• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Analisis Situasional 1 Kondisi Umum Kabupaten Bandung

4.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Bogor

Wilayah Kabupaten Bogor hanya berjarak sekitar 30 km dari DKI Jakarta. Luas wilayah kabupaten ini yaitu 230.195 Ha (BPS Kab. Bogor 2014), yang terletak di antara 106º23'45” - 107º13'30” Bujur Timur dan 6º18' - 6º47'10” Lintang Selatan. Batas administratif wilayah pemerintahan Kabupaten Bogor adalah:

• sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang dan Kota Depok;

• sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kab. Purwakarta;

• sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur;

• sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Provinsi Banten). Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan dan 426 desa, yang mana tiga desa diantaranya sebagai lokasi penelitian, yaitu Desa Situ Udik di Kecamatan Cibungbulang, Desa Cikarawang di Kecamatan Darmaga, dan Desa Bantarsari di Kecamatan Rancabungur. Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor sebanyak 5.202 juta jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2013 yaitu 20 orang/ha. Kepadatan penduduk di Kecamatan Cibungbulang, Dramaga, dan Rancabungur masing-masing yaitu 42, 45, dan 25 orang/ha (BPS Kab. Bogor 2014).

Kabupaten Bogor memiliki rentang topografi yang lebar yakni antara 50 – 2 500 mdpl. Iklim di Kabupaten Bogor jika mengikuti klasifikasi Schmidt dan Ferguson digolongkan pada iklim tropis A (sangat basah) dan tipe B (basah). Iklim tipe A berada di bagian Selatan dengan suhu 20oC sampai 22oC sedangkan iklim B di bagian Utara dengan suhu sekitar 25oC. Suhu udara harian berkisar antara 22.7 – 31.2 oC. Curah hujan rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor yaitu 3 841 mm/tahun, dengan rentang antara 2 400 – 5 200 mm/tahun. Kelembapan udara rata-rata per tahun di kabupaten ini cukup tinggi yakni 83% (BPS Kab. Bogor 2014).

Gambar 9 Kondisi lingkungan desa dan lahan pertanian di Kabupaten Bogor Kondisi lahan pertanian di Kabupaten Bogor cukup subur, hal ini dibuktikan oleh banyaknya jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dengan baik. Akan tetapi, seiring dengan semakin banyaknya pendatang dan developer permukiman, lahan pertanian di Kabupaten Bogor yang berupa sawah maupun kebun, kini semakin berkurang luasnya karena beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Tercatat luas sawah di Kabupaten Bogor terus berkurang dari 2008 hingga 2010, dan kini tidak lebih dari 48 484 ha (BPS Kab. Bogor 2011). Jenis tanah andosol, regosol, dan aluvial cocok digunakan sebagai media tanam. Meskipun mata pencaharian utama warga desa di Kabupaten Bogor adalah petani, namun kebanyakan hanya memiliki lahan kurang dari 1 ha, yang bekerja sebagai buruh tani pada lahan milik tuan tanah. Produk tanaman pangan masih menjadi komoditas unggulan kabupaten ini.

4.1.2.1. Lingkungan Desa di Kabupaten Bogor

Desa Situ Udik berada di ketinggian 460 mdpl sebagai lokasi sampel tertinggi di Kabupaten Bogor. Akses menuju lokasi sampel pekarangan cukup jauh dari jalan arteri. Penggunaan lahan didominasi oleh persawahan dan kebun. Sumber air yang paling banyak digunakan untuk mengairi pekarangan di Desa Situ Udik yaitu sumur (50%), aliran sungai (30%), dan kolam ikan (20%) (Tabel 8). Meskipun pekarangan warga desa dekat dengan sawah, namun mereka tidak menjadikan saluran irigasi sebagai sumber pengairannya. Tata ruang pemukiman membentuk koloni di mana sejumlah rumah terkonsentrasi pada kawasan tertentu, dan pemilik lahan yang lebih luas berada di pinggiran kawasan. Komoditas pertanian andalan desa ini yaitu padi. Desa Cikarawang berada di ketinggian 193 mdpl serta berbatasan langsung dengan Kota Bogor. Akses ke desa relatif mudah karena hanya berjarak 3 km dari jalan utama Kota Bogor. Penggunaan lahan didominasi oleh persawahan, ladang, dan kebun. Desa ini memiliki komoditas andalan berupa ubi jalar (BP3K Darmaga 2014) dan jambu kristal. Sebagian besar (60%) warga desa memanfaatkan sumur sebagai sumber air untuk mengairi pekarangan mereka. Selain itu ada juga warga yang memanfaatkan kolam ikan, sungai, atau hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi pekarangannya (Tabel 10).

21

Desa Bantarsari berada di ketinggian 165 mdpl dengan letak yang berdekatan dengan jalur utama antara Kota Bogor dan Kecamatan Parung. Penggunaan lahan pertanian didominasi oleh sawah, ladang, dan kebun. Sejak beberapa tahun yang lalu, warga desa membudidayakan jambu kristal yang sekarang menjadi komoditas andalan mereka. Sumber air yang digunakan warga untuk mengairi pekarangannya yaitu sumur (50%), sungai, kolam ikan, atau mengandalkan air hujan (Tabel 10). Tabel 10 Kondisi lingkungan desa lokasi penelitian di Kabupaten Bogor

Nama Desa Ketinggian (mdpl)

Jarak ke kota (km)

Sumber air pekarangan (%) Komoditas andalan sumur kolam sungai hujan

Situ Udik 460 10.0 50 20 30 0 Padi

Cikarawang 193 3.0 60 20 10 10 Jambu kristal Bantarsari 165 6.0 50 10 10 30 Jambu kristal

4.1.2.2. Pekarangan Kampung di Kabupaten Bogor

Ukuran rata-rata pekarangan di Desa Situ Udik (Gambar 11), Cikarawang (Gambar 12), dan Bantarsari (Gambar 13) berturut-turut adalah 175.1 m2, 93.5 m2, dan 160.2 m2. Adapun luas pekarangan terbesar di masing-masing desa tersebut yaitu 500 m2, 300 m2, dan 600 m2, sedangkan luas terkecilnya yaitu 40 m2, 10 m2, dan 6 m2 (Tabel 11). Beberapa pekarangan di Desa Situ Udik dan Bantarsari tidak memiliki zona depan karena letak rumahnya sangat berdekatan dengan jalan, sehingga ruang yang ada dimanfaatkan untuk akses keluar masuk orang maupun kendaraan. Seluruh pekarangan di Desa Cikarawang memiliki zona depan, namun hanya 20% pekarangan yang memiliki zona belakang (Tabel 11). Persentase keber- adaaan kandang ternak kecil (KTK) di ketiga desa ini lebih besar daripada kandang ternak besar (KTB). Pekarangan kampung yang paling banyak memiliki KTB yakni di Situ Udik, sedangkan yang paling banyak memiliki KTK yakni di Cikarawang. Tabel 11 Luas area, zonasi, dan fasilitas pekarangan di Desa Situ Udik, Cikarawang,

dan Bantarsari

Nama Desa Luas (m

2) Zonasi (%) Fasilitas (%)

Min Maks Rata-rata Dpn Blk Ki Ka KTB KTK Kol Situ Udik 40 500 175.1 80 80 60 40 50 60 20 Cikarawang 10 300 93.5 100 20 40 60 20 70 20 Bantarsari 6 600 160.2 80 30 60 10 0 50 50

Keterangan: Dpn = depan Blk = belakang Ki = samping kiri Ka = samping kanan KTB = kandang ternak besar KTK = kandang ternak besar Kol = kolam ikan

Kebanyakan tanaman pekarangan yang ada di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari termasuk kelompok strata I dan II. Keragaman jenis tanaman strata V di Desa Situ Udik paling banyak daripada desa lainnya. Rata-rata di pekarangan setiap desa memiliki 27 jenis tanaman strata I, 21 jenis tanaman strata II, 10 jenis tanaman strata III, hanya 2 jenis tanaman strata IV, dan 9 jenis tanaman strata V. Kemudian berdasarkan fungsi tanaman, keragaman spesies tanaman hias yang paling banyak di pekarangan ketiga desa tersebut. Pekarangan di Desa Cikarawang memiliki keragaman jenis buah-buahan yang paling banyak (Tabel 12). Tanaman buah yang populer di Desa Cikarawang yaitu jambu kristal (Psidium guajava L.), meskipun buah ini aslinya berasal dari Taiwan. Rata-rata jumlah jenis tanaman hias di setiap pekarangan kampung yaitu 20 jenis. Tanaman buah merupakan tanaman pangan memiliki variasi jenis yang paling banyak di pekarangan Kabupaten Bogor.

Berbeda halnya dengan tanaman yang beraneka ragam, hewan ternak di pekarangan hanya terdiri dari beberapa spesies. Fasilitas kandang ternak kecil yang ada di pekarangan Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari hanya diisi ayam kampung (Gallus domesticus). Pemanfaatan kolam di pekarangan biasanya untuk budidaya ikan gurami, lele dumbo, dan ikan mas.

Tabel 12 Jumlah jenis tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan kampung di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari

Nama Desa Strata Tanaman Fungsi Tanaman Ternak I II III IV V a b c d e f g h B K I Situ Udik 24 21 11 2 10 20 7 9 15 12 1 2 4 1 1 2 Cikarawang 24 24 12 1 9 25 2 10 16 13 2 1 1 2 1 1 Bantarsari 34 18 8 2 8 14 4 19 13 15 2 0 3 0 1 3 Rata-rata 27 21 10 2 9 20 4 13 15 13 2 1 3 1 1 2

Keterangan: Fungsi Tanaman = hias (a), obat (b), sayur (c), buah (d), bumbu (e), pati (f), industri (g), dan lainnya (h)

Jenis Ternak = besar (B), kecil (K), ikan / udang air tawar (I)

Gambar 10 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Situ Udik

Gambar 11 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Cikarawang

23

4.1.2.3. Kondisi Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Bogor

Mayoritas anggota KWT di Desa Situ Udik, Desa Cikarawang, dan Desa Bantarsari adalah orang Sunda. KWT Rukun Tani di Desa Bantarsari cukup banyak memiliki anggota yang berstatus warga pendatang karena lokasinya mudah diakses serta dekat dengan jalur utama menuju Kota Depok dan DKI Jakarta. Usia rata-rata anggota KWT di tiap desa yaitu 42, 42, dan 45 tahun. Tingkat pendidikan anggota KWT Teratai di Desa Situ Udik yang hanya lulusan SD sebanyak 50%, ada 20% lulusan SMP, ada 20% lulusan SMA, dan hanya 10% yang lulusan S1. Tingkat pendididkan anggota KWT Mawar di Desa Cikarawang yaitu 60% hanya lulusan SD, 30% lulusan SMP, 20% lulusan SMA, dan tidak ada responden yang lulusan D3/S1. Tingkat pendidikan anggota KWT Teratai yaitu 40% hanya lulusan SD, 20% lulusan SMP, 30% lulusan SMA, dan hanya 10% responden lulusan D3/S1.

Jenis pekerjaan mayoritas anggota KWT Teratai adalah IRT (50%), petani dan bekerja mandiri (wirausaha) masing-masing 20%, dan 10% responden yang bekerja sebagai karyawan. Anggota KWT Mawar yang menjadi IRT (40%) dan petani (40%), sedangkan 20% lagi berwirausaha. Ketua KWT Teratai dan Mawar juga berprofesi sebagai petani yang memiliki lahan garapan di luar pekarangannya. Anggota KWT Rukun Tani bekerja sebagai IRT (30%), berwirausaha (30%), dan petani (40%). Pendapatan rata-rata anggota KWT di Situ Udik yaitu Rp 950 000 per bulan, sedangkan di Desa Cikarawang hanya Rp 450 000 per bulan. Rata-rata anggota KWT di Desa Bantarsari memiliki penghasilan mencapai Rp 1 100 000 per bulan (Tabel 13).

Tabel 13 Karakteristik pengelola pekarangan kampung di Desa Situ Udik, Cikara- wang, dan Bantarsari

Nama Desa Rata-

rata usia

Pendidikan (%) Pekerjaan (%) Penghasilan

rata-rata per bulan (Rp) SD SMP SMA D3 / S1 IRT Petani Wira- usaha Karya- wan Lain- lain Situ Udik 42 50 20 20 10 50 20 20 10 0 950 000 Cikarawang 42 60 30 10 0 40 40 20 0 0 450 000 Bantarsari 45 40 20 30 10 30 20 30 0 20 1 100 000

KWT Teratai dibentuk pada tahun 2009, sedangkan KWT Mawar dan Rukun Tani dibentuk tahun 2011. Pelatihan pekarangan merupakan kegiatan rutin KWT yang dibimbing langsung oleh tenaga pendamping. Selain itu, biasanya kegiatan rutin KWT yaitu membuat pangan olahan (Tabel 14). Produk unggulan dari KWT Teratai yaitu pangan olahan yang sebagian bahan bakunya berasal dari pekarangan. Produk unggulan KWT Mawar yaitu jambu kristal dan keripik ubi ungu. Adapun produk unggulan KWT Rukun Tani yaitu produk olahan dari jambu kristal seperti asinan dan manisan jambu kristal, serta berbagai kue jajanan tradisional.

Tabel 14 Karakteristik KWT di Desa Situ Udik, Cikarawang, dan Bantarsari

Desa KWT Tahun berdiri Kegiatan rutin Produk unggulan Situ Udik Teratai 2009 Pelatihan pekarangan,

membuat kue dan arisan

Kue kering dan stroberi Cikarawang Mawar 2011 Pelatihan pekarangan,

membuat pangan olahan

Jambu kristal dan keripik ubi jalar Bantarsari Rukun Tani 2011 Pelatihan pekarangan,

membuat kue kering

Jambu kristal dan kue kering