• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.5. Analisis Data

3.5.1. Parameter pertumbuhan 3.5.1.1 Pengukuran morfometrik

Menurut Ferreira et al. (2006) ciri morfometrik yang umum dilakukan pada moluska adalah panjang, lebar, dan tebal umbo di kedua cangkang. Pengukuran panjang, lebar, dan tebal umbo dilakukan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.01 mm.

Panjang cangkang diukur dari ujung anterior hingga tepi ujung posterior, lebar cangkang diukur dari arah dorsoventral secara vertikal, dan tebal cangkang diukur dari tepi cangkang bagian atas ke tepi cangkang bagian bawah (Octavina 2014).

Pengukuran berat tubuh total (beserta cangkang) dilakukan menggunakan timbangan digital dengan ketelitan 0.0001 gram. Bagian interior tubuh tiram dipisahkan dari cangkangnya untuk pengukuran berat daging tiram. Berat gonad diasumsikan sebagai berat kedua gonad beserta mantel pada sisi kiri dan kanan cangkang. Hal ini disebabkan gonad berada disepanjang mantel, sehingga sangat sulit untuk memisahkan keduanya (Allison 2008). Sampel tiram yang telah diawetkan, diukur karakter morfometrik. Metode yang digunakan dengan pengukuran traditional morphometric. Pengukuran traditional morphometric mengacu pada Batista et al. (2008) dan Octavina et al. (2014). Perhitungan pengukuran dilakukan seperti pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.2.

Gambar 3. 2 Teknik pengukuran traditional morphometric dilakukan dengan mengukur

Tabel 3.2 Pengukuran traditional morphometric

No Kode Karakter Keterangan

1 PT Panjang Total Jarak yang diukur dari bagian anterior hingga posterior tiram.

2 L Lebar Jarak yang diukur dari sisi kiri hingga kanan tiram.

3 T Tinggi Jarak yang diukur dari bagian atas hingga bawah tiram.

Hasil pengukuran selanjutnya ditransformasikan melalui microsoft exceel dengan rumus mengacu pada Schindler dan Schmidt (2006) sebagai berikut:

= M×100

TL (3.1)

Dimana:

Mtrans = transformasi data M = data hasil pengukuran TL = Panjang total.

Data yang telah ditransformasikan dimasukkan dalam aplikasi SPSS versi 22.0 dan dilakukan uji Univariate (ANOVA) dan Multivariate (discriminant function analysis, DFA) (Batista et al., 2008). Hasil analisis yang didapat menjelaskan tingkat kedekatan karakter morfologi antar populasi berbeda namun dalam spesies yang sama.

3.5.1.2 Distribusi frekuensi – panjang

Dugaan kelompok ukuran dilakukan dengan melakukan analisis terhadap frekuensi panjang. Frekuensi panjang tiram yang diambil di distribusikan ke dalam beberapa kelompok dengan asumsi sebaran data normal. Distribusi frekuensi panjang diperoleh dengan cara menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang (Komala et al. 2011).

3.5.1.3 Analisa pertumbuhan

prediksi umur, laju mortalitas (mortalitas total, alami, penangkapan dan eksploitasi) dan proses rekruitmen. Data yang dikoleksi selama 6 bulan penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program FISAT II.

Pertumbuhan tiram dianalisa menggunakan persamaan Von Bertalanffy (Sparred dan Venema 1999) sebagai berikut :

Lt = L(1 − exp− ( − )) (3.2)

Dimana:

Lt = panjang tiram pada umur t (mm);

L = panjang infinitif (mm);

K = koefisien pertumbuhan perhari;

t0 = dugan umur teoritis tiram pada panjang nol.

Analisa struktur umur menggunakan metode pergeseran kelas modus dengan Model Von Bertalanffy sebagai berikut :

(∆L/∆t) = (L2 – L1)/(t2 – t1) (3.3)

L(t) = (L2 + L1) (3.4)

Dimana:

(∆L/∆t) = pertumbuhan relatif;

∆L = panjang tiram;

∆t = selisih waktu;

L(t) = panjang rata-rata dari modus data

Dengan memplot nilai L(t) dan (∆L/∆t) dapat diperoleh persamaan sederhana linier :

Y = a + bx (3.5)

Dimana :

a = ((∑bivalvia/n) – (b(∑x/n))

b = (n∑(xy) – (∑x)(∑bivalvia)) / (n∑x2 – (∑x)2)

Nilai panjang rata-rata modus dari metode tersebut digunakan untuk menghitung panjang asimtotik (L), koefisien pertumbuhan (K) yaitu :

K = -b (3.6)

L= -a/b

Untuk mengetahui umur teoritik t0 (waktu teoritik saat panjang tiram nol) menggunakan persamaan Pauly (1979) dalam Craig (1999) sebagai berikut :

Log(-t0) = 0.3922 – 0.2752 Log (L) – 1.0382 Log k (3.7)

Untuk mendapatkan umur relatif pada berbagai ukuran panjang digunakan penurunan rumus Model Von Bertalanffy oleh Gulland (1976) yaitu :

-ln (1 – Lt/L) = -K (t0) + K (t) (3.8)

t = t0 – ln*(1 – 1(Lt/L)) (3.9)

3.5.1.4 Hubungan Panjang dan Berat

Pola pertumbuhan tiram dapat diketahui dengan adanya hubungan panjang cangkang dan berat tubuh yang dianalisis melalui hubungan persamaan power regression sebagai berikut :

Persamaan tersebut kemudian diubah menjadi bentuk linier sebagai berikut Log W = log a + b log L, sehingga :

Nilai b = 3 merepresentasikan pertumbuhan isometrik atau pertambahan panjang seimbang dengan peningkatan berat tubuh. Nilai b ≠ 3 menunjukkan pertumbuhan dengan sifat allometrik, dimana b < 3 menunjukkan bahwa pertambahan panjang lebih cepat daripada peningkatan berat tubuh, sedangkan b > 3 menunjukkan peningkatan berat tubuh lebih cepat dari pertambahan panjang (Effendie 1997).

Pengujian nilai b ≥ 3 atau b < 3 dilakukan uji T (T-test) dengan hipotesis : H0: b ≥ 3, hubungan panjang – berat bersifat allometrik positif.

H1 : b < 3, hubungan panjang – berat bersifat allometrik negatif.

Analisis data dan uji T-test ini dilakukan menggunakan program SPSS for Windows versi 23.0. Jika didapatkan nilai p atau probabilitas < 0.05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai p > 0.05 maka H0 ditolak (Komala et al. 2011).

3.5.2. Parameter biologi reproduksi 3.5.2.1 Tingkat kematangan gonad (TKG)

Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan secara visual dengan mengacu pada Angell (1986). Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kematangan dan organ reproduksi betina dan jantan, sehingga dapat diketahui dugaan ukuran tubuh tiram pada saat terjadi kematangan gonad. Untuk tujuan ini dilakukan pengambilan tiram dengan berbagai ukuran, lalu didistribusikan dalam beberapa kelompok atau kelas berdasarkan ukuran tubuhnya. Data kematangan gonad dikorelasikan dengan panjang dan berat tubuh tiram pada setiap kelas. Sampel tiram yang tertangkap dibedah perutnya, kemudian diamati bentuk gonad, ukuran, warna dan tekturnya serta keberadaan cairan sperma atau oosit. Kemudian gonad diawetkan dan diperiksa secara histologi sesuai prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan gambaran anatomi dan morfologi gonad, penimbangan berat gonad, penentuan indeks kematangan gonad, dan berdasarkan hasil pengamatan dari preparat histologi Roberts (2012).

1. Mula-mula massa visceral tiram dipisahkan dari cangkangnya, lalu dilakukan

+ 5 cc formalin pekat). Kemudian gonad dipindahkan dalam larutan alkohol 70%

beberapa kali hingga warna kekuningan hilang.

2. Dehidrasi I. Gonad direndam dalam beberapa konsentrasi alkohol yaitu 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, dan 95% selama 2 jam, lalu direndam dalam alkohol 100%

I, 100% II, 100% III masing-masing selama 1 jam.

3. Penjernihan I. Gonad direndam dalam campuran larutan alkohol 100% dan xylen dengan perbandingan 1 : 1 selama 45 menit, lalu direndam dalam xylol I, xylol II, xylol III, masing-masing selama 45 menit.

4. Infiltrasi. Organ gonad dimasukkan dalam campuran xylol dan parafin dengan perbandingan 1: 1 pada suhu sekitar 650C selama 45 menit, kemudian direndam dalam parafin I, parafin II, parafin III masing-masing pada suhu 630C selama 45 menit.

5. Penanaman. Gonad ditanam dalam balok paraffin hingga paraffin mengeras,