• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori yang Berhubungan dengan Determinan Perilaku 1.Teori Behavior Intention 1.Teori Behavior Intention

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Teori yang Berhubungan dengan Determinan Perilaku 1.Teori Behavior Intention 1.Teori Behavior Intention

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Kar (1980) berdasarkan analisisnya bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention).

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support).

Dukungan sosial menurut Sarafino (2006) adalah perasaan kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima dari orang atau

kelompok lain. Sarafino menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai dan merupakan bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka ketika membutuhkan bantuan. Taylor (2003) juga menambahkan bahwa dukungan sosial sebagai informasi yang dapat diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai dan juga merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling dibutuhkan yang didapatkan dari orang tua, suami atau orang yang dicintai.

Dalam pemberian ASI eksklusif, dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh seorang ibu terutama dari suami, orang tua/mertua. Menurut Harymawan (2007), dukungan sosial dari suami antara lain, suami memperhatikan kesehatan istrinya, membantu kegiatan istrinya, dan mengharapkan kesehatan anaknya sedangkan dukungan orangtua/mertua terhadap ibu yang menyusui dapat berupa tempat bertanya bagi ibu, berbagi cerita, meminta pengalaman, dan mencontoh dalam berbagai hal. Penelitian Mery Ramadani (2010) menunjukkan hasil bahwa dukungan suami memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif, dimana ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang 2 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan suami.

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information).

Menurut Liliweri (2007) fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarkan luaskan informasi kepada orang lain. Informasi adalah pesan yang disampaikan melalui suatu proses komunikasi dari penyampai pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan).

Menurut Notoatmodjo (2011) informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil ibu menyusui dalam memberikan ASI secara eksklusif juga sangat tergantung dari informasi yang diterima.

Hal ini sesuai dengan penelitian Sarah Saputri (2011) yang menyatakan bahwa media informasi terutama yang berkaitan dengan iklan susu formula berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Hal senada juga diungkapkan dalam penelitian Sandra Fikawati dkk (2009) yang menyatakan bahwa iklan susu formula dari media ternyata juga mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif terutama pada ibu yang berpendidikan rendah. Namun bertolak belakang dengan penelitian Josefa (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keterpaparan informasi terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu-ibu yang selama hamil mendapatkan informasi berupa penyuluhan dari

petugas kesehatan tentang pentingnya ASI eksklusif ternyata juga sulit menerapkan pemberian ASI eksklusif tersebut.

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).

Pengambilan keputusan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap waktu individu melakukan proses memilih untuk mengambil keputusan, mulai dari memilih hal-hal yang sederhana hingga pilihan hidup yang memiliki dampak besar bagi kehidupan. Penggunaan istilah pengambilan keputusan (Decision Making) biasanya identik dengan sebuah kepemimpinan atau kegiatan manajerial dalam suatu kelompok atau organisasi, namun bila dipikirkan secara lebih mendalam sebenarnya setiap orang adalah pemimpin yang harus mengambil keputusan bagi dirinya sendiri dan kehidupannya.

Akhmad Sudrajad (2010) memaparkan pengertian pengambilan keputusan menurut beberapa ahli :

1). George F Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) dari dua atau lebih alternatif yang ada.

2). Sondang P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

3). James A.F stoner, pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses penentuan akhir yang terbaik dari dua atau lebih alternatif untuk mencapai sebuah sasaran. Oleh sebab itu pengambilan keputusan dapat mempengaruhi perilaku dan kehidupan individu terutama bagi ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu. Kemunculannya terpisah antara pelayanan maupun konsumen (Asseal, 2008).

Sedangkan menurut Belik (2005) , mendefinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang (intra individu) dan stimulasi ( alternatif pilihan ) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis pada prilaku saat itu .

Lain halnya dengan wilkie ( 2010 ), pengaruh situasional adalah kekuatan sesaat yg tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang di pasarkan, penelitian telah menemukan bahwa faktor situasional mempengaruhi pilihan konsumen dengan mengubah kemungkinan pemilihan berbagai alternatif (Ernett, 2006) .

2. Teori Thought and Feeling

Tim kerja dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1990) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat (4) alasan pokok. Pemikiran dan perasaan (Thought and Feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya menderita penyakit polio karena tidak mendapatkan imunisasi polio.

Dalam pemberian ASI eksklusif, pengetahuan ibu memegang peranan penting terlaksananya pemberian ASI eksklusif tersebut. Penelitian Novi (2007) di Kabupaten Kudus, membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandra Fikawati dkk (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang : Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara tertentu (Wawan, 2010).

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih-lebih perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi penutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. Dalam pemberian ASI eksklusif, orang yang menjadi panutan bagi ibu dapat berasal dari keluarga, tenaga kesehatan, maupun teman. Disamping itu bagi ibu-ibu juga ada kecenderungan mencontoh iklan-iklan yang susu formula. Sehingga muncul kebanggaan bila mampu memberikan susu formula bagi bayinya. Hasil penelitian Josefa (2011) juga menunjukkan bahwa hampir semua ibu yang jadi responden sudah memberikan MP-ASI berupa susu formula pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.

e. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.

Salah satu sumber daya yang sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI ekskusif adalah tempat pelayanan persalinan. Semestinya ibu-ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan lebih mampu menerapkan ASI

ekskklusif dibandingkan dengan yang bukan di fasilitas kesehatan. Namun hasil penelitian Solihah (2010) di Kabupaten Garut, menyebutkan bahwa tempat persalinan tidak mempengaruhi berhasil tidaknya ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya maupun pada pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir.

f. Budaya

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat di sini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan di atas. (Notoatmodjo, 2010).

Demikian pula halnya dengan pemberian ASI eksklusif. Kebudayaan yang berlaku di suatu masyarakat akan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Adanya budaya memberikan makanan atau minuman tertentu kepada bayi akan menggagalkan pemberian ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian Josefa (2011) budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, terutama di daerah pedesaan yang masih kental dengan adat-istiadat tertentu.