• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH KERITING Saluran pemasaran

Pemasaran adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk menghantarkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Untuk menghubungkan antara produsen dan konsumen biasanya terdapat lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut jika diurutkan akan membentuk suatu saluran. Cabai merah keriting sama seperti hasil pertanian lainnya untuk sampai ke konsumen akhir harus melalui suatu saluran pemasaran baik itu saluran yang pendek maupun panjang. Saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Cikajang jika digambarkan seperti berikut:

Berdasarkan gambar maka dapat diketahui bahwa saluran pemasaran cabai merah di Desa Cikajang meliputi beberapa lembaga pemasaran, yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang kecamatan, pedagang grosir di pasar induk dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Kecamatan – Pedagang Grosir Pasar Induk Kramatjati – Pengecer – Konsumen Jakarta dan Sekitarnya.

2. Petani – Pedagang Kecamatan – Pedagang Grosir Pasar Induk Kramatjati

– Pengecer – Konsumen Jakarta dan Sekitarnya.

3. Petani – Pedagang Kecamatan – Pedagang Grosir Pasar Induk Caringin – Pengecer – Konsumen Bandung.

4. Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Grosir Pasar Induk Cikajang – Pengecer – Konsumen Cikajang dan sekitarnya

5. Petani – Pedagang Grosir Pasar Induk Cikajang – Pengecer – Konsumen Cikajang dan sekitarnya

42 6,66% 3,33% 33,33% 50% 6,66%

Gambar 9. Saluran pemasaran cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang Keterangan : Saluran Pemasaran 1 Saluran Pemasaran 2 Saluran Pemasaran 3 Saluran Pemasaran 4 Saluran Pemasaran 5

Jumlah cabai merah keriting yang dipasarkan di Desa Cikajang mencapai 2 172kg/hari. Petani cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang mayoritas menjual hasil usahataninya melalui pedagang pengumpul desa, sebanyak 56.67% dari 2 172kg total produksi cabai merah keriting disalurkan petani ke pedagang desa, sedangkan 43.33% sisanya disalurkan ke pedagang kecamatan/grosir. Pilihan petani mayoritas melalui pedagang pengumpul desa adalah karena lokasi yang dekat dan sudah menjadi langganan, terikat pinjaman modal dengan pedagang dan juga hasil panen yang diperoleh dalam kuota yang kecil.

Saluran pemasaran 1 merupakan pola saluran yang paling banyak digunakan oleh petani dan pedagang pengumpul desa. Sebanyak 50% petani mempergunakan saluran ini. Petani menjual kepada pedagang pengumpul desa, kemudian

Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Kecamatan Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen Jakarta dan sekitarnya Konsumen Bandung Konsumen Cikajang dan sekitarnya

43 pengumpul desa akan menjualnya kembali ke pedagang kecamatan dan selanjutnya dijual ke Pasar Induk Kramat Jati. Saluran pemasaran ini banyak dipilih karena alasan kuota penjualan hasil panen kecil, ada ikatan modal dengan pedagang dan juga sudah terbiasa menjual ke pedagang yang sama karena lokasi dekat. Pada saluran 1, sebanyak 15 orang petani menjual hasil panennya kepada 8 pedagang pengumpul desa dengan harga rata-rata yang diberikan Rp. 15 933/kg. Pedagang pengumpul menjual kembali dengan harga Rp. 19 000/kg, pedagang pengumpul desa hanya menjual kembali tanpa melakukan proses sortasi hanya melihat sekilas saja, jika hasil panen petani kurang baik pedagang berhak menolak atau mengurangi berat yang rusak. Sortasi biasanya dilakukan oleh petani saat panen dan oleh pedagang kecamatan saat akan mengirim ke Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang kecamatan melakukan sortasi, penimbangan dan pengemasan ulang, kemudian dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati, harga yang diterima pedagang kecamatan Rp. 22 000/kg.

Pola saluran pemasaran 2 digunakan oleh 33.33% petani (10 orang), harga yang ditawarkan ada saluran secara rata-rata lebih tinggi yakni Rp. 17 500/kg tetapi biasanya sistem pembayaran pedagang kecamatan/grosir menetapkan 2 harga, harga pertama adalah harga untuk petani dan harga yang kedua adalah harga untuk pedagang pengumpul desa, ada kesepakatan antara pedagang pengumpul desa dan pedagang kecamatan/pedagang grosir untuk membedakan harga antara pedagang pengumpul desa dan petani, hal ini agar pedagang pengumpul desa tetap punya pangsa pasar, jika pedagang pengumpul desa mengetahui bahwa harga yang diberikan oleh pedagang kecamatan/grosir sama dengan harga yang diberikan kepada petani maka selanjutnya pedagang pengumpul desa tidak bersedia menjual lagi ke pedagang kecamatan tersebut. Beberapa petani dengan luas lahan yang luas dan hasil panen besar yang sudah menjadi pelanggan tetap pedagang kecamatan/grosir, harga yang diberikan sama dengan harga ke pedagang pengumpul desa karena dianggap punya kekuatan tawar dari kuota penjualan. Pedagang kecamatan akan menjual kembali cabai merah keriting ke pedagang grosir di Pasar Induk Kramat Jati dengan harga Rp. 22 000/kg.

Pola saluran pemasaran 3 digunakan oleh 2 orang petani responden, harga yang ditawarkan Rp. 17 000/kg, harga pada saluran ini lebih baik dari saluran 2, tetapi sistem pembayarannya tidak saat transaksi tetapi keesokan harinya sehingga petani harus menunggu terlebih dahulu. Pedagang kecamatan akan melakukan sortasi sebelum cabai merah keriting dijual kembali ke Pasar Induk Caringin. Saluran pemasaran ini sedikit dipilih baik oleh petani ataupun pedagang karena kemampuan untuk menyerap hasil panen cabai merah keriting lebih besar di Pasar Induk Kramat Jati, sehingga menjual ke Pasar Induk Kramat Jati lebih pasti akan terjual, paling banyak yang pernah dijual oleh pedagang kecamatan ke Pasar Induk Caringin adalah 1000kg, normalnya <500kg/hari. Biasanya pedagang kecamatan tidak hanya membawa cabai merah keriting saja tetapi juga cabai rawit. Pedagang grosir di Pasar Induk Caringin memberikan harga Rp. 21 000/kg, selanjutnya dijual ke pengecer bandung Rp.24 000/kg. Pengecer menjual cabai merah keriting dengan sistem ecer per satu kilogram, setengah kilogram, atapun per ons dengan harga Rp. 36 000/kg.

Pola saluran pemasaran 4 dipilih oleh 2 petani responden dengan harga Rp. 16 000/kg, kemudian pedagang pengumpul desa akan menjual kembali ke

44

pedagang grosir langganannya yang ada di Pasar Induk Cikajang. Pedagang grosir ini menjual cabai merah ke pedagang pengecer di Pasar Induk Cikajang dan ke pedagang pengecer di sekitarnya. Pedagang grosir biasanya selain menjual ke pedagang pengecer lokal juga menjual ke Pasar Induk Kramat Jati. Harga yang diberikan pedagang grosir ke pedagang pengumpul desa adalah Rp. 19 000/kg sementara harga yang ditetapkan oleh pedagang grosir ke pedagang pengecer adalah Rp. 22 000/kg yang selanjutnya dijual oleh pedagang pengecer dalam satuan per kilogram atau per ons dengan harga Rp. Rp. 32 000/kg, harga per kilogram biasanya lebih murah daripada harga per ons.

Pola saluran pemasaran ke 5 dipilih oleh 1 orang petani responden dengan harga Rp. 19 000/kg. Saluran pemasaran ini hampir sama dengan saluran 2 dimana petani mendapatkan harga yang tinggi jika kuota hasil panen cabai merah keriting mereka besar. Pedagang grosir ini menjual cabai merah ke pedagang pengecer di Pasar Induk Cikajang dan ke pedagang pengecer di sekitarnya. Pedagang grosir ini biasanya selain menjual ke pedagang pengecer lokal juga menjual ke Pasar Induk Kramat Jati. Harga yang diberikan pedagang grosir ke pedagang pengumpul desa adalah Rp. 19 000/kg sementara harga yang ditetapkan oleh pedagang grosir ke pedagang pengecer adalah Rp. 22 000/kg yang selanjutnya dijual oleh pedagang pengecer dalam satuan per kilogram atau per ons dengan harga Rp. Rp. 32 000/kg, harga per kilogram biasanya lebih murah daripada per ons.

Saluran pemasaran terbentuk pemasaran cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang cenderung panjang karena melibatkan beberapa lembaga pemasaran, banyaknya lembaga pemasaran akan meningkatkan biaya pemasaran yang mengakibatkan inefisiensi dalam pemasaran. Gadre et al (2002), Tahir et al

(2011), Rajur et al (2015) saluran pemasaran yang panjang menyebabkan inefisiensi pemasaran semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat akan mengakibatkan semakin besar marjin pemasaran saluran pemasaran yang langsung kepada konsumen akhir akan memberikan surplus pemasaran tertinggi.

Fungsi Pemasaran

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai merah keriting, masing-masing menjalankan fungsi-fungsi pemasaran dimana setiap lembaga memiliki fungsi-fungsi yang berbeda-beda. Fungsi pemasaran bertujuan untuk memperlancar penyaluran cabai merah keriting dari petani ke konsumen. Pengelompokan fungsi pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987) yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan), fungsi fasilitas (sortasi, grading, penanganan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Fungsi yang tidak dilakukan pada aliran komoditas cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang adalah Fungsi grading, hal ini disebabkan tujuan pemasaran adalah pasar tradisional, hal ini juga sejalan dengan hasil analisis dari Agustian dan Setiajie (2008) yang menyatakan bahwa harga cabai merah dihitung secara rata-rata dan tidak ada grading karena pasar tujuan adalah pasar tradisional.

45 Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani

Secara umum fungsi pemasaran yang dilakukan petani cabai merah keritig di Kecamatan Cikajang adalah fungsi pertukaran yaitu menjual cabai merah keriting ke pedagang pengumpul desa atau ke pedagang kecamatan, tetapi ada sebagaian petani yang juga melaksanan fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan), fungsi fasilitas yakni pembiayaan. Petani dalam 5 saluran pemasaran yang ada melakukan fungsi pemasaran tersebut. Proses penjualan cabai merah keriting oleh petani dilakukan secara bebas dengan memilih pedagang yang memberikan harga yang tertinggi tetapi bagi sebagian petani yang modal usahataninya ada dibantu oleh pedagang dan pedagang membuat ikatan harus menjual kepadanya maka hanya bisa menerima harga yang diberikan pedagang tersebut. Biasanya proses informasi harga dilakukan oleh petani dan pedagang melalui telepon seluler atau petani juga menanyakan ke sesama petani lainnya yang sedang panen.

Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan langsung dilahan oleh petani saat panen dengan cara memetik cabai merah keriting yang dalam kondisi baik, tidak terkena patek, atau busuk buah dan warna cabai sudah berwarna kemerahan. Fungsi pengemasan dilakukan petani ketika panen, hasil panen di masukkan ke karung bekas pupuk untuk kemudian diangkut ke pedagang. Fungsi pengangkutan dilakukan petani dari lahan usahatani mereka hingga ke pinggir jalan dengan menggunakan ojeg (motor) dengan biaya rata-rata Rp. 300/kg. Pengangkutan sendiri dilakukan petani jika lahan usahatani petani jauh dari jalan utama, jika dekat dengan jalan utama maka hasil akan diangkut oleh pedagang, transaksi jual beli dilakukan di lahan petani atau di tempat pedagang, pada saat transaksi pedagang melakukan pengecekan kualitas cabai merah keriting untuk memastikan tidak terdapat cabai merah keriting yang busuk atapun tidak layak dijual.

Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang pengumpul desa melakukan fungsi-fungsi yang sama pada setiap saluran pemasaran. Pedagang pengumpul desa melakukan fungsi-fungsi seperti pembelian, penjualan, pengangkutan, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi harga. Pedagang pengumpul desa memperoleh cabai merah keriting langsung dari petani, cabai merah keriting yang sudah diperoleh dikumpulkan dan tanpa proses sortasi dibawa langsung ke pedagang kecamatan/pedagang grosir. Pedagang desa melakukan fungsi informasi harga melalui pedagang kecamatan/pedagang grosir, informasi harga tersebut menjadi patokan penentuan harga bagi pedagang desa untuk menentukan harga pembelian dari petani. Fungsi pembiayaan yang dilakukan pedagang desa adalah pembayaran secara tunai kepada petani dan juga menanggung biaya ongkos kirim angkutan cabai merah keriting mulai dari tempat pedagang pengumpul desa hingga sampai ke tempat pedagang kecamatan/pedagang grosir. Pembayaran yang dilakukan pedagang desa kepada petani biasanya adalah tunai saat transaksi ataupun satu hari setelahnya. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Kecamatan

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang kecamatan meliputi fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (sortasi, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Pedagang kecamatan memperoleh cabai merah melalui petani

46

langsung atau melalui pedagang pengumpul desa, biasanya petani ataupun pedagang pengumpul desa mengantarkan sendiri cabainya tetapi ada juga beberapa yang diangkut oleh pedagang kecamatan, nanti biaya angkutan akan dihitung dan dikurangkan dengan harga jual cabai merah keriting.

Fungsi pengemasan dilakukan oleh pedagang kecamatan setelah cabai merah keriting berada di gudang pedagang, sebelum dikemas terlebih dahulu dilakukan fungsi sortasi untuk memisahkan yang rusak/patek dengan yang baik, fungsi sortasi dilakukan tanpa ada proses grading hanya melakukan pemisahan antara yang tidak layak dijual dan yang layak dijual, fungsi grading tidak dilakukan karena pasar tujuan adalah ke pasar tradisional. Pedagang kecamatan melakukan fungsi penanggungan risiko selama cabai merah keriting ada ditangan pedagang kecamatan sampai cabai merah keriting sampai di tangan pedagang grosir pasar induk ataupun berada ditangan pedagang pengecer di pasar lokal dan pedagang juga menghadapi fungsi risiko harga yang bisa berubah-ubah, informasi harga yang diterima pedagang tidak selalu bisa menjadi jaminan harga ketika transaksi akan dilakukan. Informasi harga sendiri sudah diketahui oleh pedagang sejak pagi hari melalui pedagang grosir pasar induk tetapi pada saat transaksi sekitar jam 11 malam di Pasar Induk Kramat Jati bisa terjadi perubahan harga yang signifikan akibat pasokan yang melimpah di Pasar Induk Kramat Jati yang dapat menyebabkan pedagang tidak mendapatkan keuntungan atau bisa rugi, karena pasokan cabai merah keriting untuk tujuan Pasar Induk Kramat Jati bukan hanya dari Kabupaten Garut tetapi juga dari daerah Jawa Tengah, Sumatra terutama dari 5 sentra produksi cabai merah keriting di Jawa Barat yaitu Lembang, Pengalengan, Cipanas, Ciwidey, STA Ciamis. Pasokan yang tiba-tiba melimpah bisa terjadi tanpa dapat diprediksi oleh pedagang, selain itu harga juga bisa tidak pasti akibat kesalahan informasi stok di masing-masing pedagang grosir, sisa stok dari proses transaksi satu hari sebelumnya yang tidak semua laku terjual sehingga ada penumpukan stok yang menyebabkan penurunan harga.

Fungsi pembiayaan dilakukan oleh pedagang kecamatan/pedagang grosir dengan melakukan pembayaran kepada pedagang desa ataupun petani dengan cara tunai saat transaksi jual beli ataupun satu hari setelahnya, fungsi penanggungan biaya pengangkutan dari gudang pedagang kecamatan/pedagang grosir menuju pasar tujuan seperti Pasar Induk Kramat Jati ataupun Pasar Induk Caringin. Fungsi informasi harga diperoleh oleh pedagang kecamatan/pedagang grosir dari pedagang grosir di lokasi pasar induk, harga ini selanjutnya yang menjadi patokan harga yang dipergunakan oleh pedagang kecamatan/pedagang grosir untuk menentukan harga beli kepada petani ataupun kepada pedagang desa. Biaya pengangkutan dari Kecamatan Cikajang ke pasar induk jakarta dengan mempergunakan truk engkel yang dikenakan biaya untuk sekali angkutan Rp. 1 400 000 dengan kapasitas muatan 2.5 Ton.

Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Grosir di Pasar Induk

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh Pedagang Grosir di semua Pasar Induk hampir sama yakni fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), Fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (sortasi, grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Fungsi pertukaran, transaksi pembelian antara pedagang kecamatan dan pedagang grosir pasar induk terjadi setelah sebelumnya ada komunikasi, kemudian pihak pedagang

47 kecamatan akan mengirimkan cabainya. Fungsi penjualan dilakukan oleh pedagang grosir dengan pedagang pengecer dengan menetapkan harga dan kuota minimal pembelian 5kg.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang grosir adalah fungsi pengangkutan dan fungsi pengemasan, fungsi pengangkutan dilakukan oleh pedagang grosir mulai dari bongkar muat dari truk, kemudian melakukan penimbangan. Biasanya untuk bongkar muat selain dibantu oleh karyawannya pedagang grosir juga membayar kuli angkut. Fungsi pengemasan kembali dilakukan oleh pedagang grosir untuk dijual kembali ke pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan kadang-kadang dilakukan oleh pedagang pengecer jika cabai tidak habis terjual . Fungsi sortasi dilakukan pedagang saat stok tidak segera habis maka pedagang grosir melakukan pengecekan untuk memisahkan yang rusak dan yang masih layak dijual.

Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang grosir adalah risiko penyusutan barang dagangan yang belum laku terjual. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang grosir adalah melakukan pembayaran kepada pedagang kecamatan secara tunai, membayar biaya sewa kios tenaga kerja, biaya, retribusi, bongkar muat, pengemasan, biaya penyusutan, biaya komunikasi.

Fungsi informasi harga cabai merah keriting diperoleh oleh pedagang grosir dengan mengamati proses pembentukan harga yang terjadi sehari sebelumnya, dan memperhitungkan banyaknya jumlah cabai yang terjual maupun jumlah cabai yang masih tersisa. Pedagang grosir juga melakukan pengecekan stok cabai yang tersisa pada di masing-masing pedagang grosir lainnya, pedagang grosir Kramat Jati juga menghubungi pedagang grosir lainnya yang terdapat diluar Pasar Induk Kramat Jati seperti Pasar Induk Cibitung, Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang, dan Pasar Kemang di Bogor.

Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer melakukan kegiatan yang sama pada semua saluran pemasaran cabai merah keriting, baik pada Saluran 1,2,3,4 maupun 5. Kegiatan tersebut meliputi fungsi pertukaran fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), Fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (sortasi, grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar). Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir dan memperoleh pasokan cabai dari pedagang grosir. Pedagang pengecer biasanya langsung mendatangi pedagang grosir untuk melakukan pembelian cabai merah keriting, transaksi jual beli biasanya terjadi di pasar induk. Pengangkutan biasanya dengan mempergunakan angkutan umum atau motor/ojek dan biaya angkutan ditanggung oleh pedagang pengecer.

Fungsi penyimpanan kadang-kadang dilakukan oleh pedagang pengecer jika cabai tidak habis terjual. Fungsi sortasi dilakukan oleh pedagang pengecer saat cabai merah keriting ada yang sudah mulai busuk dan tidak layak dijual. Penanggungan risiko berupa penyusutan akibat tidak segera habis terjual. Fungsi pembiayaan meliputi modal untuk membeli cabai, biaya pengangkutan, biaya sewa kios/lapak, biaya retribusi, biaya penyusutan, pengemasan. Sedangkan fungsi informasi harga berupa perkembangan harga beli dan jual yang diperoleh dari pedagang grosir dan sesama pedagang pengecer di pasar tempat pedagang tersebut berjualan.

48

Tabel 8 Fungsi lembaga pemasaran cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang Fungsi Pemasaran Petani PPD P.Kecamatan P Grosir Pengecer

Pertukaran a. Pembelian -     b. Penjualan      Fisik a. Pengangkutan *     b. Penyimpanan - - - * * c. Pengemasan      Fasilitas a. Sortasi  -    b. Grading - - - - - c. Pembiayaan      d. Penanggungan risiko - -    e. Informasi harga -    

Keterangan : - Tidak dilakukan Dilakukan *Kadang dilakukan PPD : Pedagang Pengumpul desa Struktur Pasar

Struktur pasar diidentifikasi dari jumlah penjual dan pembeli yang terlibat dalam pasar, kebebasan keluar masuk pasar, sifat produk yang diperjualbelikan, dan informasi pasar yang diperoleh. Struktur pasar yang dihadapi oleh masing- masing pelaku pasar dalam pemasaran cabai merah keriting di Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:

Petani

Struktur pasar yang dihadapi petai cabai merah keriting mengarah pada struktur pasar oligopsoni, dimana jumlah pedagang pengumpul desa sebagai pembeli terbatas sedangkan petani cabai merah keriting banyak. Komoditi yang diperjualbelikan bersifat homogen yakni cabai merah keriting dalam bentuk segar. Hambatan masuk pasar petani cenderung rendah karena petani mayoritas bebas untuk memilih memasarkan cabainya ke pedagang manapun sesuai dengan tawaran harga yang menarik bagi petani, kecuali untuk petani yang punya ikatan hutang modal kepada pedagang maka tidak bisa memilih saluran pemasaran karena sudah terikat perjanjian dengan pedagang.

Proses penentuan harga yang terjadi antara petani dan pedagang adalah posisi tawar pedagang lebih kuat untuk menentukan meskipun ada terjadi tawar menawar harga tetapi yang memutuskan harga adalah pedagang, harga yang ditetapkan pedagang mengikuti perubahan harga yang terjadi dipasaran sesuai dengan informasi harga yang diterima oleh pedagang dari pedagang level diatasnya.

Pedagang pengumpul desa

Pedagang pengumpul desa menghadapi struktur pasar yang mengarah ke bentuk oligopsoni, dimana jumlah pedagang pengumpul desa banyak sementara pedagang kecamatan/pedagang grosir terbatas. Hambatan keluar masuk pasar cukup tinggi karena dibutuhkan jumlah modal yang cukup besar untuk mampu membeli cabai dari petani, adanya persaingan dengan sesama pedagang yang

49 menawarkan pembayaran cabai secara tunai menyebabkan pedagang pengumpul desa harus selalu menyediakan uang tunai, dan juga ada pedagang yang memberikan modal usahatani kepada petani untuk mengikat penjualan hasil pertaniannya hal inilah yang menjadikan modal menjadi faktor penting selain faktor kebiasaan dan hubungan yang baik antara pedagang dan petani. Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen yakni cabai merah keriting segar.

Proses penentuan harga antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang kecamatan/pedagang grosir terjadi tawar menawar harga dengan mengikuti harga yang ada dipasaran tetapi yang menentukan harga tetap di pihak pedagang kecamatan/pedagang grosir, patokan harga yang digunakan adalah informasi harga yang diterima oleh pedagang kecamatan dari pedagang tujuan pemasaran dipasar induk.

Pedagang kecamatan

Pedagang kecamatan menghadapi struktur pasar yang mengarah oligopsoni, dimana terdapat banyak pedagang kecamatan tetapi pedagang grosir pasar induk terbatas. Hambatan masuk pasar relatif tinggi karena untuk menjadi pedagang kecamatan dibutuhkan modal yang tidak sedikit, selain modal untuk membeli cabai merah keriting juga dibutuhkan modal untuk membiayai biaya transportasi dari tempat pedagang menuju ke pasar induk tujuan masing-masing seperti Pasar Induk Kramat Jati dan juga Pasar Induk Caringin yang biayanya relatif besar Rp. 1 400 000 satu kali angkutan, tetapi biasanya oleh beberapa

Dokumen terkait