduk dibangun sejajar garis pantai dan jalan utama desa.
Informasi tentang perkembangan penduduk secara kuantitatif sulit diperoleh sebab tidak ada pencatatan di tingkat desa. Tetapi ada hal lain yang dapat dilihat secara kualitatif, yakni tingkat kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan migrasi penduduk. Tingkat kelahiran dan kematian tidak seimbang, dimana angka kematian lebih rendah dari angka kelahiran dalam beberapa tahun terakhir, sehingga perbandingan yang ada memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan jumlah penduduk. Bagi Desa Taar, migrasi penduduk sebenarnya tidak bisa menjadi indikator untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan penduduk, sebab migrasi penduduk keluar yang terjadi sangat kecil, kalaupun ada hal ini disebabkan oleh adanya penduduk yang harus melanjutkan studi dan mencari pekerjaan di luar Kota Tual.
Dari total penduduk Desa Taar, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 540 orang, berdasarkan jenis mata pencaharian persentase terbesar adalah Pegawai Negeri/Swasta dan TNI/POLRI, ketertarikan masyarakat terhadap jenis pekerjaan jasa dan layanan publik sangat besar misalnya pada sektor ekonomi, pemerintahan dan jasa lainnya. Itu berarti akses masyarakat sangat tinggi terhadap pusat pemerintahan dan jasa, hal ini karena secara geografis posisi Desa Taar sangat dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Kota Tual.
Dengan dikembangkannya model pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir maka akan membuka kesempatan dan lapangan kerja bagi penduduk Desa Taar. Prediksi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas ini seperti ditunjukan dalam Tabel 39.
Tabel 39 Prediksi jumlah tenaga kerja untuk mendukung aktivitas minawisata bahari Kategori Aktivitas Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja per Unit Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Minawisata Bahari Pancing 377 1 orang / unit 377
Minawisata Bahari Pengumpulan Kerang 194 1 orang / 10 unit 19 Minawisata Bahari Karamba Pembesaran Ikan 37 1 orang / unit 37
Minawisata Bahari Selam 146 1 orang / unit 146
Minawisata Bahari Mangrove 1 10 orang / unit 10
Jumlah total tenaga kerja yang dibutuhkan 589
5.6 Analisis Kelembagaan
Menurut Kartodiharjo (1999), kelembagaan dapat berarti bentuk atau wadah atau organisasi sekaligus juga mengandung pengertian tentang norma-norma, aturan dan tata cara atau prosedur yang mengatur hubungan antar manusia, bahkan kelembagaan merupakan sistem yang kompleks, rumit dan abstrak. Kelembagaan merupakan aspek penting yang menunjang keberhasilan suatu rancang bangun pengelolaan dan aplikasinya dilapangan. Suatu kelembagaan yang kuat akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanannya. Oleh karena itu perlu dijabarkan pengorganisasian kelembagaan dalam pelaksanaan rancang bangun pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir yang meliputi Lembaga Pengelola, Lembaga Pengawas, dan aturan-aturan pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD), agar pengelolaan minawisata bahari berbasis konservasi ini dapat berkelanjutan stakeholder menginginkan adanya badan pengelola dan badan pengawas yang berperan untuk mengelola dan mengawasi semua aktivitas dilapangan dibawah koordinasi Pemerintah Desa Taar sebagai pemilik adat kawasan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Badan Pengelola adalah unsur pelaksana teknis sedangkan Badan Pengawas adalah unsur pelaksana pengawasan yang berfungsi sebagai pelaksana dan pengawas dalam model pengelolaan minawisata bahari. Keanggotaan kedua lembaga ini terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan/atau pegawai instansi terkait
yang dipilih dan dipercaya oleh masyarakat melalui suatu musyawarah umum. Musyawarah pemilihan pengurus dan anggota Badan Pengelola dan Badan Pengawasan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan jangka waktu kepengurusan tertentu (5 tahun) atau sesuai kebutuhan masyarakat. Badan Pengelola dan Badan Pengawasan bertanggung jawab kepada Pemerintah Desa dan BPD. Kedua lembaga ini dipercayakan untuk membuat aturan-aturan pelaksanaan yang berkaitan dengan model pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir.
Model pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi merupakan suatu kesempatan sekaligus tantangan bagi Pemerintah Desa dan masyarakat Desa Taar dalam mewujudkan harapan atau visi masa depan kawasan teluk tersebut yang lebih baik. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan komitmen dan partisipasi aktif semua pihak terkait untuk melaksanakan semua aktivitas secara bertanggung jawab. Kunci keberhasilan utama adalah perhatian masyarakat dan Pemerintah Desa Taar terhadap perbaikan kehidupan mereka maupun kelestarian lingkungan hidup dimana mereka menggantungkan hidup sehari-hari.
5.7 Keberlanjutan Pengelolaan Minawisata Bahari Berbasis Konservasi