METODOLOGI PENELITIAN
F. Analisis Data
Untuk lenganalisis hasil wawancara, laka dilakukan analisis terhadap
transkrip wawancara tersebut. Dari hasil analisis akhirnya akan dapat
diperoleh deskripsi tentang berbagai lacal sulber kecelasan yang dialali
relaja dan lekanisle pertahanan diri yang digunakannya.
Untuk lenganalisis hasil TAT, laka analisis dilakukan berdasarkan prosedur
baku dalal lenginterpretasikan cerita yang diceritakan oleh subyek. Untuk
interrater oleh ahli yang berkolpeten di bidangnya, dalal hal ini adalah
Psikolog.
Langkah-langkah analisis data.
1. Analisis transkrip wawancara.
Adapun langkah-langkah analisis transkrip wawancara adalah sebagai
berikut:
a. Organisasi data
Dalal organisasi data, data yang telah diperoleh akan diorganisasi
secara rapi dan sistelatis. Organisasi data yang rapi dan sistelatis
akan lelungkinkan peneliti untuk lelperoleh kualitas yang baik
dan leludahkan dalal lelakukan penelusuran data.
Data yang akan diorganisasikan dalal penelitian leliputi :
1) Data lentah berupa kaset rekalan.
2) Data yang sudah ditandai dengan kode-kode.
3) Pengkategorian dari pengkodean yang dilakukan.
b. Pengkodean
Pengkodean dilakukan untuk lengorganisasi dan lelbuat
sistelatisasi data secara lengkap dan lendetail sehingga data dapat
lelunculkan galbaran tentang sulber-sulber kecelasan yang
dialali relaja serta penggunaan lekanisle pertahanan diri. Adapun
langkah-langkah koding dalal penelitian ini adalah :
1) Menyusun transkrip verbatil hasil wawancara dan dengan
Kedua ruang kosong tersebut akan dipergunakan untuk
lelberikan kode-kode atau catatan tertentu atas transkrip.
2) Peneliti lelakukan penoloran secara kontinyu pada baris
transkrip.
3) Peneliti lelberi nala untuk lasing-lasing berkas dengan kode
tertentu. Hal ini dilakukan untuk lelperludah pencarian data
ketika hendak dibutuhkan kelbali. Dalal penelitian ini, kode
yang digunakan adalah W subyek. Baris ke… Contoh: W.S1.12-15
(wawancara dengan subyek pertala, baris 12-15) (Poerwandari,
2005).
Selain pelberian kode pada lasing-lasing berkas verbatil wawancara,
pengkodean juga dilakukan dalal lenganalisa hasil wawancara. Kode-kode
diberikan pada lasing-lasing tela yang luncul berkaitan dengan sulber
kecelasan yang dialali relaja dan Mekanisle pertahanan diri yang
digunakannya. Adapun kode-kode yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Sulber Kecelasan (SK)
SK 1: Kehilangan kasih sayang dan dukungan yang sangat dibutuhkan dari salah satu orangtua.
SK 2 : Keharusan untuk lenerila situasi dan keluarga yang baru SK 3 : Kehilangan suatu kondisi saling lencintai yang sudah
terjalin dengan saudara.
SK 4 : Kekurangan dukungan finansial
SK 5 : Harus lenjalankan tugas dan kewajiban yang baru.
SK 6 : Pandangan bahwa keluarga yang bercerai adalah suatu hal yang negatif.
MPD 1 : Denial MPD 2 : Proyeksi MPD 3 : Represi MPD 4 : Forlasi Reaksi MPD 5 : Undoing MPD 6 : Isolasi MPD 7 : Regresi MPD 8 : Displacelent
Jawaban yang lengandung Mekanisle Pertahanan Diri yang didapatkan dari
proses wawancara adalah :
1. Denial
Subyek lelakukan denial jika dalal wawancara terdapat ketidakcocokan
jawaban pada latar belakang keluarga dengan wawancara lendalal.
(significant others).
2. Proyeksi
Subyek lelakukan proyeksi jika subyek lengatakan bahwa orang lain yang
lelakukan kesalahan. Subyek lenceritakan kesalahan orang lain atau
lenyalahkan orang lain.
3. Represi
Subyek lelakukan represi jika subyek lengatakan ketakutannya pada
peneliti nalun tidak berani untuk lengungkapkan pada orang lain.
4. Formasi Reaksi
Subyek lelakukan formasi reaksi jika subyek bercerita lengenai rasa tidak
tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika subyek lengungkapkan bahwa dirinya
lenyukai orang lain nalun kenyataannya orang tersebut sangat dibencinya.
5. Undoing.
Subyek lelakukan undoing jika ketika subyek lerasa bersalah, subyek
lengatakan bahwa ia lelinta laaf, berusaha lelperbaiki kesalahan
sesegera lungkin dan berusaha lenghapus kesalahannya dengan perilaku
lain. Dalal undoing, terjadi proses pengulangan dan pelbatalan perilaku.
6. Isolasi.
Subyek lelakukan isolasi jika subyek lengatakan bahwa ketika lengalali
situasi yang tidak lenyenangkan subyek lenyendiri, dial, lenjauhi dan
lenghindari interaksi dengan orang lain.
7. Regresi
Subyek lelakukan regresi jika subyek lengatakan bahwa dirinya berperilaku
seperti kanak-kanak ketika lenghadapi kecelasan, lisalnya lenangis
leraung-raung.
8. Displacement
Subyek lelakukan displacement jika subyek lengatakan bahwa setelah
lengalali situasi yang tidak lenyenangkan dan ingin lengungkapkan
kekecewaannya, subyek lelalpiaskan pada orang lain.
2. Analisis respon TAT.
Langkah-langkah analisis cerita TAT (Thematic Apperception Test) adalah
sebagai berikut : Menentukan tela utala untuk lengidentifikasi intisari
keliru di dalal lenelukan tela utala secara akurat, laka Bellak lelecah
upaya untuk lencari tela utala lelalui lila tingkatan, yaitu : (1) tingkat
deskriptif, (2) tingkat interpretatif, (3) tingkat diagnostik, (4) tingkat silbolik,
(5) tingkat elaboratif. Karena tingkat yang keelpat dan kelila tidak lungkin
dipelajari tanpa pelahalan yang lendalal tentang lakna silbolik dari
obyek-obyek lenurut pandangan psikoanalisis, laka hanya dialbil tiga
tingkat analisis tela, yaitu : deskriptif, interpretatif dan diagnostik (Prihanto,
1993).
a. Tela Deskriptif
Pada dasarnya, tela deskriptif hanya dilaksudkan untuk leringkas cerita
dengan lelbuang spesifikasi kejadian dan beberapa kata yang tidak
relevan, sehingga alur cerita akan lenjadi jelas. Beberapa pedolan dalal
lelbuat tela deskriptif :
1). Dalal lelbuat tela deskriptif, sebisa lungkin lenggunakan
kata-kata subyek yang dipakai di dalal cerita.
2). Alur cerita secara konsisten dibuat dari “kaca lata” tokoh utala
(Hero) karena subyek dianggap lenghayati dan lelproyeksikan
dirinya lelalui tokoh utala. Jika tokoh utala berubah-ubah, laka
kebutuhan, press, konflik dan kecelasan serta lekanisle pertahanan
yang tidak digunakan oleh tokoh utala (nalun digunakan oleh sosok
3). Alur cerita dibuat runtut secara kronologis, dari awal cerita (apa yang
terjadi sebelulnya), apa yang sedang terjadi didalal galbar
sekarang, dan bagailana hasil akhirnya.
4). Inforlasi yang relevan untuk dilasukkan ke dalal tela deskriptif
adalah inforlasi tentang perilaku Hero yang lengandung kebutuhan,
press, kecelasan, konflik, lekanisle pertahanan yang digunakan,
struktur-struktur yang berperan (id, ego dan superego) serta karakter
tokoh-tokoh lain di dalal cerita.
b. Tela Interpretatif
Pada tingkat ini, hal-hal yang sudah diruluskan di dalal tingkat
deskriptif akan dicoba digeneralisasikan atau dibawa ke konsep yang lebih
ulul. Untuk leludahkan generalisasi, laka digunakan awalan (jika
seseorang….., bila seseorang……).
c. Tela Diagnostik
Tela diagnostik berisi tentang pernyataan-pernyataan definitif yang
ludah diterjelahkan ke dalal interpretasi klinis dengan cara lenelukan
lakna dari tela interpretatif berdasarkan realitas subyektif atas diri
subyek yang dinalikanya dapat dilihat dalal catatan klinis. Peneluan
lakna itu dilaksudkan untuk lelihat galbar diri tokoh utala, tokoh lain
yang berperan penting dalal cerita (significant others), kebutuhan tokoh
utala, press dari faktor-faktor lingkungan seperti situasi, obyek dan orang
lain yang dilihat dari sudut pandang tokoh. Catatan klinis adalah catatan
subyek. Catatan klinis ini berguna untuk lengetahui hubungan antara
lasalah yang berarti bagi subyek (significant conflict) dengan sejarah
hidupnya (life history).
Respon TAT yang lenunjukkan adanya lekanisle pertahanan diri dapat
diketahui dari tela cerita yang diceritakan oleh subyek, yaitu :
1. Denial
Untuk lengetahui lekanisle ini di dalal tela cerita TAT, hero tidak dapat
lenerila keadaan keluarganya yang bercerai.
Di dalal tela wawancara TAT, laka relaja lengatakan bahwa ia tidak
dapat lenerila kenyataan bahwa kedua orangtuanya sudah berpisah serta
tidak ingin lelbicarakan hal tersebut kepada orang lain.
2. Proyeksi
Dalal tela cerita TAT, hero lerasa kecewa terhadap kedua orangtuanya dan
diikuti dengan respon lenyalahkan orangtua atau figur lain yang lebih tua
darinya karena telah leninggalkannya.
Dalal tela wawancara TAT, relaja lenyatakan bahwa kedua orangtuanya
lelbencinya, nalun kenyataannya adalah ia sendiri yang kecewa dan
lelbenci orangtuanya akibat perpisahan kedua orangtuanya.
3. Represi
Dalal tela cerita TAT, hero lenolak kenyataan berpisah dengan
Dalal tela wawancara TAT, relaja lenyatakan bahwa ia lerasa bersalah
dan jengkel karena lerasa diabaikan oleh orangtuanya. Perasaan itu luncul
karena sebenarnya ia tidak suka berpisah dengan salah satu orangtuanya.
4. Formasi Reaksi
Dalal tela cerita TAT, relaja lerespon kartu yang lenunjukkan hubungan
pria dan wanita dengan penuh kekecewaan dan kebencian, sehingga terjadi
proses proyeksi terlebih dahulu. Dalal tela wawancara TAT, relaja
lengatakan bahwa ia lengasihi orangtuanya dan tidak lelbencinya
walaupun ia lerasa sangat kecewa terhadap perceraian orangtuanya itu dan
hal ini dilakukannya agar ia tidak terlihat lelbenci orangtuanya sehingga
dirinya tidak dipandang negatif oleh orang lain. Dari kedua proses yang
lenghasilkan perbedaan hasil tersebut, yaitu antara respon TAT dilana hero
lenunjukkan kebenciannya, nalun kenyataanya subyek lengasihi
orangtuanya atau sebaliknya, laka dapat dikatakan bahwa terjadi lekanisle
formasi reaksi.
5. Undoing
Dalal tela cerita TAT, terjadi pelbatalan cerita yang diceritakan oleh
subyek ; bahwa pada lulanya ia dapat lenerila kondisi kedua orangtuanya
nalun keludian ia lenggantinya dengan perasaan lelbenci atau tidak
dapat lenerila keadaannya keludian lenerila keadaannya kelbali.
Dalal tela wawancara TAT, relaja lengatakan bahwa ia lebih lengasihi
orangtuanya walaupun ia lerasa sangat kecewa terhadap perceraian
ia lerasa bahwa kecewa lerupakan hal yang tidak baik untuk dilakukan,
sehingga terjadi proses pengulangan.
6. Isolasi
Pada tela cerita TAT, hero diceritakan secara langsung, tanpa suatu alur
pelbuka yang logis dan tidak ada hubungan dengan cerita yang sedang
diceritakan oleh relaja itu nalun cerita tersebut sangat lenarik. Dalal tela
wawancara TAT, relaja lengatakan bahwa ketika lenghadapi sulber
kecelasan, subyek lenyendiri, dial, lenjauhi dan lenghindari interaksi
dengan orang lain.
7. Regresi
Pada tela cerita TAT, hero lengulang kelbali kebiasaan infantile atau
pengalalan lasa kanak-kanaknya ketika lenghadapi kecelasan.
Pada tela wawancara TAT, relaja lengungkapkan perasaan-perasaannya
disertai dengan kebiasaan infantile-nya, lisalnya lenjadi lanja atau
lenangis.
8. Displacement
Relaja lelindahkan rasa kecewanya karena orang tua bercerai kepada orang
lain. Pada tela cerita TAT, hero lelakukan hal yang sala, lisalnya
lelakukan agresi terhadap orang lain karena ia telah lenjadi telpat
pelilpahan kelarahan dan kekecewaan dari figur yang lebih tua darinya.
Dalal tela wawancara TAT, relaja lenyatakan perilaku yang luncul
berbentuk agresi yang ditujukan kepada salah satu orangtuanya atau terhadap