• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Minawisata Bahari

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, disebutkan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Dalam sistem bisnis perikanan, seringkali digunakan kata Mina untuk menggantikan kata Perikanan yang pada hakekatnya mengandung pengertian

yang sama dengan kata perikanan itu sendiri. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat nelayan dan juga masyarakat lainnya yang hidup di wilayah pesisir. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan, kelestarian sumberdaya harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan dimaksud. Dengan demikian, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya daerah penangkapan (fishing ground), daerah pemijahan (spawning ground), daerah mencari makan (feeding ground), maupun daerah asuhan (nursery ground) ikan. Selain itu, tidak pula merusak ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, dan ekosistem lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan sumberdaya ikan.

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Menurut Fandeli (2000); META (2002) berdasarkan konsep pemanfaatannya, wisata dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk yaitu :

1. Wisata Alam (Nature Tourism)

Merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

2. Wisata Budaya (Cultural Tourism)

Merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

3. Ekowisata (Ecotourism, Green Tourism, Alternatif Tourism)

Merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan.

Khusus untuk ekowisata, dalam ekowisata terdapat suatu bentuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan oleh manusia yang dikenal dengan nama ekowisata bahari.

Ekowisata Bahari merupakan kegiatan wisata yang memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Pengelolaan ekowisata bahari merupakan suatu konsep pengelolaan yang

memprioritaskan kelestarian dan memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya masyarakat. Yang menjadi objek ekowisata bahari dalam konsep ini adalah sumberdaya bawah laut dan dinamika air lautnya, ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem lamun serta biota yang hidup di sekitarnya. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu wisata pantai dan wisata laut (bahari). Wisata pantai lebih mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat, sedangkan wisata laut (bahari) lebih mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air lautnya (Yulianda 2007).

Menurut Kamal (2005) Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan perikanan pada kawasan wisata tersebut. Sedangkan Minaindustri adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan secara umum bagi keperluan industri, baik industri skala rumah tangga maupun industri skala besar. Selanjutnya dikatakan bahwa kalau dikemas dengan baik, maka minawisata akan menjadi peluang yang menjanjikan bagi peningkatan kunjungan wisata lokal, nasional dan internasional. Disamping itu kalau suatu kawasan perikanan secara umum termasuk kampung-kampung nelayan dan industri kapal rakyat dikemas dengan baik, juga akan menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga minaindustri akan menjadi paket tersendiri pula bagi pengembangan parawisata lokal dan nasional. Selain itu, menurut DPK Provinsi Maluku (2007) Minawisata adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata yang ada di suatu wilayah tertentu secara terintegrasi untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumberdaya tersebut, atau dengan kata lain Minawisata adalah pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada suatu wilayah tertentu.

Dalam konsep yang sama, minawisata dapat dibedakan dalam 2 pola pemanfaatan ruang dan sumberdaya yaitu minawisata sebagai irisan (intersection) dari pemanfaatan ruang dan sumberdaya perikanan dan pariwisata secara terintegrasi, dan minawisata sebagai gabungan (union) dari pemanfaatan ruang

dan sumberdaya perikanan dan pariwisata secara terintegrasi (Adrianto L 22 Mei 2008, komunikasi pribadi), seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.

Pola Irisan Pola Gabungan Pola Gabungan 3.a 3.b 3.c

Gambar 3 Minawisata dalam bentuk pola irisan (intersection) dan pola gabungan (union).

Dari ketiga gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa M (mina) adalah fungsi dari kesesuaian perikanan [M = f (kP)] dan W (wisata) adalah fungsi dari kesesuaian pariwisata [W = f (kW)], dengan demikian maka MW (minawisata) adalah:

1. Fungsi dari kesesuaian perikanan dan pariwisata yang pola pemanfaatan ruang dan sumberdayanya merupakan irisan dari kedua aktivitas tersebut seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3.a.

2. Fungsi dari kesesuaian perikanan dengan komponen pariwisata yang pola pemanfaatan ruang dan sumberdayanya merupakan gabungan dari kedua aktivitas tersebut, dimana yang menjadi basis adalah aktivitas perikanan dengan menyandingkannya dengan komponen pariwisata seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3.b.

3. Fungsi dari kesesuaian pariwisata dengan komponen perikanan, yang pola pemanfaatan ruang dan sumberdayanya merupakan gabungan dari kedua aktivitas tersebut, dimana yang menjadi basis adalah aktivitas pariwisata dengan menyandingkannya dengan komponen perikanan seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3.c.

M W W M M MW W

Berdasarkan uraian di atas, maka selanjutnya peneliti dapat mendefinisikan bahwa Minawisata Bahari adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya kelautan, perikanan dan wisata bahari yang ada di suatu wilayah tertentu secara terintegrasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumberdaya sekaligus juga untuk pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah tersebut.

2.5 Konservasi

Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan, dengan kata lain konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya disebutkan bahwa Konservasi adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis yang meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, pantai).

b. Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna) khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi), langka, atau terancam punah.

c. Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.

d. Lansekap (bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai estetik/scientik. e. Fungsi perlindungan hidrologi: tanah, air, dan iklim global.

f. Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang menarik).

Untuk wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil, kegiatan konservasi diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dimana disebutkan bahwa Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan

sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya, sedangkan Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diselenggarakan untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain; melindungi habitat biota laut; dan melindungi situs budaya tradisional.

Selanjutnya menurut Samedi dkk (2006) ada 2 hal yang harus dikonservasi yaitu jenis (spesies) dan kawasan (habitat). Konservasi jenis (spesies) diantaranya: a. Konservasi sumberdaya pesisir dan laut adalah upaya perlindungan, pelestarian

dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, termasuk ekosistem, jenis, dan genetika untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya hayati.

b. Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu sekarang dan yang akan datang.

c. Konservasi jenis (ikan) adalah semua upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan fungsi jenis dari sumberdaya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan fungsi jenis ikan tersebut bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

d. Konservasi genetika (ikan) adalah semua upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan fungsi genetika dari sumberdaya ikan, untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan fungsi genetika sumberdaya ikan tersebut bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

sedangkan konservasi kawasan (habitat) diantaranya:

a. Kawasan Konservasi Laut adalah kawasan pesisir dan laut yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

b. Taman Nasional Laut adalah Kawasan Konservasi Laut yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi.

c. Suaka Alam Laut adalah Kawasan Konservasi Laut dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya.

d. Taman Wisata Laut adalah Kawasan Konservasi Laut dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata bahari dan rekreasi.

e. Suaka Perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan.

Konservasi sumberdaya pesisir dan laut dilakukan melalui kegiatan: pengelolaan konservasi ekosistem penting yang terkait dengan perikanan; pengembangan kawasan konservasi laut dalam jejaring pada tingkatan lokal, nasional, regional, dan global; dan pengembangan konservasi jenis dan genetika ikan, mencakup upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa ada 5 prinsip dasar dalam pengelolaan konservasi yaitu:

1. Proses ekologis seharusnya dapat dikontrol.

2. Tujuan dan sasaran hendaknya dibuat dari sistem pemahaman ekologi. 3. Ancaman luar hendaknya dapat diminimalkan dan manfaat dari luar dapat

dimaksimalkan.

4. Proses evolusi hendaknya dapat dipertahankan.

5. Pengelolaan hedaknya bersifat adaptif dan meminimalkan kerusakan SDA dan lingkungan.

sedangkan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam konservasi antara lain keterkaitan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan non hayati lainnya; keterpaduan dengan sektor-sektor lain yang terkait; dan karakteristik ekosistem yang terkait dengan perikanan tidak mengenal batas-batas administratif wilayah kabupaten, provinsi dan negara, Samedi dkk (2006).