• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Model Rasio Pembagunan (MRP)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Model Rasio Pembagunan (MRP)

Model rasio pertumbuhan dibagi ke dalam dua rasio yakni rasio pertumbuhan wilayah referensi (provinsi = RPr) dan rasio pertumbuhan wilayah studi (kabupaten = RPs). RPr merupakan perbandingan antara pertumbuhan output (jumlah populasi /komoditas) di wilayah referensi dibandingkan dengan pertumbuhan output (populasi) di wilayah referensi.

RPr dengan nilai lebih dari 1 dapat dikatakan (+), menunjukkan bahwa populasi ternak tertentu di wilayah referensi (provinsi) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan populasinya di wilayah penelitian (kabupaten). Sebaliknya jika nilai PRt <1 maka PRr bernilai (-) yang berarti populasi ternak tertentu di wilayah referensi (provinsi) lebih rendah dibandingkan di wilayah penelitian.

5.3.1. Hasil Analisis MRP Sapi

Berdasarkan data pada Tabel 5.12. diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi beternak sapi yang potensial pada tingkat wilayah studi dengan 4 klasifikasi sbb:

a) Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs juga (+) menunjukkan populasi sapi Bali bertumbuh baik di wilayah referensi (provinsi) dan di wilayah studi. Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Dompu dan Kabupaten Bima.

Tabel 5.10. Nilai RPr dan RPs Sapi di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram 2.83 + 2.42 + Lombok Barat 1.25 + 0.67 -Lombok Utara 1.04 + 1.05 + Lombok Tengah 1.39 + 2.13 + Lombok Timur 16.50 + 0.37 -Sumbawa Barat 1.44 + 2.20 + Sumbawa -8.45 - 0.23 -Dompu 1.13 + 1.41 + Bima 1.88 + 2.47 + Kota Bima 0.39 - -0.29 -NTB 1.70 + 1.00 +

b) Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi sapi menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi. Lombok Barat dan Lombok Timur masuk ke dalam klasifikasi ini.

c) Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya sapi mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tumbuh baik di wilayah studi (kabupaten). Penelitian ini tidak menemukan adanya wilayah NTB dengan klasifikasi seperti ini.

d) Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna sapi tidak memiliki pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima termasuk ke dalam klasifikasi IV.

5.3.2. Hasil Analisis MRP Kerbau

Data pada Tabel 5.11. mendeskripsi kegiatan ekonomi ternak kerbau yang perkembangan dan pertumbuhan populasinya terurai dalam paparan berikut:

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kerbau lebih baik pertumbuhan populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi). Tidak ada kabupaten/kota di NTB yang masuk ke dalam klasifikasi I.

Tabel 5.11. Nilai RPr dan RPs Kerbau di NTB tahun 2009-2013

Kabupaten/kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram -2.41 - 1.20 + Lombok Barat -3.61 - 1.11 + Lombok Utara -2.07 - 1.21 + Lombok Tengah -1.20 - 1.07 + Lombok Timur -81.93 - 1.05 + Sumbawa Barat -1.11 - 0.98 -Sumbawa 50.76 + 0.82 -Dompu -1.44 - 1.03 + Bima -1.28 - 0.97 -Kota Bima 1.94 + 0.82 -NTB -2.94 - 1.0 +

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi kerbau menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masuk ke dalam kriteria sebagaimana tercantum dalam klasifikasi II.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya kerbau mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh baik di wilayah studi (kabupaten). Klasifikasi wilayah seperti ini terjadi di Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, KLU dan Dompu. d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna sapi tidak memiliki

pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima termasuk ke dalam klasifikasi ini.

5.3.3. Hasil Analisis MRP Kuda

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kuda lebih baik pertumbuhan populasinya di wilayah referensi (provinsi) maupun di wilayah studi. Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masuk dalam klasifikasi ini.

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi (kabupaten). Tidak ada kabupaten/kota di Provinsi NTB yang masuk ke dalam klasifikasi III.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya ternak kuda mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh baik di wilayah studi (kabupaten). Kabupaten-kota di NTB yang masuk ke dalam klasifikasi III adalah Mataram, Lombok Utara, Lombok Timur dan Kabupaten Bima.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna kuda tidak memiliki pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kabupaten Lombok Barat, Sumbawa Barat, Lombok Tengah dan Dompu termasuk ke dalam klasifikasi IV.

Tabel 5.12. Nilai RPr dan RPs Kuda di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram -1.01 - 1.70 + Lombok Barat -0.58 - 0.61 -Lombok Utara -1.04 - 2.06 + Lombok Tengah 0.00 - 0.01 -Lombok Timur -65.97 - 2.88 + Sumbawa Barat 0.16 - 0.49 -Sumbawa 22.21 + 22.21 + Dompu 0.57 - 1.40 -Bima -0.61 - 1.57 + Kota Bima 2.62 + 3.76 +

5.3.4. Hasil Analisis MRP Kambing

perkembangan pertumbuhan potensinya terurai dalam klasifikasi berikut:

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan komoditas kambing lebih baik pertumbuhan populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi). Mataram, Lombok Tengah, KLU, Sumbawa Barat dan Dompu masuk dalam klasifikasi ini.

Tabel 5.13. Nilai RPr dan RPs Kambing di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota RPr Nominal RPs Nominal

Mataram 4.45 + 2.42 + Lombok Barat 1.83 + 0.67 -Lombok Utara 1.07 + 1.05 + Lombok Tengah 1.25 + 2.13 + Lombok Timur 3.55 + 0.37 -Sumbawa Barat 1.36 + 2.20 + Sumbawa 15.89 + 0.23 -Dompu 1.04 + 1.41 + Bima 1.68 - 2.47 + Kota Bima 0.45 - -0.29 -Total 1.53 + 1.0 +

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi. Kabupaten Sumbawa, Lombok Barat dan Lombok Timur masuk ke dalam klasifikasi II.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya kambing mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh baik di wilayah studi (kabupaten). Daerah yang masuk ke dalam klasifikasi ini adalah Kabupaten Bima.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna kambing tidak memiliki pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kota Bima berada dalam klasifikasi ini.

5.3.5. Hasil Analisis MRP Domba

domba yang potensial pada tingkat wilayah studi dengan klasifikasi sbb:

a. Klasifikasi I yakni RPr (+), RPs (+) menunjukkan domba lebih baik pertumbuhan populasinya di wilayah studi dan di wilayah referensi (provinsi). Klasifikasi ini tidak terisi kabupaten kota manapun di NTB.

b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi domba menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi. Hanya Kota Bima yang masuk ke dalam klasifikasi ini.

c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya domba mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi (provinsi) namun bertumbuh baik di wilayah studi (kabupaten). Tidak ada kabupaten-kota di NTB yang tercatat dalam klasifikasi ini.

d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), bermakna domba tidak memiliki pertumbuhan baik di wilayah referensi maupun wilayah studi. Kecuali Kota Bima, sembilan daerah NTB lainnya masuk ke dalam kriteria ini.

Tabel 5.14. Nilai RPr dan RPs Domba di NTB antara tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota Riel Nominal Riel Nominal

Mataram -72.16 - -2.07 -Lombok Barat -5.28 - 1.93 -Lombok Utara -2.15 - 2.09 -Lombok Tengah -1.08 - 1.84 -Lombok Timur -17.62 - 1.82 -Sumbawa Barat -1.05 - 1.69 -Sumbawa -95.40 - 1.41 -Dompu -1.32 - 1.78 -Bima -1.14 - 1.68 -Kota Bima 2.19 + 1.42 -Total -2.65 - 1.00 +

Dokumen terkait