• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen dengan variabel dependen secara bersamaan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression) untuk mencari faktor yang dominan memengaruhi pemberian ASI eksklusis oleh ibu, melalui beberapa langkah yaitu

1. Melakukan analisis pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan untuk mengestimasi peranan variabel masing-masing.

3. Setelah diindentifikasi variabel yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan metode forward stepwise untuk mengidentifikasi faktor paling dominan yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.

Adapun variabel independen yang menjadi kandidat adalah dukungan suami/ibu/ibu mertua, informasi, kewenangan, pengetahuan, sikap, situasi, dan budaya. Sedangkan variabel yang tidak masuk sebagai kandidat adalah panutan. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI yaitu pengetahuan, sikap dan budaya.

Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Menggunakan Uji Regresi Logistik Ganda

Variabel Independen Koefisien

B p Exp (B) 95% CI for Exp (B) Lower Upper Pengetahuan 3.084 < 0.001 21.845 5.212 91.559 Sikap 1.986 0.005 7.288 1.838 28.891 Budaya 1.491 0.030 4.441 1.157 17.046 Konstan -2.092 0.001 0.123 1 P= 1+ e -(a+ b1 x1 + b2 x2+b3x3+) 1 P= 1+ 2,718 –[ -2,092 +3,084 + 1,986 + 1,491 ] P= 0,9887

Artinya ibu yang memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang positif, dan budaya yang mendukung maka probabilitas setiap individu untuk t idakmemberikan ASI eksklusif sebesar 10,99 %. Jika pengetahuan kurang, sikap negatif dan budaya

tidak mendukung, maka probabilitas setiap individu untuk tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 98,87%.

Pengetahuan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan variabel lainnya yaitu dengan nilai B=3.084.

Nilai Overall Percentage adalah sebesar 85,6%. Artinya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan budaya sebesar 85,6%, sedangkan sisanya sebesar 14,4% dipengaruhi oleh faktor lain.

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat 32 orang (33 %) memberikan ASI eksklusif dan 64 responden (65 %) tidak memberikan ASI eksklusif. Bila dilihat dari karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah umur ≤ 30 tahun sebanyak 18 orang (56,25%) . Responden berdasarkan pendidikan terbanyak adalah SMP 10 orang (31,25 %), berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) mencapai 22 orang (68,78 %), berdasarkan pendapatan keluarga mayoritas berpenghasilan ≥ UMP (≥ Rp. 1.400.000) 28 orang (87,5%) dan penghasilan < UMP (< Rp. 1.400.000) sebanyak 4 orang (12,5 %)1.400.000, berdasarkan jumlah anak terdapat 12 responden yang mempunyai 3 orang anak, dari umur kehamilan anak yang sekarang di dapatkan data bahwa seluruh responden mengalami masa kehamilan aterm yaitu 36-40 minggu dan menurut tempat lahir yang paling banyak melahirkan dengan bantuan bidan sebanyak 21 respoden (65,63 %).

Dari hasil wawancara dari responden didapatkan pernyataan dari responden bahwa dengan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga lebih memudahkan mereka untuk memberikan ASI eksklusif karena ketersediaan waktu yang cukup untuk bersama dengan bayi mereka. Walaupun umur responden ada yang masih muda namun adanya informasi yang baik terutama dari bidan yang menolong persalinan sangat membantu untuk mendukung responden memberikan ASI eksklusif.

Walaupun umumnya penghasilan keluarga di atas upah minimum provinsi (UMP) namun responden tidak mau memberikan susu formula kepada bayinya karena mereka telah mengetahui bahwa ASI adalah yang terbaik untuk bayi. Dari segi paritas, jumlah anak yang lebih dari satu memang kadang merepotkan ibu namun para responden ini mampu memberikan ASI eksklusif disamping karena adanya pengalaman juga adanya bantuan dari orang terdekat terutama suami sangat membantu ibu terutama pada saat memberikan ASI eksklusif. Bagi responden dengan anak pertama justru merupakan pengalaman baru dalam hal menyusui dan responden ini tidak mau mengambil resiko yang dapat terjadi pada bayi mereka jika tidak diberikan ASI eksklusif di samping mereka juga ingin memberikan yang terbaik kepada bayi pertamanya.

Kondisi kehamilan ibu yang sehat dan semuanya tidak melahirkan bayi prematur sehingga tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pemberian obat-obatan tentu mendukung keinginan si ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Masih banyak kejadian bayi yang diberikan susu pada saat berada di rumah sakit bahkan tanpa sepengetahuan si ibu dan keluarga. Hal-hal seperti inilah yang dapat menghambat pemberian ASI eksklusif namun keadaan ini tidak di alami oleh 32 responden yang memberikan ASI eksklusif ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden yang memberikan ASI eksklusif terdapat 14 responden diantaranya mendapat dukungan dari suami/ibu/ibu mertua, 13 responden diantaranya terpapar informasi yang baik tentang ASI eksklusif, 21 responden diantaranya mempunyai kewenangan mengambil keputusan

yang baik, 28 responden diantaranya memiliki situasi yang baik untuk bertindak, 26 responden diantaranya memiliki pengetahuan yang baik, 28 responden diantaranya memiliki sikap yang positif, 25 responden diantaranya mempunyai panutan dan 20 responden diantaranya memiliki budaya yang mendukung untuk memberikan ASI eksklusif.

Dari data di atas terlihat bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif adalah para ibu yang terutama memiliki situasi yang baik untuk bertindak dan sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian didapatkan situasi yang baik untuk bertindak yang dimiliki oleh para responden ini yang paling tinngi adalah responden menyatakan bahwa produksi ASI lancar dan bayi selalu menyusu sampai puas dan ibu tidak pernah mengalami gangguan psikologis selama menyusui. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi bayi dan ibu untuk dapat melaksanakan ASI eksklusif karena di samping produksi ASI harus mencukupi kebutuhan si bayi, kondisi psikologis ibu juga harus diperhatikan. Bagi ibu yang mengalami gangguan psikologis tidak di anjurkan untuk menyusui bayinya karena dikhawatirkan akan melakukan tindak kekerasan terhadap bayinya. Bila dilihat dari sikap para responden ini ternyata 28 responden memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Sikap para responden ini yang paling menonjol adalah mereka menyatakan sikap tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pemberian susu formula pada bayi sebelum berusia 6 bulan karena mereka telah mengetahui bahwa tidak ada yang lebih baik untuk bayi mereka selain hanya ASI saja.

Bila dilihat dari faktor yang lain maka dari 32 responden yang memberikan ASI eksklusif ini memiliki tingkat pengetahuan yang baik serta mempunyai panutan dalam hal pemberian ASI eksklusif. Adapun pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang tertinggi yang di dapatkan dari hasil penelitian adalah responden mengetahui bahwa bayi yang mengalami diare harus tetap diberikan ASI. Sementara untuk panutan umumnya responden menjadikan ibu kandung, petugas kesehatan, anggota keluarga lain dan teman sebagai panutan dalam hal pemberian ASI esklusif, namun yang terbanyak adalah teman dan petugas kesehatan.

Dari segi kewenangan dan budaya juga memegang peranan penting bagi ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif ini. Dari 32 responden yang memberikan ASI eksklusif, 21 diantaranya memiliki kewenangan yang baik dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini kewenangan yang baik adalah si ibu mampu memutuskan sendiri untuk memberikan atau tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Namun yang diharapkan tentunya si ibu mampu mempunyai kewenangan untuk memutuskan sendiri secara mandiri untuk memberikan ASI eksklusif. Disamping itu budaya yang mendukung dalam lingkungan si ibu juga memberi kontribusi yang besar bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif seperti bayi berusia 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja tanpa makanan/minuman yang lain, tidak ada perberlakuan pantangan makanan/minuman terhadap ibu setelah melahirkan dan kebiasaan lain yang merugikan secara kesehatan dan menghambat pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian didapatkan bentuk budaya yang paling banyak berlaku dalam lingkungan responden adalah pemberian ASI dihentikan bila bayi sakit terutama

diare. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena sebenarnya fungsi rehidrasi bagi tubuh bayi yang mengalami diare dapat dilakukan dengan pemberian ASI eksklusif.

Responden yang memiliki dukungan suami/ibu/ibu mertua dan informasi yang baik tentang ASI eksklusif mambuat responden mampu memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Bentuk dukungan yang tertinggi yang diberikan oleh suami adalah membantu aktivitas ibu saat ibu menyusui bayi dan membelikan makanan atau menyediakan biaya untuk membeli makanan terutama yang dapat meningkatkan produksi ASI. Sementara bentuk dukungan tertinggi yang diberikan oleh ibu dan ibu mertua responden adalah tidak pernah memberikan pisang atau makanan lain kepada bayi setelah lahir sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif oleh 32 responden ini ternyata ada 13 responden yang pernah mendapat informasi yang baik tentang ASI eksklusif. Adapun Informasi yang paling banyak diketahui oleh 13 responden ini adalah responden pernah mendengar bahwa untuk bayi 0-6 bulan cukup diberi hanya ASI saja.

Dari semua pembahasan diatas dapat diketahui bahwa hal yang paling utama yang mampu membuat 32 responden tersebut memberikan ASI eksklusif adalah adanya situasi yang baik untuk bertindak dan adanya sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif dan di dukung juga dengan faktor-faktor lain yaitu : dukungan suami/ibu/ibu mertua, keterpaparan informasi, kewenangan mengambil keputusan, pengetahuan, budaya dan panutan yang tentunya saling berkaitan dalam membentuk prilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

5.2 Pemberian ASI tidak Eksklusif

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 97 responden terdapat 65 responden (67 %) tidak memberikan ASI eksklusif. Bila dilihat dari karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah umur ≤ 30 tahun sebanyak 37 orang (56,92 %) . Responden berdasarkan pendidikan terbanyak adalah SMP 24 orang (36,92 %), berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) mencapai 46 orang (70,77 %), berdasarkan pendapatan keluarga mayoritas berpenghasilan ≥ UMP (≥ Rp. 1.400.000) 51 orang (78,46 %) dan penghasilan < UMP (< Rp. 1.400.000) sebanyak 14 orang (21,53 %), berdasarkan jumlah anak terdapat 26 responden yang mempunyai 2 orang anak, dari umur kehamilan anak yang sekarang di dapatkan data bahwa seluruh responden mengalami masa kehamilan aterm yaitu 36-40 minggu dan menurut tempat lahir yang paling banyak melahirkan dengan bantuan dukun sebanyak 34 respoden (52,30 %).

Dari karakteristik responden yang tidak memberikan ASI eksklusif tidak berbeda jauh dengan karakteristik responden yang memberikan ASI eksklusif. Perbedaan hanya terdapat pada jumlah anak yang mayoritas memiliki 2 anak dan persalinan responden lebih banyak ditolong oleh dukun. Walaupun karakteristik responden hampir sama namun para responden ini tidak melaksanakan pemberian ASI eksklusif. Walaupun pada responden ini umumnya memmiki 2 anak namun mereka tidak mampu memberikan ASI eksklusif karena kurangnya dukungan yang diberikan oleh suami/ibu/ibu mertua mereka.