• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Analisis Situasional 1 Kondisi Umum Kabupaten Bandung

4.1.3. Kondisi Umum Kabupaten Cirebon

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian Timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Cirebon yaitu 99 036 ha yang berada pada posisi 108o40’

– 108o48’ Bujur Timur dan 6o30’ – 7o00’ Lintang Selatan. Batas-batas administratif wilayah Kabupaten Cirebon adalah:

• sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu

• sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Majalengka

• sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan

• sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)

Kabupaten Cirebon terdiri atas 40 kecamatan dan 424 desa, yang mana tiga desa diantaranya sebagai lokasi penelitian, yaitu Desa Bakung Lor di Kecamatan Jamblang, Desa Grogol di Kecamatan Gunung Jati, dan Desa Pegagan Lor di Kecamatan Kapetakan. Jumlah penduduk kabupaten ini sebanyak 2.293 juta jiwa dengan tingkat kepadatan 23.2 orang/ha. Adapun kepadatan penduduk Kecamatan Jamblang, Gunung Jati, dan Kapetakan yaitu masing-masing 23.4, 41.5, dan 9.9 orang/ha (BPS Kab. Cirebon 2014).

Wilayah Kabupaten Cirebon dapat dibagi menjadi dataran rendah yang umumnya terletak disepanjang Pantai Utara sedangkan dataran tinggi di daerah tengah hingga perbatasan Kabupaten Kuningan di kaki Gunung Ceremai. Bentang alam tersebut memiliki rentang topografi mulai dari pesisir pantai (0 mdpl) hingga dataran sedang (130 mdpl). Kabupaten ini beriklim tropis dengan suhu dan curah hujan dipengaruhi oleh daerah pesisir, dataran rendah, dan pegunungan. Suhu udara di Kabupaten Cirebon berkisar antara 24oC – 33oC, dengan curah hujan rata-rata yaitu antara 150 – 3 500 mm/tahun, tergantung pada letak dan ketinggian kawasan. Iklim di Kabupaten Cirebon memiliki curah hujan dan kelembapan udara yang relatif rendah, diantara penyebabnya yaitu dekat dengan pantai. Kondisi umum lingkungan kampung di kabupaten ini relatif kering (Gambar 13).

Gambar 13 Kondisi lingkungan desa dan lahan pertanian di Kabupaten Cirebon Tanah ketiga desa tersebut umumnya berpasir karena berdekatan dengan Pantai Utara, sehingga relatif lebih kering dibandingkan jenis tanah di Kabupaten Bandung dan Bogor. Luas panen palawija pada tahun 2013 mencapai 5 413 ha. Lahan basah paling banyak berupa sawah, kemudian kolam tambak ikan dan udang. Luas panen padi sawah dan ladang di kabupaten ini yaitu 90 948 ha (BPS Kab. Cirebon 2014). Selain padi, komoditas pertanian di kabupaten ini juga didominasi oleh buah, ikan air tawar, dan udang tambak. Pekarangan dan kebun di kabupaten ini banyak ditanami pohon mangga dari berbagai macam varietas karena kondisi lingkungannya yang sesuai. Jumlah pohon mangga yang tersebar di kabupaten ini mencapai 692 768 pohon pada tahun 2013.

25

4.1.3.1. Lingkungan Desa di Kabupaten Cirebon

Desa Bakung Lor berada pada ketinggian 13 mdpl yang berjarak 8.5 km dari Kota Cirebon. Akses ke desa sangat mudah karena dilalui jalan arteri yang meng- hubungkan antara Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu. Tidak banyak ditemui tanaman palawija di desa ini. Sebanyak 70% warga di Desa Bakung Lor memanfaatkan sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan pekarangan, sedangkan lainnya ada yang mengambil air dari kolam atau hanya mengandalkan air hujan (Tabel 15). Warga desa mengalami kesulitan dalam pengairan pekarangan ketika air sumur mereka surut pada musim kemarau. Komoditas pertanian unggulan di Desa Bakung Lor yaitu buah mangga jambu biji.

Desa Grogol berada pada ketinggian 10 mdpl yang berjarak hanya 4.7 km dari Kota Cirebon. Akses transportasi ke desa sangat mudah seperti ke desa Bakung Lor karena keduanya dilalui jalan raya yang sama. Di desa ini jarang ditemukan ladang tanaman palawija. Sebanyak 70% warganya memanfaatkan sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan pekarangan, sedangkan lainnya hanya mengandalkan air hujan. Warga desa sering mengalami kesulitan air karena air sumur surut ketika musim kemarau. Komoditas pertanian unggulan di desa ini yaitu padi.

Desa Pegagan Lor berada pada ketinggian 5 mdpl, yang berjarak 12 km dari Kota Cirebon. Di desa ini jarang ditemukan ladang tanaman palawija. Sebanyak 50% warga Desa Pegagan Lor mengambil air dari sumur untuk pekarangan mereka. Dikarenakan rumah-rumah di desa ini dekat dengan sungai kecil, maka tidak sedikit yang memanfaatkannya sebagai sumber air untuk kebutuhan pekarangan. Selain keluhan kurangnya air sumur untuk pengairan pekarangan ketika musim kemarau, beberapa sumur di Desa Pegagan Lor rasanya sedikit asin akibat rembesan air laut. Komoditas pertanian andalan di Desa Pegagan Lor yaitu padi, budidaya ikan air tawar, dan tambak udang.

Tabel 15 Kondisi lingkungan desa lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon

Nama Desa Ketinggian (mdpl)

Jarak ke kota (km)

Sumber air pekarangan (%) Komoditas andalan sumur kolam sungai hujan

Bakung Lor 13 8.5 70 10 0 20 Jambu merah Grogol 10 4.7 70 0 0 30 Mangga Pegagan Lor 5 12.0 50 10 40 0 Udang tambak

4.1.3.2. Pekarangan Kampung di Kabupaten Cirebon

Pekarangan di Desa Bakung Lor (Gambar 14), Grogol (Gambar 15), dan Pegagan Lor (Gambar 16) memiliki luas rata-rata 88.3 m2, 163.0 m2, dan 182.3 m2. Adapun luas maksimal pekarangan tiap desa tersebut yaitu 625 m2, 300 m2, dan 311 m2, sedang-kan luas minimalnya yaitu 6 m2, 18 m2, dan 40 m2 (Tabel 12). Seluruh pekarangan di ketiga desa tersebut memiliki zona depan, dengan ketersediaan zona belakang dan samping yang bervariasi. Keberadaan kandang ternak besar (KTB) tidak ditemui pada pekarangan di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor, meskipun pekarangan dimungkinkan sebagai tempat pemeliharaan kambing dan sapi. Ketiadaan fasilitas KTB biasanya karena keterbatasan ukuran dan zonasi pekarangan serta kondisi lingkungan masyarakat. Sebanyak 60% pekarangan di Desa Pegagan Lor memiliki kolam ikan yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan dan udang air tawar, sebagai salah satu sumber pendapatan rumah tangga. Pemilik pekarangan mensiasati sempitnya lahan dengan membuat vertikultur.

Pekarangan di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor didominasi oleh tanaman strata I. Pekarangan di ketiga desa tersebut memiliki keragaman strata II dan III yang hampir sama banyaknya (Tabel 13). Berdasarkan fungsinya, tanaman pekarangan yang paling banyak ditemui yaitu jenis tanaman hias dan buah-buahan. Tanaman buah yang umum ditemui di pekarangan yaitu mangga (Mangifera indica) dari berbagai varietas. Desa Grogol memiliki keragaman tanaman pekarangan yang rendah karena tanahnya kering dan kurang subur.Warga Desa Grogol kemudian memanfaatkan pekarangannya untuk beternak unggas (ayam, kalkun, entog, soang, bebek) dan kelinci. Sebagian pekarangan di Desa Pegagan Lor ditanami pisang batu untuk dipanen daunnya, sebagai pembungkus tape ketan.

Tabel 16 Luas area, zonasi, dan fasilitas pekarangan di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor

Nama Desa Luas (m

2) Zonasi (%) Fasilitas (%)

Min Maks Rata-rata Dpn Blk Ki Ka KTB KTK Kol Bakung Lor 6 625 88.3 100 60 0 10 0 50 20 Grogol 18 300 163.0 100 10 20 50 0 60 30 Pegagan Lor 40 311 182.4 100 70 50 60 0 60 60

Keterangan: Dpn = depan Blk = belakang Ki = samping kiri Ka = samping kanan KTB = kandang ternak besar KTK = kandang ternak besar Kol = kolam ikan Tabel 17 Jumlah jenis tanaman, ternak, dan ikan di pekarangan kampung di Desa

Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor

Nama Desa Strata Tanaman Fungsi Tanaman Ternak I II III IV V a b c d e f g h B K I Bakung Lor 18 13 12 1 5 18 0 7 14 8 1 0 1 0 2 1 Grogol 18 9 7 0 4 22 3 1 10 2 0 0 0 0 6 2 Pegagan Lor 20 13 12 1 6 21 4 4 14 4 2 0 3 0 2 2

Keterangan: Fungsi Tanaman = hias (a), obat (b), sayur (c), buah (d), bumbu (e), pati (f), industri (g), dan lainnya (h)

Jenis Ternak = besar (B), kecil (K), ikan / udang air tawar (I)

Gambar 14 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Bakung Lor

27

Gambar 16 Kondisi dan contoh pemanfaatan pekarangan di Desa Pegagan Lor 4.1.3.3. Kondisi Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Cirebon

Anggota KWT di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor memiliki latar belakang suku Sunda, Jawa, dan Cirebon. Hal tersebut karena memang Kabupaten Cirebon menjadi salah satu tempat akulturasi budaya Sunda dan Jawa. Usia rata- rata anggota KWT di tiap desa tersebut yaitu 42, 49, dan 45 tahun. Pendidikan kebanyakan anggota KWT hanya diselesaikan pada tingkat SD. Tingkat pendidikan anggota KWT di Desa Bakung Lor yaitu lulusan SMP ada 20%, lulusan SMA ada 20%, dan hanya 10% lulusan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan anggota KWT di Desa Grogol yang lulusan SMA ada 30% dan hanya 10% yang lulus perguruan tinggi. Tingkat pendidikan anggota KWT di Desa Pegagan Lor yaitu hanya 10% lulusan SMP, 30% lulusan SMA, dan bahkan tidak ada (0%) lulusan diploma.

Jenis pekerjaan anggota KWT di Bakung Lor sebagai wirausaha sama banyak dengan mereka yang menjadi IRT saja. Adapun anggota KWT di Grogol yang menjadi IRT sebanyak 50%, dan ada 40% yang berwirausaha, serta 10% sebagai karyawan. Di KWT yang ada di Pegagan Lor, mayoritas anggotanya adalah IRT dan sisanya ada yang petani (10%), wirausaha (10%), dan lainnya (10%). Sangat sedikit anggota KWT di Kabupaten Cirebon yang memiliki profesi sebagai petani. Pendapatan rata-rata per bulan dari anggota KWT di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor yaitu Rp 1 000 000, Rp 950 000, dan Rp 500.000 (Tabel 18).

Tabel 18 Karakteristik pengelola pekarangan kampung di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor

Nama Desa Rata-

rata usia

Pendidikan (%) Pekerjaan (%) Penghasilan

rata-rata per bulan (Rp) SD SMP SMA D3 / S1 IRT Petani Wira- usaha Karya- wan Lain- lain Bakung Lor 42 50 20 20 10 50 0 50 0 0 1 000 000 Grogol 49 30 30 30 10 50 0 40 10 0 950 000 PegaganLor 45 60 10 30 0 70 10 10 0 10 550 000

KWT Jambu Alas di Desa Bakung Lor dibentuk pada tahun 2011, sedangkan KWT Bina Sri Lestari di Desa Grogol dan KWT Harum Sari di Desa Pegagan Lor dibentuk tahun 2009. Pelatihan pekarangan dan kebun bibit merupakan kegiatan rutin KWT yang dibimbing langsung oleh tenaga pendamping. Selain itu, biasanya kegiatan rutin KWT yaitu membuat pangan olahan (Tabel 19). Produk unggulan dari KWT Jambu Alas yaitu tape ketan yang sudah produksi untuk dijual. Bungkus tempe ketan ini adalah daun pisang batu yang biasa terdapat di pekarangan. Produk unggulan KWT Bina Sri Lestari yaitu pangan olahan aneka buah, terutama mangga gedong gincu, yang bahan bakunya diperoleh dari desa sekitarnya. Adapun produk unggulan KWT Harum Sari yaitu produk olahan ikan dan kue kering (Tabel 19).

Tabel 19 Karakteristik KWT di Desa Bakung Lor, Grogol, dan Pegagan Lor

Desa KWT Waktu berdiri Kegiatan rutin Produk unggulan Bakung Lor Jambu Alas 2011 Membuat tape

ketan

Jambu biji, tape ketan

Grogol Bina Sri Lestari 2009 Membuat pangan olahan dari buah

Aneka pangan olahan buah mangga Pegagan Lor Harum Sari 2009 Kegiatan PKK,

arisan anggota

Kue kering, pangan olahan ikan

4.2. Analisis Karakter Agroekosistem Pekarangan