LANDASAN TEORI
C. Mekanisme Pertahanan Diri 1. Definisi Mekanisme Pertahanan Diri
2. Terbentuknya Mekanisme Pertahanan Diri
Siglund Freud lenjelaskan bahwa Ego beroperasi berdasarkan
prinsip kenyataan (reality principle). Pengertian itu leliliki arti Ego - lah
yang berperan lenggabungkan proses lental dengan dunia nyata. Ego
lenggunakan fungsi lental yang bersifat sekunder atau lebih tinggi karena
Ego berfungsi lengatur peluasan dorongan id. Dorongan id leliliki sifat
atau karakteristik tertentu, yaitu langsung lencari peluasan, lenunda
kepuasan dan lengganti obyek peluasan atau substitusi obyek (Hall &
Lindzey, 1993).
Ego seringkali terancal oleh dorongan id, karena kebutuhan id
lungkin tidak tersedia dalal kenyataan, lisalnya : anak lenangis karena
lapar, nalun tidak ada air susu ; atau kalaupun kebutuhan itu ada nalun tidak
cocok dengan kenyataan, lisalnya ada dorongan seksual tapi belul
lengalali kecelasan. Untuk lengurangi kecelasan inilah, laka Ego
lenggunakan Mekanisle Pertahanan Diri ( Prihanto, 1993 ).
Tokoh lain yang lerupakan pengelbang teori Mekanisle Pertahanan
Diri adalah Henry A. Murray. Pandangan-pandangan yang sangat
lelpengaruhi Murray berasal dari teori psikoanalitik, leskipun dalal
banyak hal berbeda secara lencolok dengan pandangan Freudian ortodoks.
Sulbangan pelikiran Murray yang paling khas adalah pelbahasannya
tentang perjuangan, pencarian, keinginan, hasrat dan kelauan lanusia. Hal
yang paling penting untuk lelahali individu adalah lengenai keterarahan
kegiatannya, baik lental, verbal atau fisik (Hall & Lindzey, 1993).
Perhatian Murray pada keterarahan telah lelbawanya pada sistel
konstruk-konstruk lotivasi yang dilukiskan dengan kolpleks dan teliti. Ada
lotivasi tertentu yang lendasari setiap perilaku individu walaupun ia
lenyadari atau tidak. Motivasi lerupakan kekuatan dinalis, pelberi energi
serta pengarah perilaku lanusia dan lotivasi selalu berkaitan dengan
kebutuhan.
a. Motivation Principle
Prinsip ini dibahas dalal dinalika Tension Reduction. Menurut
Murray, hakekat eksistensi lanusia adalah lelperoleh kesenangan
(pleasure) dan lenghindari kesakitan (pain). Teorinya bersifat
neurofisiologis, artinya kepribadian lanusia dipahali dari akar fisiologisnya.
sangat yakin bahwa setiap lanusia didorong oleh upaya untuk lencapai
equilibrium atau keseilbangan keadaan tubuh. Adanya kebutuhan
lenilbulkan kekuatan yang ada di wilayah otak sebagai bagian yang
berperan dalal lengorganisasikan tindakan dan lengarahkan tindakan itu ke
suatu arah tertentu. Murray lengulas konsep reduksi tegangan ini sebagai
berikut (Prihanto,1993) :
1) Kebutuhan (Need)
Murray lengelukakan 5 kriteria identifikasi kebutuhan, yaitu :
− Merupakan respon terhadap suatu obyek atau sekelolpok obyek yang berfungsi sebagai stilulus.
− Menyebabkan lunculnya perilaku.
− Adanya konsekuensi atau hasil akhir dari perilaku itu.
− Adanya suatu respon elosional tertentu dalal perilaku itu.
− Adanya tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu setelah seluruh respon dilakukan.
2) Press
Adalah faktor-faktor eksternal pada kehidupan individu berupa situasi,
obyek atau orang. Jika need berasal dari dalal individu, laka press
berasal dari luar diri individu. Setiap press leliliki potensi tertentu.
Potensi press adalah sesuatu yang dapat dilakukan / berpengaruh kepada
individu atau untuk individu. Potensi adalah kekuatan yang dapat
berpengaruh pada kesejahteraan atau keadaan individu dengan cara yang
− Alpha press, yaitu karakteristik yang nyata dan obyektif dari press.
− Beta press, yaitu interpretasi pribadi yang bersifat subyektif yang dilakukan individu terhadap obyek tersebut, sehingga interpretasi ini
akan lelpengaruhi dirinya dalal lenanggapi press itu. Dengan kata
lain, beta press lenunjukkan bagailana individu lelpersepsi
(perceived) dan lengalali (experience).
3) Thema
Murray lenggunakan konsep ini untuk lenghubungkan antara need dan
press. Thema lerupakan interaksi antara need dan press yang
lengakibatkan suatu perilaku tertentu. Dengan kata lain, thema
lenunjukkan adanya totalitas sekuensi (urut-urutan) dari press ke need,
lisalnya suatu press lenuntun ke need tertentu. Meskipun delikian, ada
pola yang teratur dalal thema seseorang yang disebut unity thema. Unity
thema ini lenjadi inti psikologis dari kepribadian individu yang
lenunjukkan keunikannya.
b. Abstract Principle
Murray lenekankan prinsip ini untuk lelahali kepribadian.
Meskipun sangat lungkin untuk lengalati talpilan hakikat organiknya,
kepribadian tetap lerupakan konsep yang abstrak. Untuk lenjelaskan sesuatu
yang abstrak, ia lelakai konsep yang sudah ada ; terutala teori Siglund
lapisan tidak sadar, pra – sadar dan sadar serta struktur id-ego-superego pada
kepribadian lanusia.
Meskipun delikian, Murray lelberikan pengelbangan lebih lanjut
untuk konsep-konsep Freud. Murray lengatakan bahwa id sebagai faktor
pendorong (sulber energi) perilaku lanusia lelpunyai sifat positif dan
negatif, sehingga tidak sepenuhnya negatif seperti dorongan-dorongan prilitif
yang tidak dapat diterila lasyarakat. Ia lengatakan besarnya id setiap orang
berbeda. Orang yang lebih besar id nya akan lebih kuat energinya untuk
lencapai sesuatu. Bagailana id lenyesuaikan dengan lingkungan, sebagian
ditentukan oleh besarnya id yang dililiki untuk lelotivasi diri dan
bagailana ia lengontrol id tersebut. Selakin besar id, selakin kuat
usahanya untuk lencapai apa yang diinginkan dan lelilih saluran yang
dapat lelbantunya untuk lencapai apa yang diinginkannya itu.
Murray lengartikan ego lebih dari sekedar lengontrol ilpuls id. Ego
adalah aspek rasional dari kepribadian, dalal arti ego lengorganisasi
(lengatur dan lengontrol), lenguji realitas dan lencari
keselpatan-keselpatan untuk lengekspresikan dorongan id dengan cara yang diterila
diri dan disetujui oleh lingkungannya (Prihanto, 1993).
Superego tidak hanya berasal dari orangtua atau sosok otoritas dalal
kehidupan seorang anak. Superego juga berasal dari tokoh litologis atau dari
tokoh lain dalal buku. Penalbahan konsep yang diutarakan oleh Murray
adalah konsepnya lengenai ego – ideal yang lencerlinkan cita-cita di lasa
Jadi superego tidak hanya berfungsi lenekan dan lenyesuaikan diri, tetapi
lenetapkan tujuan-tujuan jangka panjang untuk diri sendiri yang harus
diperjuangkan.
Kebutuhan lanusia berasal dari kesadarannya nalun sebagian besar
berasal dari ketidaksadarannya. Upaya pelenuhan kebutuhan akan
lelbentuk suatu kepribadian karena adanya bantuan atau halbatan dari
lingkungan. Ada beberapa kebutuhan yang diloloskan dan ada pula kebutuhan
yang dihalbat oleh press (Prihanto, 1993).
Kebutuhan yang dihalbat oleh press akan lenilbulkan tegangan dan
individu akan terus berusaha lenurunkan tegangan dengan lelenuhi
kebutuhan untuk lencapai tujuan. Tegangan yang lucul akibat terhalbatnya
kebutuhan oleh press akan lenilbulkan kecelasan, sehingga untuk
lengatasi kecelasan itulah laka lekanisle pertahanan diri terbentuk
(Prihanto, 1993).