• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Analisis Potensi Pengembangan

Dasar perhitungan hijauan pakan untuk ternak herbivora di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengacu pada standar penggunaan pakan sebagaimana

direkomendasikan Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Keswan, yakni pemakaian limbah pertanian diperhitungkan sebanyak 35% dari total produksi limbah. Adapun hijauan alam bersumber antara lain dari pematang sawah, pinggiran jalan, padang penggembalaan, kawasan hutan dan lahan kosong.

Khusus untuk limbah pertanian, sumber utama pengadaannya adalah dari jerami padi dengan produksi sekitar 7,5 ton berat kering (BK) per hektar, jagung sebanyak 25 ton BK/Ha, kacang tanah dan kacang kedelai masing-masing 5 ton/ha dan ketela pohon dengan produksi limbah 2,5 ton/ha. Data ketersediaan limbah tersebut merujuk pada rekomendasi Ditjen Peternakan dan Keswan Kementerian Pertanian.

Tabel 5.15: Rincian Potensi pengembangan ternak herbivora di Provinsi NTB

Kabupaten Peluang Pengembangn Populasi (UT) Kecamatan Jml Kec KLU 4,407,18 Bayan 5

Mataram 1.528,84 Sandubaya, Mataram, Sekarbela,

Selaparang, Cakranegara 6

Lombok Barat -16.097,33 Kuripan, Kediri, Labuapi 10 Lombok

Tengah -8.088,23

Batu Kliang Utara, Praya Barat Daya, Praya

Timur, Praya,Praya Barat 12

Lombok

Timur -8.586,47

Pringgabaya, Jerowaru, Sakra Timur, Sakra Barat, Wanasaba, Sambelia, Keruak, Sukamulia,

20

Sumbawa Barat -3.165,88 Poto Tano, Brang Rea, Sekongkang 8

Sumbawa 146.745,30

Labangka, Lenangguar, Lunyuk, Rhee, Plampang, Alas Barat, Batu Lanteh, Alas, Buer, Ropang

24

Dompu -1.474,85 Kilo, Dompu, Pajo, Hu'u, Woja 8

Kabupaten

Bima 122.090,53

Wera, Sanggar, Langgudu, Tambora, Sape, Palibelo, Wawo, Lambitu, Belo, Parado 18

Kota Bima -1.687,99 Rasanae Timur, Rasanae Barat 5 Sumber: BPS NTB, diolah.

Catatan: Baris yang diblok merah muda adalah wilayah potensial bagi pengembangan ternak herbivore, sedangkan baris yang tidak diblok kurang memungkinkan bagi pengembangan ternak herbivore (crowded), namun jika dipaksakan bisa dilakukan dengan meningkatkan porsi penggunaan limbah dengan cara aplikasi teknologi tepat guna dalam bidang pengolahan pakan.

Berdasarkan analisis potensi pengembangan ternak yang didasarkan atas ketersediaan lahan dalam penyediaan pakan, khusus untuk pengembangan ternak pemakan hijauan (herbivora meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba) dapat dilakukan di empat kabupaten dari 10 kabupaten-kota yang ada di Provinsi NTB (Lampiran 1-26). Potensi pengembangan terbesar berada di Kabupaten Sumbawa yang mampu menampung 146.745 unit ternak (UT) (Tabel 5.15). Wilayah Sumbawa yang potensial bagi pengembangan ternak herbivora meliputi Kecamatan Labangka, Lenangguar, Lunyuk, Rhee, Plampang, Alas Barat, Batu Lanteh, Alas, Buer dan Kecamatan Ropang. Berdasarkan analisis potensi pengembangan wilayah, adalah tepat penetapan Kabupaten Sumbawa sebagai kawasan peternakan sapi potong di NTB sesuaiPerpres No 56/2014.

Wilayah lain yang potensial bagi pengembangan ternak herbivora di NTB adalah Kabupaten Bima dengan potensi pengembangan sekitar 122.090 UT. Kecamatan yang potensial bagi pengembangan ternak herbivora di Kabupaten Bima meliputi Wera, Sanggar, Langgudu, Tambora, Sape, Palibelo, Wawo, Lambitu, Belo dan Parado.

Potensi pengembangan herbivora juga dapat dilakukan di Kabupaten Lombok Utara dengan peluang potensi ternak yang masih mungkin dikembangkan 4.407 UT, terkonsentrasi di Kecamatan Bayan. Wilayah lain yang juga potensial untuk pengembangan ternak herbivora adalah Kota Mataram dengan peluang pengembangan yang tersisa untuk sekitar 1.528 unit ternak. Wilayah Mataram yang potensial untuk itu meliputi Kecamatan Sandubaya, Mataram, Sekarbela, Selaparang dan Cakranegara.

Pengembangan ternak herbivora di Kota Mataram riskan dilakukan. Kalaupun upaya ini ditempuh, sedapat mungkin dilaksanakan dengan penuh perhitungan karena komposisi limbah dan hijauan pakan di Kota Mataram relatif tidak berimbang. Produksi limbah pertanian di Kota Mataram diperkirakan bisa untuk menampung 7.172 unit ternak herbivora, sementara produksi hijauan hanya bisa menampung 1.387 unit ternak. Data tersebut dapat dimaknai bahwa penambahan jumlah populasi ternak herbivora di Kota Mataram potensial berimplikasi mengganggu keberadaan tanaman penghijauan di dalam kota khususnya hutan dan kawasan penghijauan di dalam kota

Mataram yang tersebar di ruang terbuka hijau. Tanaman tersebut potensial terganggu dan gejala ke arah itu menonjol terutama pada musim kering yang dilakukan peternak dengan memotong tanaman penghijauan di dalam kota pada sore maupun malam hari.

Adapun enam kabupaten/kota lain di NTB relatif kurang potensial bagi pengembangan ternak pemakan hijauan karena wilayah tersebut berstatus over/ kelebihan populasi dibandingkan daya dukungnya. Wilayah yang dimaksudkan adalah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur untuk wilayah Pulau Lombok. Kemudian di Kabupaten Sumbawa Barat, Dompu, Kota Bima untuk wilayah Pulau Sumbawa. Namun demikian, meskipun telah kelebihan populasi, tercatat ada beberapa kecamatan yang masih berpeluang bagi pengembangan ternak pemakan herbivora, meliputi Kuripan, Kediri dan Labuapi di Kabupaten Lombok Barat. Kemudian Kecamatan Batu Kliang Utara, Praya Barat Daya, Praya Timur, Praya, Praya Barat di Kabupaten Lombok Tengah. Kecamatan Pringgabaya, Jerowaru, Sakra Timur, Sakra Barat, Wanasaba, Sambelia, Keruak dan Sukamulia di Kabupaten Lombok Timur.

Sebagai catatan, daerah yang tidak potensial lagi bagi pengembangan ternak herbivora sebaiknya dilakukan peningkatan produktivitas per unit ternak karena tidak memungkin lagi bagi penambahan jumlah populasi. Sebaliknya bagi daerah yang ketersediaaan daya dukung lahan dan pakan masih longgar bisa diprioritaskan bagi pengembangan populasi ternak herbivora dengan tidak mengabaikan perbaikan produktivitas melaui peningkatan mutu genetik.

Pengembangan ternak herbivora untuk Pulau Sumbawa meliputi Kecamatan Poto Tano, Brang Rea dan Sekongkang untuk wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, lalu Kecamatan Kilo, Dompu, Pajo, Hu'u dan Woja untuk Kabupaten Dompu serta di Kecamatan Rasanae Timur, Rasanae Barat di Kota Bima. Kecamatan lain di luar itu sudah kelebihan jumlah ternak pemakan herbivora dibandingkan daya dukungnya.

Khusus untuk pengembangan ternak unggas, tidak dilakukan analisis daya dukung secara khusus karena pengusahaan ternak ini relatif tidak membutuhkan areal untuk pakan secara khusus seperti terjadi pada ternak herbivora. Pemeliharaan ternak

unggas dapat dilakukan di lahan relatif sempit termasuk dengan memanfaatkan pekarangan rumah bahkan dilakukan di bagian tertentu dari rumah penduduk.

Dokumen terkait