• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data, dan tampilan data geografis yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan. Sistem komputer ini terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (perangkat lunak) dan manusia (personal) yang dirancang untuk secara efisien memasukan, menyimpan, memperbarui, memanipulasi, menganalisa, dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis (ESRI 1990).

Teknologi SIG dikembangkan dan terintegrasi dari beberapa konsep dan teknik seperti Geografi, Statistika, Kartografi, Ilmu Komput er, Biologi, Matematika, Ekonomi dan Ilmu Geologi (Maguire 1991). Daya tarik utama SIG secara umum adalah bersifat terkomputerisasi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai instansi karena:

a) Kemudahan memperbaharui dan memperbaiki data.

b) Kemampuan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keperluan pemesanan.

c) Kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai data termasuk data digital dan data penginderaan jauh.

d) Potensial untuk pemetaan perubahan melalui program pemantauan dan kemampuannya untuk mengintegrasikan pemodelan.

2.6.1 Struktur Komponen SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri atas 4 komponen dasar, yaitu data, perangkat lunak, perangkat keras, dan sumberdaya manusia atau pengguna SIG. Data merupakan komponen utama yang akan diproses dengan menggunakan SIG. Perangkat lunak merupakan komponen untuk mengintegrasikan berbagai macam data masukan, yang akan diproses dalam SIG. Perangkat keras berupa komputer, yang dilengkapi dengan peralatan digitasi, scanner, plotter, monitor, dan printer. Sumberdaya manusia merupakan pengguna sistem dan yang mengoperasikan perangkat lunak maupun perangkat keras, serta data yang digunakan untuk diolah, maupun dianalisis sesuai dengan kebutuhannya. Keempat struktur komponen saling berkomunikasi, baik antar data, antar data dan perangkal lunak, perangkat lunak dengan perangkat keras, dan manusia dengan perangkat dan data.

Komponen dasar perangkat lunak SIG tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

1) Masukan (input data) dan pembetulan mencakup semua aspek transformasi data yang diambil dalam bentuk peta, observasi lapangan, data penginderaan jauh ke dalam bentuk digital. Data ini setelah dibetulkan, digunakan dalam membangun data dasar geografis.

2) Penyimpan dan pengolah data dasar berhubungan dengan penanganan dalam penyimpan data, meliputi posisi, hubungan topologi, atribut elemen geografis (titik, garis, poligon/area) untuk menyajikan objek permukaan bumi, struktur dan organisasi penyimpanan. Program komputer yang digunakan dalam pengorganisasian data dasar disebut sistem manajemen basis data (Data Base Management System = DBMS).

3) Keluaran (output data) dan penyajiannya, berhubungan dengan bentuk data, cara proses data, dan hasil pemrosesan disajikan pada pengguna. Cara penyajian melalui layar monitor, printer atau plotter, sedangkan bentuk penyajiannya berupa peta, tabel, grafik. diagram, atau bentuk lainnya.

4) Transformasi data, dapat berupa aspek spasial atau non-spasial, maupun kombinasi keduanya, seperti perubahan skala, data fitting, perhitungan luas dan keliling. Transformasi data meliputi 2 macam kelas operasi, yaitu (1) menghilangkan galat (error) data atau membawanya ke dalam bentuk yang lebih mutahir, atau memadankan himpunan data lain yang diperlukan, (2) membawa ke dalam bentuk spesifik seperti yang diinginkan pengguna.

5) Interaksi dengan pengguna (input query) merupakan bentuk interaksi dengan pengguna sistem informasi, yaitu dengan melakukan perintah-perintah yang dipilih dari menu (daftar) yang sudah diprogram.

Keunikan SIG jika dibandingkan dengan sistem pengolahan basis data lainnya adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi spasial maupun non-spasial secara bersama-sama. Sebagai contoh, data SIG penggunaan lahan akan dapat disajikan dalam bentuk batas-batas luasan yang masing-masing mempunyai atribut dalam bentuk tulisan maupun angka. Informasi yang berlainan tema umumnya disajikan dalam lapisan (layer) informasi yang berbeda. Oleh karena SIG merupakan penyederhanaan dari fenomena alam/geografis yang nyata,

maka SIG harus betul-betul mewakili kondisi, sifat-sifat (atribut yang penting) bagi suatu aplikasi/pemanfaatan tertentu (Raharjo 1996).

2.6.2 Aspek-Aspek Lingkungan Geografis

Berbagai aspek dalam lingkungan geografi saling terkait, yang strukturnya mencakup tujuh aspek, yaitu aspek topologi mencakup letak, luas, bentuk dan batas wilayah; aspek abiotik mencakup tanah, air, dan iklim; aspek biotik mencakup manusia, hewan, dan tumbuhan; aspek sosial mencakup tradisi adat, kelompok masyarakat, dan lembaga sosial; aspek ekonomi mencakup industri, perdagangan, perkebunan, perikanan, pariwisata, transportasi dan pasar; aspek budaya mencakup pendidikan, agama, bahasa, dan kesenian; aspek politik mencakup pemerintahan dan kepartaian.

2.6.3 Analisis Tumpang Susun (overlay)

Satu keuntungan yang dapat diperoleh dari operasional SIG adalah kemampuan dalam integrasi informasi. Sebetulnya teknik pengintegrasian informasi secara konvensional telah lama dikenal, melalui teknik tumpang susun (overlay) untuk berbagai keperluan. Penerapan pendekatan sistem overlay dalam SIG, disamping harus didukung pengetahuan tentang SIG, juga dasar pengetahuan mengenai tata kerja di atas peta, karena peraga utama sistem SIG ini adalah peta.

Peta pada hakekatnya adalah gambaran sebagian permukaan bumi, yang digambarkan di atas bidang datar dan ukurannya dapat dipertanggung-jawabkan secara matematis. Didalam SIG, suatu peta atau objek disajikan pada bidang atau matriks atau himpunan larik (array). Setiap sel dalam array hanya dapat menyimpan satu nilai, atribut-atribut geografis yang berbeda (misalnya peta wilayah, struktur tanah, vegetasi, penggunaan lahan, geologi). Setiap atribut yang berbeda tersebut harus disajikan dalam bidang yang berbeda. Bidang penyajian yang berhubungan dengan suatu atribut geografis disebut dengan lapis (layer). Konsep overlay merupakan fungsi analisis pada SIG, dan konsep ini sama dengan konsep picture function pada pengolahan citra digital, pada teknologi penginderaan jauh. Fungsi analisis overlay ini dapat dilakukan dalam satu peta atau beberapa macam peta.

2.6.4 Aplikasi SIG dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

Aplikasi SIG sudah banyak digunakan untuk pengelolaan penggunaan lahan dibidang pertanian, kehutanan, serta pembangunan pemukiman penduduk dan fasilitasnya. Hanya dalam beberapa tahun penggunaan SIG telah tersebar luas pada bidang ilmu lingkungan, perairan, dan sosial ekonomi. SIG juga telah digunakan dibidang militer, pemodelan perubahan iklim global dan geologi. Selain itu berbagai bentuk analisis spasial dapat dilakukan dengan menggunakan SIG termasuk di wilayah pesisir.

Dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, SIG dapat digunakan untuk menyajikan data dasar keruangan yang terkait dengan masalah (1) fisik pesisir, yaitu berupa data dasar keruangan termasuk topografi/batimetri, morfologi, penutupan tanaman, aliran sedimen, erosi dan deposisi, iklim, batas habitat dan lain sebagainya, dan (2) lingkup manusia/sosial, yaitu berupa data dasar keruangan termasuk batas administratif, distribusi populasi, jaringan transportasi, distribusi dan berbagai karakteristik manusia/sosial lainnya. Tipe penggunaan SIG dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu antara lain untuk (a) mengetahui tingkat eksploitasi sumberdaya alam, (b) mempertemuka n keinginan manusia yang sangat bervariasi, dan (c) menjaga keberadaan/ kelangsungan ekosistem pesisir.

Dahuri (1997) menjelaskan bahwa secara umum keuntungan penggunaan SIG pada perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam adalah (1) mampu mengintegrasikan data dari berbagai format data (grafik, teks, analog, dan digital) dari berbagai sumber, (2) memiliki kemampuan yang baik dalam pertukaran data diantara berbagai macam disiplin ilmu dan lembaga terkait, (3) mampu memproses dan menganalisis data lebih efisien dan efektif daripada dikerjakan secara manual, (4) mampu melakukan pemodelan, pengujian dan perbandingan beberapa alternatif kegiatan sebelum dilakukan aplikasi dilapangan, (5) memiliki kemampuan pembaruan data yang efisien terutama model grafik, (6) mampu menampung data dalam volume yang besar.

Gunawan (1998) menjelaskan bahwa SIG umumnya dipahami memiliki kontribusi besar dalam pengelolaan wilayah pesisir yakni (1) membantu memfasilitasi berbagai pihak sektoral, swasta dan Pemda yang merencanakan

sesuatu, dapat dipetakan dan diintegrasikan untuk mengetahui pilihan-pilihan manajemen dan alternatif perencanaan yang paling optimal. Kombinasi sektor atau kegiatan yang sinergis dan mempunyai keunggulan komparatif secara ekonomis tetapi dampak lingkungannya minimal dapat ditampilkan, sehingga pihak perencana dapat menyeleksi sektor atau kegiatan yang layak dan tidak layak dilakukan, (2) merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan. Dengan menggunakan SIG, kita dengan mudah dan cepat dapat melakukan analisis keruangan (spatial analysis) dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan wilayah pesisir. Kemampuan SIG dalam analisis keruangan dan pemantauan dapat digunakan untuk mempercepat dan mempermudah penataan ruang (pemetaan potensi) wilayah pesisir yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya.