• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.14 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS

39

(Statistical Product and Service Solution) 22. Data mula-mula dianalisis menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk menentukan normalitas dan homogenitasnya.

Bila data terdistribusi normal, maka dianalisis menggunakan metode One Way ANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok dan pada pengujian data friabilitas tablet digunakan metode analisis One Sample T-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pada kelompok. Jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Bila data tidak terdistribusi normal, maka dianalisis menggunakan metode Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan analisis Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dianalisis di Laboratorium Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara, menyatakan tumbuhan yang digunakan adalah akar manis (Glycyrrhiza glabra Linn.) dari famili Papilionaceae. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 63.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan Makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik serbuk akar manis berupa serbuk berwarna kuning kecoklatan, berbau khas aromatis, dan memiliki rasa manis. Gambar serbuk simplisia akar manis dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 64.

4.2.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk akar manis menunjukkan adanya serat, pembuluh kayu, sel berisi hablur kalsium oksalat, butir pati, dan sel gabus.

Hasil tersebut sesuai dengan pemeriksaan mikroskopik Dastagir dan Rizvi (2016).

Gambar mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 65.

4.2.3 Hasil Uji Karakterisasi Simplisia

Hasil pengujian karakterisasi simplisia akar manis dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Simplisia Akar Manis

No. Parameter Hasil Pengujian

1 Penetapan kadar Air 5,97%

2 Penetapan kadar sari larut air 33,32%

41

3 Penetapan kadar sari larut etanol 23,92%

4 Penetapan kadar abu total 7,43%

5 Penetapan kadar abu tidak larut asam 0,94%

Berdasarkan hasil pemeriksaan, serbuk simplisia akar manis memiliki kadar air sebesar 5,97% dimana kadar air simplisia yang diperoleh telah memenuhi persyaratan simplisia secara umum yang tercantum pada MMI yaitu lebih kecil dari 10% (Depkes RI, 1995). Penetapan kadar air yang dilakukan pada simplisia akar manis adalah untuk mengetahui jumlah air yang terkandung dalam simplisia. Kadar air simplisia ditetapkan untuk menjaga kualitas simplisia karena kadar air berkaitan dengan kemungkinan pertumbuhan jamur/kapang selama masa penyimpanan. Kadar air yang melebihi 10% dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan mutu simplisia (WHO, 1998).

Berdasarkan hasil penetapan kadar sari larut air serbuk simplisia akar manis diperoleh sebesar 33,32% dan penetapan kadar sari larut etanol diperoleh sebesar 23,92 %. Penetapan kadar sari simplisia dilakukan dengan menggunakan dua jenis pelarut, yaitu air dan etanol. Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar senyawa kimia bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari larut dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol, baik senyawa polar maupun non polar.

Penetapan kadar abu pada simplisia akar manis menunjukkan kadar abu total sebesar 7,43% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,94%.

Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral setelah pemijaran yang meliputi baik abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri yang terdapat di dalam sampel maupun yang non fisiologis yang merupakan residu dari proses pengekstraksian (WHO, 1998). Kadar abu tidak

42

larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 1998).

Monografi simplisia akar manis tidak terdaftar pada buku Materia Medika Indonesia ataupun Farmakope Herbal Indonesia sehingga tidak ada acuan parameter karakterisasi simplisia.

Hasil perhitungan karakterisasi simplisia akar manis meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 79-81.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Akar Manis

Skrining fitokimia yang dilakukan terhadap simplisia akar manis dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Adapun pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan steroida/triterpenoida. Hasil skrining fitokimia terhadap akar manis dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Akar Manis

Golongan Senyawa Kimia Hasil

Alkaloid +

Flavonoid +

Glikosida +

Saponin +

Steroid -

Tanin +

Triterpenoid +

Keterangan: (+) = Mengandung senyawa; (-) = Tidak mengandung senyawa

4.4 Hasil Ekstraksi Akar Manis

Serbuk akar manis ditimbang sebanyak 500 gram lalu diekstraksi dengan

43

cara maserasi. Dari ekstraksi tersebut diperoleh ekstrak etanol sebanyak 109,0 gram. Didapatkan rendemen ekstrak akar manis sebesar 24,224%. Perhitungan rendemen ekstrak akar manis dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 82.

4.5 Hasil Karakterisasi Ekstrak

Hasil pengujian karakterisasi ekstrak akar manis dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Karakterisasi Ekstrak Akar Manis

No. Parameter Hasil Pengujian

1. Penetapan kadar air 16,48%

2. Penetapan kadar abu total 6,87%

3. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam 0,885%

Hasil penentuan kadar air ekstrak diperoleh sebesar 16,48%, Menurut Voight (1994), ekstrak kental memiliki kadar air antara 5-30%. Hasil penentuan kadar abu total ekstrak diperoleh sebesar 6,87%, sedangkan kadar abu tidak larut asam diperoleh sebesar 0,885%. Hasil perhitungan karakterisasi ekstrak akar manis dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 83-84.

4.6 Hasil Uji Preformulasi Granul

Hasil dari uji preformulasi ini akan memberikan informasi apakah campuran granul atau serbuk memenuhi kualifikasi untuk dicetak menjadi tablet.

Uji preformulasi yang dilakukan meliputi pengujian sudut diam, waktu alir, indeks tap, dan kelembaban granul.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Preformulasi Granul

Parameter Formula

Syarat F.I F.II F.III F.IV F.V

Sudut diam (°) 21,65 21,63 21,05 22,02 21,15 20° < 𝜃< 40°

Waktu alir (s) 1,27 1,17 1,14 1,13 1,10 ≤10 s Indeks tap (%) 10,33 15,33 19,33 12,33 11,33 ≤20%

Kelembaban (%) 8,82 8,78 8,87 7,63 7,98 2-5%

44

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Sudut Diam (°)

4.6.1 Sudut Diam

Data hasil sudut diam granul dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Histogram Hasil Uji Sudut Diam Granul Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab) kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Bila sudut diam lebih kecil dari 30°

biasanya menunjukan bahwa bahan dapat mengalir bebas (Voight, 1994).

Semakin kecil nilai sudut diam maka semakin baik sifat alir granul. Daya alir pada granul mempengaruhi proses pengisian atau penenempatan granul pada ruang cetak tablet, sehingga dengan waktu alir yang baik diharapkan bobot yang dihasilkan dapat seragam serta tidak memberikan celah kosong pada massa tablet yang akan mempengaruhi mutu sediaan tablet (Banker dan Anderson, 1994).

Nilai dari sudut diam yang lebih kecil dari 30° biasanya mengindikasikan bahan yang mudah mengalir (free flowing), nilai sampai dengan 40° menunjukkan bahwa bahan masih dapat mengalir, dan nilai di atas 50° mengalir dengan sulit (Patel et al., 2006). Hasil sudut diam yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa, kelima formula tersebut mempunyai sifat yang mudah mengalir. Hal ini

45

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Waktu Alir (s)

menandakan bahwa campuran serbuk granul memiliki aliran yang baik untuk dicetak menjadi tablet.

Faktor yang mempengaruhi sudut diam adalah semakin tinggi timbunan serbuk, maka semakin besar pula sudut diam sehingga gaya adhesi-kohesi semakin besar yang pada akhirnya menyebabkan daya alir semakin buruk (Kurniasari, 2010).

Kandungan lembab juga mempengaruhi sudut diam granul. Bila kandungan lembab granul tinggi, maka sudut diam granul menjadi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena dengan adanya lembab maka ikatan antar partikel menjadi kuat sehingga granul yang dihasilkan semakin cepat untuk bergerak turun (Susanthi, dkk., 2016).

4.6.2 Waktu Alir

Data hasil waktu alir granul dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Histogram Hasil Uji Waktu Alir Granul Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab) memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10 detik. Waktu alir yang baik yang ditunjukkan pada campuran serbuk adalah hal yang penting untuk memastikan

46

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Indeks Tap (%)

bahwa pengisian die optimal pada saat pencetakan tablet, terutama pada metode cetak langsung. Beberapa hal yang dapat menyebabkan serbuk tidak dapat mengalir secara bebas yaitu persentasi fines yang terlalu besar, kelembapan yang tinggi, bahan pelicin, dan tegangan elektrostatik (Patel et al., 2006).

Waktu alir granul mempengaruhi pengisian yang seragam pada proses pencetakan tablet. Proses pengisian lubang kempa didasarkan pada aliran granul yang kontinu dan seragam dari corong. Apabila granul tidak mudah mengalir, maka granul cenderung bergerak tak teratur melalui bingkai pengisi menyebabkan beberapa lubang kempa tidak terisi sempurna, hal tersebut tentu dapat mempengaruhi bobot tablet bahkan kerapuhan tablet (Lachman et al., 1994).

Menurut penelitian Damidjan, dkk., (2010) semakin meningkat konsentrasi avicel PH 101 yang digunakan maka kecepatan alir granul semakin rendah. Hal ini selaras dengan hasil yang diperoleh yaitu pada formula I dengan konsentrasi avicel PH 101 paling tinggi menghasilkan waktu alir yang paling lama sedangkan formula V dengan konsentrasi avicel PH 101 paling rendah menghasilkan waktu alir yang paling singkat.

4.6.3 Indeks Tap

Data hasil indeks tap granul dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Histogram Hasil Uji Indeks Tap Granul

47

Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab) Formula 2 (34,25% avicel® PH 101 - 2,75% explotab) Formula 3 (33,5% avicel® PH 101 - 3,5% explotab) Formula 4 (33% avicel® PH 101 - 4% explotab) Formula 5 (32% avicel® PH 101 - 5% explotab)

Kompresibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemampuan serbuk atau granul untuk menjadi bentuk yang lebih stabil saat mendapat tekanan, yaitu mudah menyusun diri pada saat memasuki ruang cetak kemudian mengalami deformasi menjadi bentuk yang mampat dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil. Nilai kompresibilitas di bawah 15%

biasanya memberikan sifat alir yang baik dan di atas 15% menunjukkan kemampuan alir yang buruk (Susanthi, dkk., 2016).

Hubungan antara berat jenis ruah (bulk density) dan berat jenis mampat (tap density) merupakan salah satu cara untuk menentukan sifat aliran dari suatu serbuk. Pada penelitian ini, persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks tap adalah Carr’s Index (CI) yang menghasilkan output berupa persentasi kompresibilitas. Kompresibilitas serbuk adalah derajat reduksi volume terhadap tekanan yang diberikan. Nilai Carr’s Index (CI) antara 5-12% mengindikasikan serbuk yang dapat mengalir bebas, 23-35% mengindikasikan serbuk memiliki sifat aliran yang buruk, serta nilai >40% menunjukkan serbuk memiliki aliran yang sangat buruk (Patel et al., 2006).

Semakin tinggi nilai indeks tap granul maka semakin berpengaruh terhadap proses pencetakan tablet, semakin kecil nilai dari indeks tap granul maka penyusutan volume yang terjadi akan semakin rendah. Sehingga pengisian granul ke lubang kempa pada proses pencetakan tablet semakin seragam dan bobot tablet yang tercetak juga seragam (Voight, 1995). Hasil indeks tap kelima formula memenuhi persyaratan karena memperoleh nilai Carr’s Index di bawah 20% yang

48

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Kelembaban (%)

berarti bahwa semakin kecil indeks tap granul maka volume pemampatan akan semakin besar.

4.6.4 Kelembaban Granul

Data hasil kelembaban granul dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Histogram Hasil Uji Kelembaban Granul Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab)

Formula 2 (34,25% avicel® PH 101 - 2,75% explotab) Formula 3 (33,5% avicel® PH 101 - 3,5% explotab) Formula 4 (33% avicel® PH 101 - 4% explotab) Formula 5 (32% avicel® PH 101 - 5% explotab)

Kelembaban yang terdapat dalam eksipien/granul memiliki pengaruh yang besar pada sifat fisik granul, seperti karakteristik kompresi dan kekuatan mekanis tablet yang dihasilkan. Saat kadar air meningkat, ikatan antar partikel meningkat.

Selain itu, kelembaban yang ada dalam butiran granul dapat mempengaruhi gaya ejeksi pada saat pentabletan karena sifat lubrikannya (Thapa et al., 2017).

Uji kelembaban granul dilakukan untuk melihat kandungan air dalam granul.

Kandungan air granul yang terlalu tinggi pada granul dapat menyebabkan granul tidak dapat mengalir dengan baik pada saat pentabletan atau tablet yang dicetak dapat melekat pada punch dan die. Angka kelembaban yang tinggi menyebabkan granul akan susah untuk dikompresi karena massa akan lengket pada mesin cetak sehingga menyebabkan tablet mengalami capping. Sedangkan jika kelembaban granul terlalu rendah akan mengakibatkan tablet menjadi rapuh, karena daya ikat

49

antar partikel di dalam tablet rendah. Dengan adanya kandungan lembab, ikatan antar partikel akan menjadi kuat, sehingga juga akan berpengaruh terhadap kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan waktu hancur tablet yang akan dihasilkan (Susanthi, dkk., 2016).

Hasil pengujian kelembaban granul menunjukkan bahwa kelima formula memiliki kandungan lembab di atas 5% dimana kelembaban granul yang baik berada pada rentang 2-5% (Devi, dkk., 2018). Kandungan lembab atau Moisture content adalah pernyataan kandungan air berdasarkan bobot kering, yang menunjukkan kadar air yang terkandung dalam suatu granulat. Kandungan lembab di atas 5% disebabkan degradasi sediaan sangat besar. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi bahan pengikat terlalu kecil sehingga ukuran dan massa jenis sediaan juga kecil. Air larutan pengikat dalam granul dengan jumlah berlebih akan menyebabkan terganggunya sifat granul seperti timbulnya kohesivitas antarpartikel yang menyebabkan aliran granul menjadi buruk dan kekompakan granul menjadi terlalu tinggi (Elisabeth et al., 2018).

Dari keempat hasil uji preformulasi granul di atas, kelima formula tersebut memenuhi persyaratan sudut diam, waktu alir, dan indeks tap namun tidak memenuhi persyaratan kelembaban granul. Hasil perhitungan uji preformulasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 88-89.

4.7 Hasil Uji Evaluasi Tablet

Pada penelitian ini, tablet ekstrak akar manis yang telah dicetak memiliki bentuk bulat cembung, berwarna coklat, memiliki rasa manis, dan aroma yang khas. Gambar sediaan tablet dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 70. Uji evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah sifat fisik tablet memenuhi

50

parameter yaitu uji keseragaman bobot, waktu hancur, kekerasan, dan friabilitas.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Evaluasi Tablet

Formula

Data hasil keseragaman bobot dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan bobot rata-rata secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet

Keterangan F.I F.II F.III F.IV F.V

Bobot rata-rata(mg) 279 265 285,5 274,5 262,5

A1 (%) 6,81 7,35 5,43 5,64 6,67

A2 (%) 3,94 3,96 5,07 5,28 4,76

B1 (%) 6,81 7,35 5,43 5,64 6,67

Hasil dari pengujian keseragaman bobot dari lima formula, keseluruhan memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari nilai yang ditetapkan pada kolom A (7,5%) dan tidak satu tablet pun yang menyimpang dari bobot yang ditetapkan pada

51

kolom B (15%). Hal ini membuktikan bahwa kelima formula memiliki sifat alir yang baik dan sesuai dengan hasil evaluasi granul yang diperoleh. Keseragaman bobot sangat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya sifat alir. Sifat alir yang baik menyebabkan volume bahan yang masuk ke dalam ruang cetak akan seragam sehingga variasi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar. Data perhitungan keseragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 90-94.

Variasi bobot tablet merupakan salah satu parameter penting dalam proses dan spesifikasi variasi bobot telah diberikan. Bobot tablet ditentukan oleh jumlah granul dalam ruang kompresi sebelum sediaan dikempa. Oleh karena itu, banyak faktor yang dapat mengubah proses pengisian pada ruang kompresi sehingga merubah bobot tablet dan menimbulkan variasi bobot (Lachman et al., 1986).

Dari hasil pengujian statistika untuk keseragaman bobot tablet diperoleh data dapat terdistribusi normal, untuk selanjutnya dilakukan uji homogenitas varian diperoleh hasil signifikansinya 0,212 (>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan variansi sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA. Pada uji ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pengujian keseragaman bobot kelima formula tersebut berbeda secara signifikan. Data kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antar formula. Pada subset 1 terdapat hasil pengujian keseragaman bobot F.V dan F.II yang artinya rata-rata pengujian keseragaman bobot kedua formula tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada subset 2 terdapat hasil pengujian keseragaman bobot F.IV dan F.I yang artinya rata-rata pengujian keseragaman bobot kedua formula tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada subset 3 terdapat hasil pengujian keseragaman bobot F.I dan F.III

52

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Waktu Hancur (menit)

yang artinya rata-rata pengujian keseragaman bobot kedua formula tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

4.7.2 Waktu Hancur

Data hasil pengukuran waktu hancur dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Histogram Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab)

Formula 2 (34,25% avicel® PH 101 - 2,75% explotab) Formula 3 (33,5% avicel® PH 101 - 3,5% explotab) Formula 4 (33% avicel® PH 101 - 4% explotab) Formula 5 (32% avicel® PH 101 - 5% explotab)

Hasil uji waktu hancur tablet dari kelima formula memenuhi persyaratan tidak lebih dari 15 menit, yaitu berkisar antara 14-4,08 menit. Dimana formula yang memiliki waktu hancur paling cepat adalah Formula V, kemudian diikuti formula IV, II, III yang waktu hancurnya cenderung meningkat hingga waktu hancur yang terlama yaitu formula I.

Yang menjadi faktor penyebab hasil disintegrasi tablet lama adalah konsentrasi bahan-bahan tak larut air yang berlebihan atau sistem pengikat yang terlalu kuat. Kekerasan tablet yang terlalu berlebihan juga dapat mengurangi kecepatan disintegrasi tablet yang diharapkan (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Dari hasil pengujian statistika untuk waktu hancur tablet diperoleh data yang dapat terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji homogenitas varian diperoleh hasil signifikansinya 0,360 (>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa

53

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Kekerasan (kg)

tidak ada perbedaan variansi sehingga dapat dilanjutkan uji ANOVA. Pada uji ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pengujian keseragaman bobot kelima formula tersebut berbeda secara signifikan. Data kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antar formula. Pada subset 1 terdapat hasil pengujian waktu hancur F.V dan F.IV yang artinya rata-rata pengujian waktu hancur kedua formula tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada subset 2 terdapat hasil pengujian waktu hancur F.III yang artinya rata-rata pengujian waktu hancur formula tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan formula lainnya. Pada subset 3 terdapat hasil pengujian waktu hancur F.II yang artinya rata-rata pengujian waktu hancur formula tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan formula lainnya. Pada subset 4 terdapat hasil pengujian waktu hancur F. I yang artinya rata-rata pengujian waktu hancur formula tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan formula lainnya.

4.7.3 Kekerasan

Data hasil uji kekerasan tablet dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Histogram Hasil Uji Kekerasan Tablet Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab)

Formula 2 (34,25% avicel® PH 101 - 2,75% explotab) Formula 3 (33,5% avicel® PH 101 - 3,5% explotab) Formula 4 (33% avicel® PH 101 - 4% explotab) Formula 5 (32% avicel® PH 101 - 5% explotab)

54

Tablet harus memiliki ketahanan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan pengepalan. Kekuatan tablet, seperti juga ketebalannya, merupakan fungsi dari isi lubang cetakan dan gaya kompresi. Pada penambahan tekanan kompresi, nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan ketebalan tablet berkurang (Lachman et al., 1986). Kekerasan yang cukup dari suatu tablet merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet (Banne, dkk., 2012).

Hasil pengujian kekerasan tablet kelima formula berkisar antara 4-5,1 kg, dimana syarat kekerasan tablet adalah 4-8 kg. Formula I memiliki nilai kekerasan tertinggi, diikuti oleh formula III, formula V, formula IV, dan formula II.

Dari hasil pengujian statistika untuk kekerasan tablet diperoleh data yang dapat terdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji homogenitas varian diperoleh hasil signifikansinya 0,276 (>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan variansi sehingga dapat dilanjutkan uji ANOVA. Pada uji ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,121 (>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil pengujian kekerasan kelima formula tersebut tidak berbeda secara signifikan.

4.7.4 Uji Friabilitas

Data hasil uji friabilitas tablet dengan variasi komposisi bahan pengisi dan bahan penghancur dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.7.

55

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5

Friabilitas (%)

Gambar 4.7 Histogram Hasil Uji Friabilitas Tablet Keterangan: Formula 1 (35% avicel® PH 101 - 2% explotab)

Formula 2 (34,25% avicel® PH 101 - 2,75% explotab) Formula 3 (33,5% avicel® PH 101 - 3,5% explotab) Formula 4 (33% avicel® PH 101 - 4% explotab) Formula 5 (32% avicel® PH 101 - 5% explotab)

Nilai hasil uji friabilitas berkisar antara 0,182%-0,716%, kelima formula memenuhi persyaratan ≤0,8%. Dimana formula I memiliki nilai friabilitas yang paling tinggi dan formula IV memiliki nilai friabilitas yang paling rendah.

Dari hasil pengujian statistika untuk friabilitas tablet diperoleh data yang dapat terdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji One Sample T-Test dan diperoleh hasil signifikansinya 0,027 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata friabilitas tablet formula I, II, III, IV, dan V adalah tidak sama (terdapat perbedaan yang signifikan).

Uji friabilitas merupakan cara pengujian yang paling cepat untuk mengetahui masalah yang dapat terjadi pada tablet. Beberapa masalah umum yang terjadi pada tablet yaitu capping/lamination dan sticking/picking. Yang dapat dijadikan alasan utama dibalik terjadinya masalah pada tablet yaitu ketidakmampuan material untuk melepaskan tegangan setelah gaya yang diberikan itu diberhentikan. Selain itu, fines yang berlebihan juga dapat menjebak udara di dalam tablet sehingga terjadi capping dan lamination.

Kelembapan memberikan peranan yang penting dalam mekanisme ikatan

56

dan deformasi plastik, sehingga granul atau serbuk yang memiliki kelembapan yang rendah akan cenderung terjadi capping atau laminate pada saat pencetakan tablet. Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat menyebabkan sticking dan

dan deformasi plastik, sehingga granul atau serbuk yang memiliki kelembapan yang rendah akan cenderung terjadi capping atau laminate pada saat pencetakan tablet. Selain itu, kelembapan yang tinggi juga dapat menyebabkan sticking dan

Dokumen terkait