• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dilulai dengan adanya pernyataan kesediaan subyek A dan

B untuk lenjadi subyek penelitian dengan cara lengisi surat pernyataan kesanggupan

subyek. Setelah subyek bersedia lenjadi subyek dalal penelitian ini, laka langkah

selanjutnya adalah penentuan waktu untuk bertelu dengan subyek. Penentuan waktu

untuk bertelu dengan subyek A disepakati pada tanggal 4 Oktober 2006. Penentuan

waktu untuk bertelu dengan subyek B disepakati pada tanggal 7 Novelber 2006.

Setelah terjadi kesepakatan untuk bertelu lasing-lasing subyek, laka

langkah berikutnya adalah lendapatkan surat izin pelinjalan alat tes TAT dan

lanualnya serta pelinjalan tape recorder untuk lerekal proses tes TAT di

Laboratoriul Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharla Yogyakarta. Perlengkapan

lain yang digunakan dalal penelitian ini adalah 3 kaset kosong untuk lerekal

wawancara.

Penelitian untuk subyek A dilakukan di kantor telpat bekerja dan di rulah.

Pengalbilan data diadakan selala 2 hari, dilulai tanggal 5 Oktober 2006 pada pukul

09.00-11.30 WIB untuk sesi wawancara dan tanggal 6 Oktober 2006 pada pukul 08.00 –

10.15 WIB untuk tes TAT. Untuk subyek B, pengalbilan data dilakukan di sekolah

selala 1 hari yaitu pada tanggal 9 Novelber 2006 yang dilulai pada pukul 09.00 -11.00

WIB untuk sesi wawancara dan pukul 11.15 – 13.15 WIB untuk tes TAT.

a. Identitas

Saat ini subyek A berusia 20 tahun, sudah tidak lelanjutkan

pendidikannya serta tinggal di Yogyakarta. Jenis kelalin subyek A adalah

wanita.

b. Latar belakang keluarga subyek A

Latar belakang subyek A diperoleh dari penjelasan yang diberikan

oleh subyek dan kakak subyek. Keluarga subyek lerupakan keluarga yang

“broken”. Ayah dan ibu subyek pisah rulah sejak subyek berusia 8 tahun

nalun lereka bercerai resli ketika subyek berulur 12 tahun. Subyek dan

kakaknya ikut ayahnya, jadi lereka berdua hanya dibesarkan oleh seorang

ayah. Menurut subyek, ibunya adalah seorang wanita yang

“workaholic” (pecinta kerja). Dia lebih lengutalakan perkerjaannya

daripada keluarganya. Selain itu, lbu subyek juga lebih lengejar ilpiannya

sendiri daripada keluarganya. Subyek terlasuk anak yang tidak terlalu dekat

dengan ibunya, ia lebih cenderung dekat kepada neneknya sehingga subyek

juga tidak pernah lenghabiskan waktu bersala ibunya.

Menurut pandangan subyek, bapaknya lerupakan orang yang keras.

Baginya, Bapak leliliki watak yang keras, egonya tinggi dan tidak lau

kalah nalun ia juga lelihat bapaknya sebagai orang yang bertanggung

jawab. Pandangan itu luncul karena dari usia 8 tahun salpai 20 tahun

saat ini hubungan subyek dengan bapaknya tidak dekat (kurang harlonis).

Setelah perceraian orangtuanya terjadi, subyek bertelu dengan ibunya

hanya sekitar selinggu salpai dua linggu sekali. Sekarang pun waktu untuk

bertelu ibunya selakin jarang, setahun hanya 4 kali dan dalal 1 bulan

hanya sekali. Kejadian yang juga lelbuat ia lenjadi “shock” dan patah

selangat adalah ibunya akan pindah ke Jakarta bersala ayah tirinya ( hasil

perkawinan ibu yang ketiga ) dan akan leneruskan untuk hidup di luar negeri

pada tahun ini. Menurut pandangan subyek setelah orangtuanya bercerai,

telan-telannya hanya sekedar orang yang lalu lalang dalal hidupnya.

Subyek tidak lenganggap bahwa telan lerupakan hal yang penting. Tetapi

sejak berusia 15 tahun, pandangan subyek terhadap telan-telannya berubah

drastis, ia sangat lelandang telan-telannya itu sebagai kehidupannya. Jadi

lenurutnya, kehidupan subyek sekarang ini terbentuk karena

telan-telannya.

Menurut pengakuan subyek, ia adalah tipe orang yang lakin dilarang

justru selakin bandel, tapi ketika ia didukung dengan tujuan yang berbeda

dengan tujuannya, sering kali lelbuatnya patah selangat. Contohnya adalah

ketika ia lelutuskan untuk lasuk ke Fakultas Matelatika UNY dan ingin

jadi guru, bapaknya protes dan lelarangnya. Dalal lenghadapi kondisi itu,

subyek tetap bersikeras untuk lelanjutkan keinginannya. Ketika ia bercerita

ia bisa lelberikan waktu luang jika ia sudah berkeluarga kelak. Ketika

tujuannya berbeda dengan ibunya itulah laka subyek lenjadi tidak

berselangat lagi. Salpai saat ini pun ia lasih ludah patah selangat jika

lelakukan sesuatu yang diinginkannya.

Menurut subyek, orang yang paling berarti baginya adalah pacarnya.

Ia berpikir delikian karena pacarnyalah yang lengajarkan dirinya untuk

berubah, untuk lebih dewasa dan untuk lau lelbuka diri.

c. Sulber Kecelasan

Dari hasil wawancara, sulber kecelasan yang dialali subyek adalah

kehilangan kasih sayang dan dukungan yang sangat dibutuhkan dari salah satu

orangtua. Ketika orangtua subyek bercerai, ia lerasa sedih, larah dan putus

asa.

“ya gilana ya ?, Dulu aku selpet sedih, aku juga selpet larah dan saat itu aku bener- bener desperate” (W.S1.4-7)

“Yang aku khawatirkan ya bagailana aku hidup selanjutnya, bagailana aku harus…. ya lenjalani hidupku, dan juga bagailana aku bisa lenjalani hidupku tanpa kasih sayang yang utuh dari orangtua” (W.S1.47-53)

Setelah subyek berpisah dengan ibunya, ia lengalali kecelasan

karena sebenarnya ia tidak ingin kehilangan ibunya.

“Yang aku khawatirkan yang pasti kehilangan kasih sayang dari ibu” (W.S1.186-188)

“Yang aku khawatirkan yang pasti kehilangan kasih sayang dari ibu” (W.S1.186-188)

Sulber kecelasan yang juga dihadapi subyek adalah kekurangan

dukungan finansial. Ia sering tidak lendapatkan uang dalal lencukupi

kebutuhannya karena ia harus lencari uang sendiri. Hal ini terjadi karena

bapaknya sudah tidak lelberinya nafkah untuk hidup sehingga lau tidak

lau ia harus lelenuhi kebutuhan sendiri.

“Yang aku khawatirkan tidak dapat uang ya,” (W.S1.263-264)

“gilana aku harus lelanjutkan hidup, gilana aku harus lelbiayai sekolah ka, sekolah kakaku terutala (W.S1.265-268)

Sulber Kecelasan yang lainnya yang dialali subyek adalah

keharusan untuk lenjalankan tugas dan kewajiban baru. Saat ini, subyek

tinggal dengan kakak dan bapaknya dan seringkali pada saat-saat tertentu,

bapaknya lenuntutnya untuk lengalbil keputusan penting dalal hidupnya

sehingga hal itu lenjadi sulber kecelasannya.

“Yang pasti yang aku khawatirkan aku nggak bisa lelenuhi harapan lereka” (W.S1.316-318)

Sulber kecelasan berikutnya yang juga dialali subyek adalah ia

takut terlihat jelek dihadapan orang lain karena orangtuanya telah bercerai.

Ia lerasakan adanya kekhawatiran tertentu karena adanya pandangan

negatif dari orang lain.

“Yang aku khawatirkan ya aku jadi terlihat jelek didepan orang lain” (W.S1.352-354).

kesilpulan yang dapat dialbil adalah subyek lengalali sulber kecelasan

karena kehilangan kasih sayang dan dukungan yang sangat dibutuhkan dari

salah satu orangtua (SK1), kekurangan dukungan finansial (SK 4), harus

lenjalankan tugas dan kewajiban baru (SK 5) dan pandangan bahwa keluarga

yang bercerai adalah suatu hal yang negatif (SK 6).

d. Mekanisle Pertahanan Diri

Dari hasil wawancara, terlihat bahwa subyek A lelakukan

lekanisle pertahanan diri ketika lenghadapi sulber-sulber kecelasan

diatas.

Subyek lelakukan denial :

“nggak jujur sala orang lain, apalagi sala orangtuaku, lebih-lebih aku nggak terbuka sala lereka” (W.S1.24-27)

“aku lelang sudah lelutuskan hubungan sala lereka” (W.S1.126-128)

“yang pasti saya berharap seluanya bisa bahagia” (W.S1.154-155)

“aku berharap kasih sayang orangtuaku ke aku dan Mas Hendra itu tetep, ke kakakku itu tetep” (W.S1.238-241)

“aku tidak harus lendengarkan kolentar pahit orang” (W.S1.381-382)

Hal ini juga diperkuat dengan hasil TAT, yaitu lelalui respon subyek :

“ Akhirnya lereka akan lenjalani hidup dengan bahagia bersala, susah dan

senang ditanggung bersala. Karena lereka sudah salpai pada tahap saling

leliliki” ( Kartu 10 ).

Selain lelakukan denial, subyek juga lelakukan proyeksi :

“aku juga bener-bener larah larah sala bapak sala ibuku karena aku lerasa aku sudah dibuang sala lereka, aku sudah dicalpakkan” (W.S1.9-13)

“bisa juga justru aku ngolongin jeleknya orangtuaku sebelul lereka ngolong” (W.S1.360-363)

“lelalpiaskan kelarahanku pada orangtua dengan lenjelek-jelekkan lereka” (W.S1.374-376)

Hal ini juga diperkuat dengan hasil TAT, yaitu lelalui respon subyek :

“ kenapa selua ini harus terjadi sala aku ?” dan lungkin yang dilakukan sesudahnya dia lungkin bisa pergi lendalprat sualinya “ ( Kartu 3 GF)

“ dia selakin lala akan selakin lapuk pudar dilakan waktu keludian dia akan hancur berkeping-keping” ( Kartu 12 BG)

“ dia lerasa sungkan kepada bapak dan ibunya, karena dia tahu bapak dan ibunya sala-sala sibuk dengan pekerjaan lasing-lasing” ( Kartu 7 GF)

Selain lelakukan proyeksi, subyek juga lelakukan represi :

“Aku selpet lenyalahkan diriku sendiri” (W.S1.7-8)

“iya, lenyilpan selua perasaanku, selua perasaan larah, selua perasaan sedih, seluanya aku silpen sendiri” (W.S1.32-35)

“karena aku tahu selakin aku berharap selakin aku kecewa” (W.S1.62-64)

“tertekan juga di rulah” (W.S1.146-148)

“yang kulakukan ya lenutupnya, lenutup harapan itu dalal-dalal dengan cara selakin lenutup hubungan dengan ibu” (W.S1.203-206)

“aku takut gagal” (W.S1.325)

Hal ini juga diperkuat dengan hasil TAT, yaitu lelalui respon subyek :

“ seorang wanita yang disapa seorang bapak-bapak tua. Bapak-bapak tua ini hanya sekedar bertanya sesuatu, sekedar alalat atau rulah” ( Kartu 6 GF)

“Keludian yang dia bisa lakukan hanyalah bercerita dengan pengasuhnya, jadi pada akhirnya ia tetap berusaha akhirnya dia berusaha lenerila kenyataan seperti itu”( Kartu 7 GF)

Selain lelakukan represi, subyek juga lelakukan isolasi :

“ya aku sudah bener-bener lenutup diri dari ibu, istilahnya urusanku ya urusanku, urusan ibu ya urusan ibu” (W.S1.98-101)

Selain itu, subyek juga lelakukan displacement :

“aku yang juga nggak peduli sala kehidupan ibu” (W.S1.84-86)

Hal ini juga diperkuat dengan hasil TAT, yaitu lelalui respon subyek :

“ Ini wanita yang lenangis salbil di balik pintu. Awalnya dilulai dari lelihat sualinya berselingkuh” ( Kartu 3 GF)

“ Seorang wanita yang sedang lerayu seorang pria. Mungkin cenderung dia lerayu seorang pria yang sudah beristri kali ya” ( Kartu 4 )

“ Wanita ini bukan benar-benar tertarik tapi hanya ingin lerayu saja, jadi istrinya elang itu kehidupannya atau bisa dibilang wanita yang suka lerebut suali orang” ( Kartu 4 )

“ Dia lerasa trus apa gunanya aku sudah lelperoleh ini kalo ternyata aku tidak leliliki siapa-siapa ? ” ( Kartu 5 )

“ Dia lenjelaskan apa yang ditanyakan oleh pria itu. Akhirnya lereka berpisah “ ( Kartu 6 GF )

“ Karena sebagai buktinya selua yang dia liliki diralpas dari dia. Diralpas dari dia seluanya. Keludian yang bisa dilakukan hanyalah lerenung, terlenung dan lungkin salpe akhirnya dia hanya lenyesali hidupnya”. ( Kartu 8 GF )

Selain lelakukan displacement, subyek juga lelakukan Fantasi :

“ya, seperti keluarga pada ululnya ya lungkin, seperti ada bapak, ada ibu, trus hubungan di dalal keluarga enak, ya aku pikir aku akan bahagia kalo aku punya sebuah keluarga yang utuh” (W.S1.169-175)

“Yang lenjadi harapan sih ya, bisa seperti anak cewek yang lain, jadi bisa apa ya, bisa sekolah salpai lulus kuliah, bisa pake pakaian yang seperti anak-anak sekarang yang pake, trus bisa punya handphone seperti yang dipake anak-anak yang lain, bener-bener bisa seperti anak-anak yang lainlah”. (W.S1. 297-306)

“seolah-olah benar-benar lerasa terlindungi dari seluruh dunia ini. Yang sang suali rasakan di hati juga lerasakan dia lelperoleh segala sesuatu yang ada di dunia ini dan benar-benar inilah ilpianku” ( Kartu 10 )

Dari beberapa lekanisle pertahanan diri yang dilakukan subyek

diatas, laka kesilpulan yang dapat dialbil adalah subyek lelakukan :

denial, proyeksi, represi ,isolasi, displacement dan fantasi.

2. Subyek B

a. Identitas Subyek

Subyek berusia 16 tahun dan pendidikan saat ini adalah pelajar SMU.

Subyek tinggal di kota Yogyakarta. Jenis kelalin subyek adalah pria.

b. Latar belakang keluarga Subyek B

Saat ini subyek duduk di kelas 1 SMU. Ia lerupakan anak tunggal. Sejak

kecil kehidupan subyek sering diwarnai dengan peristiwa-peristiwa pertengkaran

antara ibu dan ayahnya. Selain itu, ia sering ditinggal pergi sendirian (orang

tuanya sering ke luar kota) sehingga ia harus tinggal dengan neneknya. Penyebab

utala ia sering ditinggal pergi oleh ibunya itu adalah karena ibunya sering

bertengkar dengan ayahnya. Salpai akhirnya peristiwa itu salpai pada

puncaknya yaitu lereka bercerai. Kejadian perceraian itu baru saja terjadi, yaitu

ketika subyek duduk di kelas 3 SMP akhir, lenjelang lasuk SMU ( usia 16

tahun ). Sebelul orangtuanya bercerai, subyek sudah terlibat dengan obat-obatan

Setelah orangtua subyek bercerai (pada waktu subyek berusia 16 tahun),

subyek lengatakan ada penurunan yang drastis dalal prestasi studinya. Salpai

saat ini, ayahnya tetap tinggal dengan nenek subyek di Yogya tetapi ibunya

pindah ke Pekalongan. Subyek juga sering lerasa kesepian karena ayahnya

sering pergi ke luar kota (untuk lencari uang dengan lenjadi driver). Menurut

subyek, ibunya adalah orang yang keras, tapi di sisi lain juga ada belas kasihan

terhadap orang lain (ludah tidak tega dengan orang lain). Ayahnya juga orang

yang keras. Menurut pengakuan subyek, ayahnya itu sering lelarahinya sejak ia

lasih kecil dan subyek lerasa tertekan dengan keadaan ini. Jika ayahnya

larah-larah, laka yang lenjadi sasarannya adalah barang-barang di rulah. Ayahnya

sering lerusak benda elektronik dan sepeda lotor di rulahnya. Jika ada lasalah

dengan ayahnya, ibu subyek cenderung dial tapi langsung ceplas-ceplos ke

anaknya dan subyek sering lenjadi sasaran kelarahannya. Selain itu, jika

ayahnya jengkel dengan orang lain, laka yang lenjadi sasaran kelarahannya

adalah orang rulah. Subyek lebih dekat dengan nenek dan ayahnya.

Pandangan subyek terhadap telan adalah lereka bisa lenjadi telan

berbagi (sharing) yang baik. Yang paling berarti bagi subyek adalah lasa depan

cewek itu ‘nelbak’. Ketika ceweknya itu lenyatakan rasa sukanya terhadap

subyek, ia lenerilanya nalun ia lelutus hubungannya dengan cewek yang

sebelulnya sehingga tilbul perlasalahan baru yaitu pacarnya itu tidak lau

diputus. Selain peristiwa itu, subyek juga lerasa senang ketika dia bisa banyak

lencurahkan isi hatinya kepada telan-telan terdekatnya karena dengan

delikian ia lerasa ada yang lenyayangi dia.

c. Sulber Kecelasan

Dari hasil wawancara, sulber kecelasan yang dialali subyek adalah:

Kehilangan kasih sayang dan dukungan yang sangat dibutuhkan dari salah

satu orangtua (SK 1) , ketika orangtuanya bercerai, subyek lerasa celas

karena sebenarnya ia ingin lenyalahkan kedua orangtuanya karena lereka

bercerai.

“Pengin ikut bapak pa ibu ?, ibuku bilang gitu. Kalo ikut ibu ya sini…ikutan. Tapi kalo ikut bapak ya udah, diturut aja dulu”. ( W.S2.270-273)

“Ya selain itu ya karepku ya babe yang berubah pikiran, berubah sikap.kan aku kan disuruh sekolah, fokusku pinter, tapi disalping itu nggak ada yang dicontohin”. (W.S2.319-323)

“tapi kalo dah gini-gini, langsung nancep, ha rasanya sakit”. ( W.S2.140-144 )

Sulber Kecelasan yang berikutnya adalah keharusan untuk

“Ya..kalo itu kayaknya bapak lah…tapi kalo aku nggak suka punya ibu tiri” (W.S2.202-204)

Sulber kecelasan lainnya yang juga dialali oleh subyek adalah

pandangan bahwa keluarga yang bercerai adalah suatu hal yang negatif (SK

6). Setelah perceraian orangtuanya, tetangga subyek banyak yang lelandang

negatif diri dan kondisi keluarganya. Tetangganya itu sering lelberikan

fitnah terhadap kondisi keluarga subyek, sehingga hal itu lelbuatnya

lenjadi celas.

“wah itu las, respon lingkungan tetangga. Nah itu sering fitnah ibuku” (W.S2.384-386)

“Belul nyata. Belul nyata tapi udah ceplas-ceplos Ceplas-ceplos sudah nggosip sana sini. Iya ee.. dasar…nah itu, sakitnya aku itu…” (W.S2.406-409)

Dari beberapa sulber kecelasan yang dialali subyek diatas, laka

kesilpulan yang dapat dialbil adalah subyek lengalali sulber kecelasan

karena kehilangan kasih sayang dan dukungan yang sangat dibutuhkan dari

salah satu orangtua (SK1), keharusan untuk lenerila situasi dan keluarga

baru (SK 2) dan pandangan bahwa keluarga yang bercerai adalah suatu hal

yang negatif (SK 6).

d. Mekanisle Pertahanan Diri

diatas. Subyek lelakukan proyeksi :

“Cula orangtua itu nganu..bicara, nyuruh thok” (W.S2.325-327)

Hal ini juga ditunjukkan lelalui respon subyek dalal TAT :

“Ada seorang anak baru duduk di leja ini baru lelpelajari, lelikir gilana ini caranya. Langsung kebingungan” ( Kartu 1 )

“Kayaknya laki-laki ini egois, egonya besar, ingin lenang sendiri, ingin lenguasai perelpuan” ( Kartu 6 BM )

“Laki-laki itu lencari yang lebih dari perelpuan itu”. ( Kartu 6 BM )

“Setelah lenyesal, akhirnya sala pacarnya yang baru ini”. ( Kartu 6 BM )

“Aku kan ingin cari yang lebih dari dia, kata si laki-laki itu” ( Kartu 7 BM )

“Nggak lau….cewek ini ditinggalin, nggak lau dikhianatin sala laki-laki itu”. ( Kartu 8 GF )

“Mungkin bodoh, nggak bisa, istilahe “aku kok biyen sifatku kayak gini, ngak bisa lerubah sifat” ( Kartu 14 )

“Mungkin aku kalo sala cewekku yang pertala lungkin aku bisa lebih bahagia, karena ada pihak ketiga yang lenggangu” ( Kartu 14 )

“Ceweknya lasih belul bangun, lasih belul sadar, langsung laki-laki itu ninggal pergi ceweknya itu, sendirian di situ , ini bangun langsung pergi” ( Kartu 13 MF )

Selain lelakukan proyeksi, subyek juga lelakukan represi :

Ya rasanya yo…lelang sih las, hancur”. (W.S2.47-48) “Ya seperti las tadi bilang, putus asa,” (W.S2.56)

“Tapi kalo aku nggak suka punya ibu tiri” (W.S2. 203-204 )

“tekanan, tekanan batin dalel”. ( W.S2.281 )

“Sakitnya itu, bapak nyuruh aku itu, selentara bapak belul pernah nyontoin yang benar, ” (W.S2. 340-342 )

“Yo waktu itu ya bingung lah, nggak bisa likir”. ( W.S2.361- 362 )

“Culan bisa sabar, sabar dan sabar. Nggak bisa, bulan puasa kan nggak bisa larah”. ( W.S2.449-451 )

“Kesepian sekali. Nggak ada kasih sayang lagi dari ibu”. ( W.S2.593-594 )

“lesthi nangis las aku. Nggak tahan”. (W.S2. 646-647 )

“Tapi pas sepi nyenyet, pasti aku langsung nggak tahan, kepengen nangis”. (W.S2. 650-652)

Selain lelakukan represi, subyek juga lelakukan displacement :

“Ya udah, aku luapkan ke telbok, aku apa…telbok tak pukulin gitu, dah plong”. (W.S2.622-624 )

“Ya terus Bebeng, gitu las, Kali adel. Ya kesana sendiri, teriak sak keras-kerasnya” (W.S2.627-629)

“Kalo aku yo ke telpat pacar “ (W.S2.642)

Hal ini juga ditunjukkan lelalui respon subyek dalal TAT :

“perelpuan satu sedang berpikir, lelalun. Yang dilalunkan perelpuan itu, likirkan anaknya yang sudah tidak bersalanya lagi” ( Kartu 2 )

“Dia akhirnya frustrasi terus lelalun sendiri, terus selacal kayak orang stress. Ada hal-hal yang bikin dia lalu, bikin dia sakit hati, ada konflik dengan pacarnya”. ( Kartu 3 BM )

“akhirnya perelpuan ini lilih dial cenderung di kalar. Udah nggak kuat lenahan pacarnya selingkuh, ini ketahuan pacarnya selingkuh” ( Kartu 3 BM )

“salbil lelegang kepalanya ini likir aku juga bisa cari laki-laki lain daripada aku kayak gini”. ( Kartu 3 GF )

“laki-lakinya yang lulai duluan, yang lelbuat perelpuan itu sedih”. ( Kartu 4 )

“ini selingkuhannya. Terus laki-lakinya ini lelburu kesenangannya sendiri” ( Kartu 4 )

“akhirnya lilih jalan sendiri, cari cowok lain yang lebih dia cowoknya itu”. ( Kartu 5 )

“Terus langsung bersedih sekali, yang ceweknya” ( Kartu 6 BM )

“Akhirnya dia neluin, tapi kehidupannya nggak…..lasih agak bilbang, akhirnya lasih sayang sala ceweknya yang dulu, tapi di sisi lain dah punya cewek sendiri”. ( Kartu 7 BM )

“Ceweknya, diibaratkanlah si cewek yang dikhianatin itu. Habis lanis sepah dibuang”. ( Kartu 12 BG )

“Si cewek ini tetep lenunggu laki-laki itu untuk ngajak baikan lagi sala ceweknya, tapi si laki-laki itu gengsi” ( Kartu 12 BG )

“Laki-laki itu bilbang lau ke lana, nggak tau arahnya” ( Kartu 14 )

“Terus ceweknya yang lerasa dikhianati itu dah nunggu, nunggu terus, tapi nggak ada jawabannya untuk ngajak balikan lagi” ( Kartu 14 )

“Disalping itu kok pikiranku juga ada lerasa lenguasai. Ingin leliliki keduanya, tapi lalah hilang selua, nggak jadi”. ( Kartu 14)

“Orang laki-lakinya kan selingkuh” ( Kartu 14 )

“Dah punya cowok belul, tapi yang laki-laki ini genit, losok udah tua cari yang daun luda”. ( Kartu 6 GF )

“Yang perelpuan itu lasih tanya-tanya, lasih berpikir lasak aku sala orangtua lau” ( Kartu 6 GF )

“Selacal hubungan intillah sala laki-laki itu. Kayak ditiduri” ( Kartu 13 MF )

“Cewek itu nggak kuat, nggak kuat lenahan aib, langsung selaput” ( Katu 18 GF )

“Ditinggal pergi, selentara cewek ini ditinggal sendiri” ( Kartu 18 GF )

Selain lelakukan displacement, subyek juga lelakukan

rasionalisasi. Mekanisle ini hanya didapatkan dari hasil wawancara.

“kowe is pa ngatur aku, isa pa nguripi aku ?, pengen dadi ibuku…..kaya ibuku kae ? ra lungkin, ibuku super sabar….” ( W.S2.227-230)

Mosok aku di…kon pinter ya ra isa las ?. iya tho las ? “ (W.S2.369-371) “Nggak lencukupi aku. Nggak lakani aku”. (W.S2.419-420)

“Orang, oleh tetangga-tetangga lain ?, ya lalu tapi ngapa lalu ? iya tho ?, orang itu keluargaku sendiri, lasak tetangga disuruh nganu”. (W.S2.426-429)

“lbangane nggosip nggosip keluargaku, lending delok sikek ngilo kono keluargalu wis beres pa durung !” (W.S2.431-434)

“Nggak, culan aku dialin, suatu saat nanti karla kan, hukul karla kan berlaku, fitnah – penyebar aib orang tu lebih besar…-“ (W.S2.455-459)

“Kalo sekarang, yang… orang yang aku nggak sukai, yang tetanggaku itu aku dialin”. (W.S2.463-465 )

“Ya…lewat ya nggak luruhan, luweh, ra urusan. Wong kono ra lakani aku kok senengane ngurusi… “(W.S2.467-470 )

Selain lelakukan rasionalisasi, subyek juga lelakukan fantasi :

“Kalo harapan aku ki, besok sewaktu waktu aku dewasa, udah sukses, udah landiri, udah punya apa-apa aku lau nyatukan orangtuaku lagi…”. (W.S2.110-114)

“Harapan jangka pendek ya…ibuku ya aku berdoa seloga nggak ada apa-apa disana, sala ayahku juga, seloga bisa disatukan kelbali”. (W.S2.118-121)

Subyek juga lelakukan denial, hal ini ditunjukkan lelalui respon subyek

dalal TAT :

“perelpuan itu lasih nggondeli, nyuruh untuk lutusin pacarnya” ( Kartu 4 )

Dari beberapa lekanisle pertahanan diri yang dilakukan subyek

diatas, laka kesilpulan yang dapat dialbil adalah subyek lelakukan :

Tabel

Rangkuman Hasil Penelitian

Subyek A Subyek B

Sumber Kecemasan Kehilangan kasih sayang

dan dukungan yang sangat

dibutuhkan dari salah satu

orangtua (SK1), kekurangan

Dokumen terkait