• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penutupan. Preparat diberikan label sesuai dengan perlakukan atau nama, kemudian ditutup menggunakan gelas penutup dengan perekat atau Canada

METODE PENELITIAN

12. Penutupan. Preparat diberikan label sesuai dengan perlakukan atau nama, kemudian ditutup menggunakan gelas penutup dengan perekat atau Canada

balsam, lalu diinkubasi pada suhu ruang selama 12 jam.

Jaringan gonad diklasifikasikan berdasarkan skala kematangan yang digunakan oleh Sugiwara (in Imai 1982). Siklus gametogenesis dibagi menjadi beberapa kategori untuk perkembangan jantan dan perkembangan betina sebagai berikut :

Stadium 0 : belum berkembang secara seksual. Folikel belum ada atau masih kecil dan bentuknya memanjang. Dinding ditutupi oleh epitel germinativum yang belum berdiferensiasi. Jaringan ikat sudah berkembang secara luas. Stadium perkembangan gonad tiram jantan dapat dilihat pada Gambar 10, dan perkembangan gonad tiram betina dapat dilihat pada Gambar 11.

Perkembangan Jantan

Stadium I : Proliferasi. Spermatogonia dan beberapa spermatosit dapat terlihat di epitel germinativum. Jaringan ikat berlimpah. Dengan meningkatnya proliferasi, spermatosit dan spermatid akan membentuk semacam pita disepanjang dinding folikular. Belum ada spermatozoa bebas yang terobservasi dalam lumen.

Stadium IIa : Kematangan dini. Komponen sel dari rangkaian proses spermatogenesis dapat diamati melalui lumen folikel. Jaringan ikat akan berkurang seiring dengan terjadinya kematangan. Spermatozoa bebas dapat dilihat pada lumen.

Stadium IIb : Kematangan sempurna. Jaringan interfolikular dan epitel germinativum mencolok. Folikel dipenuhi oleh spermatozoa yang tersusun secara padat, dengan ekor spermatozoa menghadap ke lumen. Terkadang beberapa spermatosit sudah dapat diamati disekitar dinding folikel.

Stadium III : Partially spawned. Sebagian folikel mulai terlihat kosong, terdapat spermatozoa dalam jumlah besar tersusun secara longgar. Pita kecil dari spermatosit dan spermatid dapat diobservasi sepanjang dinding folikel.

Stadium IV : Totally spawned. Ukuran folikel berkurang secara drastic namun beberapa spermatozoa masih menetap di lumen. Dinding folikel mengandung beberapa sel germinativum yang menyebar.

Stadium V : Post-spawning. Jaringan ikat kembali berkembang secara cepat disekitar folikel yang telah kolaps. Spermatozoa residual dan sel fagositik dapat dilihat pada lumen halus dalam folikel.

Perkembangan Betina

Stadium I : Proliferasi. Folikel dalam gonad mulai mengembangkan sel sekunder yang menutupi dinding folikel. Pada stadium yang lebih lanjut, pertumbuhan folikel dan oosit dapat diamati.

Stadium IIa : Kematangan dini. Beberapa oogami dan oosit previtellogenik terlihat di dinding folikel. Pada lumen dapat dilihat adanya oosit vitellogenik pedunkulata.

Gambar 3.4 Stadium kematangan gonad betina (X 400). (A) Proliferasi. (B) Maturasi. (C) Partially spawned.(D) Totally spawned (Sumber: Gosling E, 2003).

Stadium IIb : Kematangan sempurna. Batasan antara folikel tidak dapat dibedakan.

Lumen terisi penuh dengan oosit vitellogenik berbentuk polihedrikal. Secara makroskopik, terlihat gonad berwarna putih dan teksturnya lembut.

Stadium III : Partially spawned. Oosit bebas tersusun longgar dalam jumlah besar, dan terdapat ruang kosong yang bisa diamati dalam lumen. Dapat terlihat pula oosit yang melekat pada dinding folikel.

Stadium IV : Totally spawned. Terlihat folikel kolaps, sebagian kecil oosit yang tidak dilepaskan tetap secara bebas berada di dalam lumen.

Stadium V : Post-spawning. Folikel telah kolaps dan berukuran kecil. Sel fagositik dapat ditemukan dalam jumlah besar dan oosit residual mengalami sitolisis. Jaringan ikat mulai

3.5.2.2 Indeks kematangan gonad (IKG)

Pengukuran IKG dilakukan dengan cara mengambil sampel tiram yang sudah ditimbang berat dan diukur panjang tubuhnya, kemudian dilakukan pembedahan untuk memisahkan gonad, lalu ditimbang menggunakan timbangan digital. Indeks kematangan gonad dihitung dengan mengacu pada Gaughan dan Mitchell (2000), dengan rumus:

IKG = Wg x 100% (3.13)

Wt

Dimana:

IKG = indeks kematangan ginad (%);

Wg = berat gonad (gram);

Wt = berat tubuh (gram).

3.5.2.3 Fekunditas

Perhitungan fekunditas dilakukan menggunakan mikroskop binokuler dikarenakan ukuran sampel telur hanya ±50 µm/butir. Sampel telur terlebih dahulu ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.00 gram. Gonad yang telah ditibang selanjutnya dibedah menggunakan pisau bedah. Gonad yang telah dibedah selanjutnya dihitung sebagian dibawah mikroskop, dimana sebagian sampel gonad yang diamati juga telah ditimbang. Hasil hitungan dibawah mikroskop kemudian dicatat dibuku dokumentasi. Fekunditas ditentukan dengan menggunakan rumus metode gravimetrik (Andy dan Omar 2005) sebagai berikut :

F = Bg x Fs (3.14)

Bs

Dimana:

F = jumlah telur total (butir);

Bg = berat gonad total;

Bs = berat gonad sebagian;

Fs = jumlah telur sebagian gonad (butir).

3.5.2.4 Analisis histologi dan siklus reproduksi

Jenis kelamin dan kematangan gonad setiap tiram ditentukan berdasarkan pemeriksaan histologi. Prosedur pembuatan preparat histologi dengan metode irisan dilakukan mengacu pada Roberts (2012).

3.5.2.5 Sex Ratio

Analisis sex ratio bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina dalam suatu populasi. Dari hasil pengamatan TKG dan pemeriksaan histologi akan dapat diketahui dengan pasti jenis kelamin setiap individu tiram sampel, sehingga dapat di hitung perbandingan jumlah individu antara betina dan jantan. Sex ratio dihitung dengan rumus Adenike (2013) sebagai berikut :

Sex ratio = Jumlah jantan

Jumlah betina (3.15)

3.5.3 Pengambilan Sampel Fitoplankton

Pengambilan sampel plankton dilakukan pada titik stasiun pengamatan yang sama dengan pengukuran parameter kualitas air dengan menggunakan Plankton net nomor 25.

Plankton net tersebut dilengkapi dengan botol penampung untuk menampung sampel yang tersaring. Pada setiap titik pengamatan (3 stasiun per lokasi) dilakukan penyaringan air sebanyak 100 liter melalui jaring Plankton net dengan menggunakan ember plastik volume 10 liter sebanyak 10 kali pengambilan, sehingga dihasilkan air sampel yang tertampung di dalam botol sampel (botol film) volume 25 mL.

Sampel tersebut diawetkan dengan menggunakan larutan formalin 4%. Fitoplankton yang diperoleh diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Marine Plankton (Newell dan Newell, 1977), The Fresh Water Algae (Prescod, 1979).

a) Identifikasi sampel plankton

Botol sampel yang berisi sampel plankton digoyang secara perlahan hingga homogen, kemudian sampel diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan ke

b) Kelimpahan plankton

Kelimpahan jenis fitoplankton dihitung berdasarkan rumus mengacu pada APHA (1989) sebagai berikut:

N = x x 1 x (3.16)

dengan :

N = Jumlah individu per liter (ind/l) Oi = Luas gelas penutup preparat (mm2) Op = Luas satu lapangan pandang (mm2) Vr = Volume air tersaring (ml)

Vo = Volume satu tetes air contoh (ml)

Vs = Volume air yang disaring oleh jaring plankton (L) n = Jumlah plankton pada seluruh lapangan pandang p = Jumlah lapangan pandang yang teramati

3.5.4 Parameter kualitas perairan

Parameter kualitas perairan yang diukur adalah temperatur, salinitas, dan pH dicatat setiap bulan selama periode pengumpulan sampel. Alat yang digunakan untuk mengukur ketiga faktor ini adalah thermometer raksa, refraktometer, dan pH meter digital.

Pengukuran temperatur, salinitas, dan pH dilakukan secara insitu.

BAB IV