• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Produk Pekarangan Kampung 1 Analisis Pemanfaatan Produk Pekarangan Kampung

Pada saat survei di lapangan, hasil panen berbagai macam produk pekarangan seperti sayur, buah, umbi, daging, dan telur disetarakan ukurannya dalam satuan kilogram (kg). Hal ini dilakukan karena masih banyak masyarakat perdesaan yang menggunakan satuan tradisional yang tidak baku, seperti ikat, genggam, dan karung. Penyeragaman satuan produk ini untuk memudahkan dalam analisis pemanfaatan produk pekarangan kampung oleh pemiliknya. Secara umum, produk pekarangan dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh keluarga, dibagikan ke tetangga, dan dijual sebagai sumber pendapatan rumah tangga.

41

Pekarangan sebagai suatu agroekosistem (Arifin et al. 2009) yang tumbuh dan dikelola dengan tujuan memproduksi pangan, pakan, dan bahan baku (Moonen dan Barberi 2008). Pekarangan kawasan dengan produksi rata-rata terbanyak yaitu Kabupaten Bandung (1 365.4 kg/tahun), lalu Kabupaten Cirebon (734 kg/tahun), dan terendah di Kabupaten Bogor (663.9 kg/tahun). Meskipun memiliki hasil panen terbanyak, produktivitas pekarangan di Kabupaten Bandung bukan yang tertinggi. Produktivitas lahan pekarangan yang tertinggi di Kabupaten Cirebon sebesar 0.6 kg/m2/tahun, sedangkan di Kabupaten Bandung dan Bogor yakni 0.5 kg/m2/tahun. Hasil demikian karena faktor ukuran pekarangan, yang mana rata-rata pekarangan di Kabupaten Bandung lebih luas dibandingkan di Kabupaten Bogor dan Cirebon.

Tanaman buah, ikan, dan penghasil pati berkontribusi besar pada jumlah hasil panen. Pemanfaatan produk pekarangan untuk konsumsi rumah tangga yang tertinggi yaitu di Kabupaten Bogor (29.7%). Pemanfaatan hasil panen pekarangan yang paling banyak di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu sama-sama untuk dijual (58.4%, 56.9%, 64.1%) sebagai pendapatan rumah tangga. Hasil panen pekarangan di ketiga kabupaten tersebut yang dibagikan berkisar antara 13.4 – 18.5 % (Tabel 29).

Tabel 29 Hasil dan alokasi dari panen produk di pekarangan kawasan per tahun

Kabupaten Hasil rata-rata panen produk (kg/thn) Alokasi hasil panen dari pekarangan (%)

Dikonsumsi Dibagikan Dijual

Bandung 1365.4 22.9 18.7 58.4

Bogor 663.9 29.7 13.4 56.9

Cirebon 734.0 20.0 15.9 64.1

Berdasarkan fungsinya, buah-buahan merupakan produk pekarangan di ke- tiga kabupaten dengan persentase paling tinggi yang dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga dan dibagikan kepada tetangga (Tabel 30). Kontribusi terbesar pada rata-rata jumlah hasil panen pekarangan kawasan di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu buah (176 kg/tahun), ternak besar (56 kg/tahun), dan buah (193 kg/tahun). Komoditas pekarangan yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga di Kabupaten Bandung yaitu buah (42.4%), di Kabupaten Bogor juga buah-buahan paling banyak dikonsumsi (33.1%), begitu pula di Kabupaten Cirebon yang mana buah paling banyak dikonsumsi (83.1%). Komoditas pekarangan yang paling banyak dijual di Kabupaten Bandung yaitu buah (32%), adapun di Kabupaten Bogor yaitu ternak besar (38%), dan di Kabupaten Cirebon yaitu buah (71%). Tabel 30 Persentase kelompok komoditas per alokasi hasil panen dari pekarangan

Kabupaten Alokasi hasil

Komoditas tanaman (%) Hewan ternak (%) obat sayur buah bumbu pati industri besar kecil ikan

Bandung Konsumsi 1.1 12.0 42.4 4.2 20.2 0.0 1.6 9.2 9.3 Dibagikan 1.0 7.1 54.2 1.5 30.4 0.0 1.3 1.7 2.8 Dijual 0.0 3.4 31.8 4.6 19.0 13.5 8.0 6.6 13.2 Bogor Konsumsi 2.7 16.8 33.1 11.2 7.1 0.0 0.0 9.8 19.2 Dibagikan 8.9 6.5 35.9 11.0 24.8 0.0 0.0 3.9 9.0 Dijual 0.0 1.9 10.0 10.0 5.4 0.0 38.7 7.8 26.2 Cirebon Konsumsi 0.7 0.7 84.1 0.8 0.0 0.0 0.0 6.3 7.4 Dibagikan 0.1 0.7 92.9 1.7 0.0 0.0 0.0 1.3 3.3 Dijual 0.0 4.4 70.8 0.4 0.0 2.2 0.0 4.5 17.8

4.4.2. Analisis Nilai Ekonomi dari Produk Pekarangan Kampung

Berdasarkan nilai ekonomi, produk pekarangan di ketiga kabupaten umum- nya menjadi tambahan pendapatan rumah tangga (72.3%), kemudian penghematan (17.5%), dan untuk kepedulian sosial (10.2%). Meskipun akumulasi nilai ekonomi terbesar yaitu Kabupaten Bandung, nilai lahan pekarangan per meter persegi per tahun yang tertinggi yaitu Kabupaten Bogor (Rp 13 400), kemudian di Kabupaten Bandung (Rp 11 100), sedangkan Kabupaten Cirebon memiliki nilai produktivitas terendah dengan Rp 10 500 /m2/tahun (Tabel 31). Biaya pemeliharaan pekarangan diabaikan karena mereka menggunakan pupuk kandang atau kompos yang dibuat sendiri. Rendahnya nilai produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pemanfaatan lahan yang belum optimalkan untuk pertanian dan pemeliharaan pekarangan yang kurang intensif. Komoditas yang dibudidayakan di pekarangan kampung juga belum memperhatikan kebutuhan pasar sehingga nilai jualnya rendah. Penjualan hasil panen menghasilkan kontribusi paling besar terhadap total nilai ekonomi produk pekarangan. Analisis ekonomi menunjukkan bahwa lebih dari 65% nilai ekonomi produk pekarangan di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon diperoleh dari hasil penjualan produk. Persentase nilai ekonomi dari konsumsi pangan untuk rumah tangga terhadap nilai ekonomi produk pekarangan di Kabu- paten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 17.4%, 17.9%, dan 17.0%. Berdasarkan hasil tersebut, nilai ekonomi produk yang dikonsumsi rumah tangga sekitar 18%. Tabel 31 Nilai ekonomi dan pemanfaatan produk pekarangan kampung per tahun

Kabupaten Nilai produktivitas (Rp / m2 / tahun)

Persentase nilai ekonomi per alokasi (%)

Konsumsi Kepedulian Pendapatan

Bandung 11 100 17.7 12.2 70.1

Bogor 13 400 17.9 5.2 76.9

Cirebon 10 500 17.0 13.1 69.9

Kelompok komoditas pekarangan yang paling berkontribusi terhadap nilai ekonomi di Kabupaten Bandung yaitu tanaman industri berupa cengkeh, Kabupaten Bogor yaitu ternak kambing, dan Kabupaten Cirebon yaitu buah mangga (Tabel 32). Hewan ternak besar seperti sapi dan kambing dipelihara di pekarangan untuk dijual kembali sebagai investasi. Nilai ekonomi produk pekarangan sebagai konsumsi pangan rumah tangga yang paling banyak diperoleh dari buah-buahan, sayur mayur, ternak kecil, dan ikan. Adapun jenis komoditas yang paling besar kontribusinya pada pendapatan rumah tangga yaitu hewan ternak besar, buah, tanaman industri, dan ikan. Secara total, komoditas pekarangan yang paling banyak berkontribusi terhadap nilai ekonomi yaitu hewan ternak besar, buah, tanaman industri, dan sayur. Tabel 32 Persentase nilai ekonomi dari produk pekarangan kampung

Kabupaten Nilai Kelompok komoditas tanaman (%) Hewan ternak (%) obat sayur buah bumbu pati industri besar kecil ikan

Bandung Penghematan 0.6 29.7 37.7 6.0 4.2 0.0 0.5 14.8 6.5 Kepedulian 0.4 29.0 54.4 3.0 7.1 0.0 0.4 3.3 2.3 Pendapatan 0.0 9.9 15.4 2.9 4.1 36.3 18.2 7.2 6.0 Bogor Penghematan 1.4 37.1 16.2 13.5 2.6 0.0 0.0 13.2 16.0 Kepedulian 1.1 27.1 17.4 20.2 13.5 0.0 0.0 8.3 12.4 Pendapatan 0.0 0.3 5.1 5.0 0.9 0.0 71.7 5.0 12.0 Cirebon Penghematan 1.5 5.4 65.4 2.4 0.0 0.0 0.0 16.2 9.1 Kepedulian 0.2 5.4 80.7 5.9 0.0 0.0 0.0 3.5 4.3 Pendapatan 0.0 17.9 53.8 0.6 0.0 2.7 0.0 8.5 16.4

43

Kontribusi hasil pekarangan secara langsung untuk menunjang konsumsi pangan di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 3.8%, 2.2%, dan 1.4% dari biaya konsumsi per bulannya. Sedangkan kontribusi nilai ekonomi pekarangan yang diperoleh rumah tangga terhadap biaya konsumsi bulanannya di Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon yaitu 19.1%, 10.7%, dan 7.1% (Tabel 33). Pemilik pekarangan lebih banyak memanen produk buah dan sayur dibanding sumber pati dan protein hewani. Hewan ternak besar seperti kambing atau domba dipelihara di pekarangan untuk dijual sebagai investasi. Kebutuhan konsumsi hewani yang dapat ditunjang dari pekarangan yaitu ikan, susu sapi, telur, dan daging ayam.

Tabel 33 Kontribusi nilai ekonomi pekarangan terhadap konsumsi rumah tangga

Kabupaten Biaya konsumsi rumah tangga per bulan (Rp)

Penghematan per bulan (%) Tambahan income per bulan (%) Kontribusi ekonomi (%) Bandung 1 180 400 3.8 15.3 19.1 Bogor 1 521 400 2.2 8.5 10.7 Cirebon 1 340 800 1.4 5.7 7.1

4.5.Rekomendasi Pengelolaan Pekarangan Kampung yang Berkelanjutan