• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. POTENSI PETERNAKAN NTB

2.5. Populasi dan Komoditas Ternak Di NTB

Komoditas peternakan di NTB dapat dikelompokkan menjadi hewan besar, hewan kecil dan unggas. Hewan besar terdiri dari kuda, sapi dan kerbau, hewan kecil meliputi kambing, domba dan babi. Unggas terdiri dari ayam buras (bukan rasa atau ayam kampung), ayam ras dan itik. Data Statistik NTB dalam Angka 2013 menunjukkan populasi hewan besar yaitu kuda sebanyak 75.293 ekor, sapi 1.002.731 ekor dan kerbau 138.393 ekor dan populasi hewan kecil yaitu kambing 584.149 ekor, domba sebesar 31.160 ekor dan babi sebesar 55.615 ekor (Tabel 4.1). Untuk unggas ayam buras sebesar 5.486.144 ekor, ayam ras 5.221.478 ekor dan itik 1.088.350 ekor.

Tabel 4.1. Populasi ternak selama lima tahun terakhir di NTB

Jenis ternak 2009 2010 2011 2012 2013 R Kuda 77,837 76,622 72,909 77,520 75,293 -0.74 Sapi 592,875 695,951 784,019 916,560 1,002,731 14.09 Kerbau 155,307 155,904 141,511 144,261 138,393 -2.74 Kambing 439,989 490,830 579,250 627,282 584,149 7.75 Domba 25,878 29,539 37,500 37,875 31,160 6.09 Babi 49,316 54,066 48,051 62,766 55,615 4.43 Ayamburas 4,335,130 4,493,288 4,358,440 5,014,749 5,486,144 6.28 Ayam Ras 1,894,146 3,209,632 3,428,656 3,846,085 5,221,478 31.05 Itik 520,221 568,122 605,362 831,010 1,088,350 21.00 Keterangan: r = pertumbuhan rata-rata per tahun

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Peningkatan perkembangan populasi yang sangat cepat terjadi pada unggas di NTB. Peningkatan populasi yang tertinggi selam lima tahun berturut turut yaitu ayam ras, diikuti ayam buras dan itik. Peningkatan populasi pada hewan besar terlihat pada sapi dan pada hewan kecil pada kambing, walaupun terjadi penurunan pada tahun terakhir. Pada tahun 2013 jumlah ruminansia besar di NTB, yaitu sapi sebesar 1.002.731 ekor, jumlah kerbau 138.393 ekor, jumlah kuda sebesar 75.293 ekor. Jumlah ternak kecil seperti kambing sebesar 584.149 ekor, domba 31.160 ekor, babi

55.615 ekor. Berikutnya jumlah unggas di NTB tahun 2013 yang terdiri dari ayam buras 5.486.144, ayam ras petelur (layer) 201.127 ekor, ayam broiler berjumlah 5.020.351ekor dan itik sebesar 1.088.350 ekor.

Tabel 4.1 menunjukkan semua jenis ternak mengalami perkembangan positif, kecuali kuda dan kerbau. Ternak yang perkembangan populasinya cukup tinggi lima tahun terakhir (2009-2013) adalah ayam ras 31,05%, itik 21%, ayam buras 6,28%, sapi 14,09% dan kambing 7,75%. Populasi ternak yang relatif kecil pertumbuhannya adalah domba 6,09% dan babi 4,43%. Populasi kuda menurun 0,74% dan kerbau 2,74%.

Pertumbuhan populasi kerbau dan kuda menurun tidak terlepas dari adanya program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang dimulai tahun 2009. Oleh karena sebagian besar sumberdaya dikonsentrasikan pada pengembangan sapi maka ternak kerbau dan kuda kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu kedua jenis ternak ini, ke depan juga perlu mendapat perhatian, minimal guna menjaga kestabilan populasinya. Pulau Sumbawa memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan kerbau sehingga Kabupaten Sumbawa ditetapkan sebagai salah satu lokasi pengembangan ternak kerbau nasional. Untuk kambing, diarahkan pada peningkatan produktivitas dalam rangka meningkatkan produksi daging dan susu. Kuda lebih diarahkan pada peningkatan produktivitas baik sebagai ternak kerja, ternak perah, maupun ternak potong, bukan peningkatan populasinya.

Ayam buras perlu diperhatikan perkembangannya, karena selain ayam buras sebagai sumber produksi telur juga merupakan bahan baku restoran ayam Taliwang yang merupakan makanan khas di Pulau Lombok. Disisi lain, ayam buras merupakan ternak peliharaan rumah tangga pedesaan sebagai pendukung ketahanan ekonomi rumah tangga, karena mudah pemeliharaannya, mudah diuangkan, dan dapat dikatakan tanpa biaya produksi. Itik juga perlu mendapat perhatian karena itik adalah sumber produksi telur sebagai bahan baku industri telur asin. Sebagaimana diketahui telur asin merupakan makanan khas sebagai cinderamata/oleh-oleh baik bagi wisatawan domestik yang berkunjung ke Lombok maupun bagi warga NTB yang berkunjung ke sanak keluarga ke luar daerah. Dengan kata lain peternakan itik dan juga ayam buras sangat penting peranannya dalam mendukung pariwisata di NTB. Kondisi di lapangan

menunjukkan bahwa ketersediaan telur itik untuk bahan baku telur asin semakin berkurang. Demikian pula ketersediaan ayam buras sebagai bahan baku restoran “Ayam Taliwang” dirasakan semakin berkurang. Hal ini karena kurangnya program pengembangan perunggasan, khususnya itik dan ayam buras, pada Dinas/Instansi terkait baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Populasi sapi meningkat cukup besar setiap tahun sejak tahun 2008. Peningkatan populasi sapi sesuai dengan tujuan program BSS-NTB untuk mencapai populasi lebih dari satu juta ekor pada tahun 2013. Pertumbuhan populasi ternak kerbau dan kuda nampak datar cenderung menurun yang menunjukkan bahwa populasi ternak tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Ternak kerbau perlu mendapat perhatian karena selain dapat mensubstitusi ternak sapi, ternak kerbau merupakan ternak khas Kabupaten Sumbawa yang telah menjadi aset nasional.

Perkembangan populasi ternak sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara populasi ternak jantan dan betina. Untuk menghasilkan populasi yang maksimal, harus diupayakan agar perbandingan jumlah pejantan dan betina induk optimal. Sebagai contoh, apabila program pengembangan sapi dilakukan dengan sistem perkawinan alam, maka perbandingan antara jumlah induk dan jumlah pejantan sebaiknya sekitar 20:1. Populasi sapi, kerbau, kambing, dan domba yang berjenis kelamin betina mencapai antara 64-76%. Hal ini cukup kondusif untuk perkembangan populasi ternak tersebut. Dengan semakin banyak ternak betina diharapkan jumlah anak-beranaknya akan semakin banyak sehingga secara langsung akan meningkatkan populasi.

Tabel 4.2. Populasi ternak menurut jenis kelamin tahun 2013

Jenis Ternak Jantan Betina Jantan & Betina

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor)

Sapi 331.061 36,12 585.499 63,88 916.560 Kerbau 50.448 34,97 93.813 65,03 144.261 Kuda 35.907 46,32 41.613 53,68 77.520 Kambing 212.272 33,84 415.010 66,16 627.282 Domba 9.196 24,28 28.679 75,72 37.875 Babi 31.320 49,90 31.446 50,10 62.766

Selain jenis kelamin, struktur umur juga menentukan perkembangan populasi ternak. Populasi ternak di NTB menurut struktur umur tertera pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Populasi ternak menurut struktur umur di NTB tahun 2013

Jenis Ternak Anak Muda Dewasa Jumlah

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) Sapi 230.698 25,17 240.964 26,29 444.990 48,55 916.560 Kerbau 32.834 22,76 35.632 24,7 75.795 52,54 144.261 Kuda 11.868 15,31 13.721 17,7 51.938 67,00 77.520 Kambing 184.484 29,41 170.307 27,15 272.429 43,43 627.282 Domba 8.245 21,77 8.333 22 21.297 56,23 37.875 Babi 27.234 43,39 24.184 38,53 11.348 18,08 62.766 Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Tabel 4.3 menunjukkan ternak dewasa menempati proporsi terbanyak, yaitu sekitar 50%, sedangkan ternak muda dan anak relatif sama, masing-masing sekitar 25%. Khusus pada sapi, ternak dewasa 48,55%; muda 26, 29% dan anak 25,17%. Struktur umur ini cukup ideal untuk perkembangan populasi tahun-tahun mendatang.

Pada Tabel 4.4 disajikan data populasi ternak betina menurut umur. Data ini sangat menentukan perkembangan populasi ternak di masa mendatang.

Tabel 4.4. Populasi ternak betina menurut umur di NTB tahun 2013

Jenis ternak Anak Muda Dewasa Jumlah

(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%) (ekor)

Sapi 119.886 20,47 114.662 19,58 351.042 59,95 585.590 Kerbau 17.441 18,59 19.908 21,22 56.464 60,19 93.813 Kuda 6.163 14,81 7.093 17,05 28.357 68,15 41.613 Kambing 105.509 25,42 103.188 24,86 206.313 49,71 415.010 Domba 4.776 16,65 6.700 23,36 17.203 59,98 28.679 Babi 11.800 37,53 12.126 38,56 7.519 23,91 31.446

Semakin besar proporsi ternak betina dewasa semakin banyak pula jumlah anak yang dihasilkan. Data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kecuali ternak babi, proporsi populasi ternak terbanyak (sekitar 60%) adalah induk, sekitar 20% muda (bibit) dan 20% adalah anak. Proporsi demikian cukup baik untuk perkembangan populasi ke depan, dengan catatan ternak muda yang berkualitas diprioritaskan sebagai ternak bibit pengganti induk atau pengganti pejantan. Oleh karena itu, kebijakan pengendalian pengeluaran ternak betina bibit perlu mendapat perhatian.

Keadaan populasi berdasarkan pulau dan kabupaten/kota sangat diperlukan untuk penyusunan perencanaan pengembangan ternak sesuai dengan daya dukung wilayah. Populasi ternak besar, ternak kecil, dan unggas di NTB adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Populasi ternak besar menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2012 No Kab./Kota/Pulau Sapi (ekor) Kerbau (ekor) Kuda (ekor)

1 Mataram 1.994 22 754 2 Lombok Barat 80.881 8.564 4.026 3 Lombok Utara 76.086 435 612 4 Lombok Tengah 137.200 18.894 2.361 5 Lombok Timur 110.979 4.864 5.277 Jumlah P. Lombok 407.140 32.779 13.030 6 Sumbawa Barat 54.393 13.264 5.787 7 Sumbawa 197.141 54.022 39.660 8 Dompu 96.205 20.411 8.119 9 Bima 148.089 23.072 8.483 10 Kota Bima 13.592 713 2.441 Jumlah P. Sumbawa 509.420 111.482 64.490 TOTAL 916.560 144.261 77.520

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa populasi ternak besar di Pulau Sumbawa lebih banyak dibandingkan di Pulau Lombok. Populasi ternak sapi di Pulau Sumbawa sebanyak 509.420 ekor (55,58%) sedangkan di Pulau Lombok 407.140 ekor (44,42%). Ternak kerbau di Pulau Sumbawa sebanyak 111.482 ekor (77,28%) sedangkan di P. Lombok sebanyak 32.779 ekor (22,72%). Ternak kuda juga jauh lebih banyak di P.

Sumbawa 64.490 ekor (83,19%) dari pada di Pulau Lombok 13.030 ekor (16,81%). Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan ternak besar di NTB karena masih terdapat padang penggembalaan yang luas. Populasi ternak kecil di NTB adalah sebagai berikut (Tabel 4.6 ).

Tabel. 4.6. Populasi ternak kecil menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB No Kab./Kota/Pulau Kambing (ekor) Domba (ekor) Babi (ekor)

1 Mataram 2.346 11 1.692 2 Lombok Barat 40.297 2.955 34.196 3 Lombok Utara 28.208 - 8.089 4 Lombok Tengah 76.076 632 1.250 5 Lombok Timur 77.263 7.623 25 Jumlah P. Lombok 224.190 11.221 45.252 6 Sumbawa Barat 16.149 1.711 500 7 Sumbawa 38.368 1.617 7.764 8 Dompu 62.889 78 4.154 9 Bima 270.332 21.458 -10 Kota Bima 15.355 571 -Jumlah P. Sumbawa 403.093 25.435 12.418 TOTAL 627.282 37.875 62.766

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2013)

Seperti halnya pada ternak besar, populasi ternak kecil (kambing dan domba) di Pulau Sumbawa juga lebih banyak dibandingkan di Pupau Lombok (Tabel 4.6). Populasi kambing di Pulau Sumbawa tercatat 403.093 ekor (64,26%) sedangkan di P. Lombok 224.190 ekor (3574%). Demikian pula populasi domba di Kabupaten Sumbawa juga lebih banyak dibandingkan di Pulau Lombok. Di Pulau Sumbawa populasi domba tercatat 25.435 ekor (697,16%) sedangkan di P. Lombok 11.221 ekor (29,63%). Untuk ternak babi, sebagian besar (80%) berada di P. Lombok terutama di Kabupaten Lombok Barat dan 20% lainnya ada di Pulau Sumbawa. Dari sisi populasi, menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki potensi lebih besar dari pada Pulau Lombok untuk pengembangan ternak pemakan hijauan.

Kebalikan dari ternak besar dan ternak kecil, populasi ternak unggas di Pulau Lombok jauh lebih banyak dari pada di Pulau Sumbawa. Populasi ternak unggas menurut Pulau dan Kabupaten/Kota di NTB tertera pada Tabel 4.7. Populasi ayam

buras di Pulau Lombok 3.559.056 ekor (70,97%) dan di Pulau Sumbawa 1.455.693 ekor (29,03%). Ayam ras petelur di Pulau Lombok tercatat 184.562 ekor (99,95%) dan di Sumbawa 90 ekor (0,05%). Ayam ras pedaging di Pulau Lombok 2.474.686 ekor (67,59%) sedangkan di Pulau Sumbawa 1.186.747 ekor (32,41%). Populasi itik di Lombok 675.508 ekor (81,29%) dan di Pulau Sumbawa 155.502 ekor (18,71%).

Tabel 4.7. Populasi ternak unggas menurut Kabupaten/Kota dan Pulau di NTB 2013

No Kab./Kota/Pulau Buras (ekor)

Petelur (ekor)

Pedaging

(ekor) Itik (ekor)

1 Mataram 72.202 2.513 22.150 19.164 2 Lombok Barat 804.098 121.760 491.630 133.661 3 Lombok Utara 126.562 4.902 3.659 6.503 4 Lombok Tengah 1.449.838 30.753 628.393 389.409 5 Lombok Timur 1.106.356 24.634 1.328.854 126.771 Jumlah P. Lombok 3.559.056 184.562 2.474.686 675.508 6 Sumbawa Barat 85.149 - 2.000 8.006 7 Sumbawa 678.451 - 332.800 11.693 8 Dompu 184.426 - 75.355 33.895 9 Bima 443.144 90 282.613 85.129 10 Kota Bima 64.523 - 493.979 16.779 Jumlah P. Sumbawa 1.455.693 90 1.186.747 155.502 TOTAL 5.014.749 184.652 3.661.433 831.010

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB (2014)

Penyebab populasi unggas lebih banyak di Pulau Lombok adalah karena: (1) ketersediaan pakan unggas di Pulau Lombok lebih banyak, lebih murah, dan lebih mudah didapat, (2) pangsa pasar produk unggas di Pulau Lombok lebih besar, dan (3) jumlah rumah tangga pedesaan di Pulau Lombok lebih banyak dibandingkan di Pulau Sumbawa. Sebagaimana diketahui, ternak unggas terutama ayam buras merupakan ternak peliharaan utama bagi rumah tangga pedesaan.

Data populasi ternak, terutama ternak pemakan hijauan, menjadi lebih bermanfaat apabila dinyatakan dalam Unit Ternak karena Unit Ternak dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan usaha peternakan, misalnya untuk

menghitung daya dukung wilayah (carryng capacity). Populasi ternak di NTB dalam unit ternak adalah tersaji pada Tabel 4.8. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa perbandingan populasi di NTB dalam UT antara sapi, kerbau, kuda, dan kambing-domba adalah 73,80%, 11,96%, 7,16%, dan 7,09%. Proporsi ini menunjukkan bahwa sapi merupakan ternak yang memiliki potensi pengembangan terbesar di NTB, sehingga sangat tepat jika ternak sapi menjadi ternak unggulan. Ditinjau per pulau, antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memiliki proporsi, untuk sapi adalah 44,5% dan 55,6%, kerbau 23% dan 77%, kuda 17% dan 83%, kambing dan domba 35% dan 65%. Apabila dibuat klasifikasi berdasarkan populasi per kabupaten/kota, maka Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Bima, dan Sumbawa dapat dikategorikan ke dalam kabupaten yang memiliki potensi besar, yaitu dengan populasi ternak pemakan hijauan di atas 100.000 UT. Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, dan Dompu, masuk dalam kategori sedang, dengan populasi di atas 50.000 sampai 100.000 UT. Kota Bima dan Kota Mataram masuk kategori kecil, dengan populasi di bawah 50.000 UT.

Tabel 4.8. Populasi ternak pemakan hijauan dalam Unit Ternak (UT) 2012

No Kab./Kota/Pulau Sapi Kerbau Kuda Kb+Db Jumlah

1 Mataram 1.356 15 588 212 2.413 2 Lombok Barat 54.999 5.995 3.140 3.893 69.137 3 Lombok Utara 51.738 305 477 2.539 55.009 4 Lombok Tengah 93.296 13.226 1.842 6.904 116.419 5 Lombok Timur 75.466 3.405 4.116 7.640 93.505 Jumlah P. Lombok 276.855 22.945 10.163 21.187 336.483 6 Sumbawa Barat 36.987 9.285 4.514 1.607 54.363 7 Sumbawa 134.056 37.815 30.935 3.599 209.269 8 Dompu 65.419 14.288 6.333 5.667 94.424 9 Bima 100.701 16.150 6.617 26.261 148.289 10 Kota Bima 9.243 499 1.904 1.433 13.479 Jumlah P. Sumbawa 346.406 78.037 50.302 38.568 519.825 TOTAL 623.261 100.983 60.466 59.864 856.308

Tabel 4.8 juga nampak bahwa populasi ternak pemakan hijauan (sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba) mencapai 856.308 UT, sama dengan populasi tahun 2011. Namun ternak sapi meningkat dari 597.266 UT menjadi 623.261 UT atau naik sekitar 6%. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, berarti setiap hari harus tersedia pakan hijauan kurang lebih 29.970.780 kg atau 10.939.335 ton per tahun.

Dengan asumsi bahwa 1 ha lahan sumber pakan dapat menampung 1,5 UT, maka pada kondisi sekarang diperlukan lahan sumber pakan sebanyak 570.872 ha. Lahan tersebut dapat terdiri atas sawah, tegal, kebun, ladang, padang penggembalaan, wilayah pinggiran hutan, dan lahan-lahan lain yang potensial sebagai sumber pakan ternak. Pertanyaannya, apakah dengan kondisi penggunaan lahan seperti sekarang, NTB masih memiliki daya dukung lahan untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan studi lapangan yang mendalam. Jika ternyata daya dukung lahan secara alamiah sudah tidak mendukung, maka harus diintroduksi teknologi pakan ternak dan pengelolaan padang penggembalaan secara intensif.

Dokumen terkait