• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Lokasi dipilih secara purposive, yakni berdasarkan pertimbangan bahwa Garut merupakan salah satu sentra produksi cabai yang menyuplai cabai untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta. Waktu pelaksanaan Maret 2016 sampai dengan April 2016.

Kajian Sistem Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan Cikajang

Kinerja Sistem Pemasaran Cabai Merah Keriting : Efisiensi Operasional

 Marjin pemasaran

Farmer’s share

 Rasio keuntungan dan biaya (π/c) Efisiensi Harga

 Integrasi Pasar

Saran untuk pengembangan pemasaran cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang.

Permintaan cabai merah keriting terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk

Fluktuasi harga cabai merah di tingkat petani Kecamatan Cikajang dengan harga cabai merah keriting di tingkat konsumen Bandung dan Jakarta menunjukkan pola Fluktuasi yang sama. Namun apakah perubahan harga tersebut di transimisikan secara sempurna kepada petani produsen, dan apakah terjadi pembagian keuntungan yang adil pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat

31 Jenis dan Sumber Data

Data yang Digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan survei serta wawancara individu terhadap target responden di lokasi penelitian yaitu di tingkat usahatani dan pemasaran. Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha dalam rantai pemasaran cabai (petani, pengumpul desa, pedagang kecamatan, pedagang grosir dan pengecer). Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, serta hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan sumber lainnya.

Metode Penentuan Sampel

Data yang Digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Penentuan responden petani dilakukan secara simple random sampling

dengan mendatangi petani yang didampingi oleh PPL. Responden petani yang digunakan 30 orang petani, 9 pedagang pengumpul desa, 7 pedagang kecamatan, 4 pedagang grosir pasar induk, 8 pedagang pengecer. Responden pedagang diperoleh dilakukan dengan mengikuti alur pemasaran cabai merah keriting sesuai dengan informasi responden sebelumnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series harga harian (5 week day) cabai merah keriting di tingkat petani, tingkat Pasar Induk Kramat jati (grosir), Pengecer (retail) dari bulan November 2015 sampai dengan Desember 2015 (n=44). Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, serta hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan sumber lainnya.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar serta perilaku pasar melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Pengolahan data kuantatif digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan tabulasi data sedangkan Eviews 7 dipergunakan untuk melihat keterpaduan pasar.

Analisis Saluran Pemasaran

Analisis saluran pemasaran dilakukan dengan mengamati rantai pemasaran cabai merah yang terjadi mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir. Jalur pemasaran ini menggambarkan pola saluran pemasaran yang terjadi .

32

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran

Analisis lembaga dan fungsi pemasaran dilakukan dengan mengamati setiap lembaga pemasaran yang terlibat dan memperhatikan setiap aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran.

Analisis Struktur Pasar

Untuk menentukan struktur pasar dilakukan dengan mengamati karakteristik jumlah atau ukuran perusahaan (penjual dan pembeli), sifat produk atau kondisi produk, kemudahan untuk keluar masuk pasar, pengaruh terhadap harga.

Analisis Efisiensi Operasional Marjin Pemasaran

Analisis marjin pemasaran akan dilakukan secara kuantitatif. Analisis ini berdasarkan pada data primer yang dikumpulkan dari setiap tingkat lembaga pemasaran mulai dari produsen sampai dengan konsumen. Tomek dan Robinson (1990) menyatakan bahwa margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.

Besarnya marjin pemasaran dipengaruhi oleh panjang tidaknya saluran pemasaran. Selain itu, sebagai ukuran efisiensi pemasaran beberapa indikator yang dapat digunakan dan cara perhitungan dari Marjin pemasaran total (MT), marjin tiap lembaga tertentu yaitu Mi sehingga secara matematik akan diperoleh perhitungan sebagai berikut (Asmarantaka, 2012) ;

MT = Pr - Pf ...(1)

MT = Ci + πi...(2) Dengan demikian diperoleh : Pr - Pf = Ci + πi...(3)

Maka Besarnya marjin pemasaran dengan mempergunakan (1) dan (2) adalah sebagai berikut :

MT = ∑ ...(4)

Dengan deimikian marjin tingkat lembaga pemasaran ke-i adalah Mi = Pji – Pbi ...(5)

Keterangan :

MT : Margin pemasaran total cabe merah keriting

Pr : Harga cabe merah keriting di tingkat konsumen (Rp/kg) Pf : Harga cabe merah keriting di tingkat petani (Rp/kg) Ci : Biaya tataniaga pada lembaga pemasaran ke-i

33

πi : Keuntungan lembaga akibat adanya sistem pemasaran Mi : Marjin pemasaran pada tingkat pemasaran ke-i, i = 1,2,..., n

Pji : Harga penjualan cabe merah keriting untuk lembaga pemasaran ke-i Pbi : Harga pembelian cabe merah keriting untuk lembaga pemasaran ke-i

Farmer’s Share

Farmer Share menurut Hudson (2007) merupakan rasio antara harga ditingkat petani terhadap harga ditingkat pedagang. Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan harga jual petani sebagai harga dasar (Pf) dan dibandingkan dengan harga beli pedagang ditingkat konsumen akhir (Pr) dikalikan dengan 100 persen. Perhitungan farmer’s

share secara matematis adalah sebagai berikut : FS =

X 100 persen dimana:

FS : Bagian harga yang diterima petani cabe (Rp/kg) Pf : Harga cabe ditingkat petani (Rp/kg)

Pr : Harga cabe ditingkat konsumen (Rp/kg) Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran

Besarnya rasio keuntungan dan biaya pemasaran digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga. Semakin Menyebarnya rasio keutungan dan biaya pemasaran maka sistem tataniaga semakin efisien. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dirumuskan sebagai berikut :

Rasio keuntungan dan biaya = π / c

Dimana :

Π : Keuntungan lembaga pemasaran C : Biaya Pemasaran

Apabila penyebaran rasio keuntungan dan biaya pemasaran merata maka sistem pemasaran tersebut efisien.

Analisis Efisiensi Harga (Keterpaduan Pasar)

Integrasi pasar dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan hubungan yang dianalisis yaitu integrasi pasar spasial dan integrasi pasar vertikal. Integrasi pasar spasial bertujuan untuk melihat tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya, sementara analisis integrasi vertikal bertujuan untuk melihat keeratan hubungan antara lembaga pemasaran yang satu dengan lainnya dalam sistem pemasaran. Dua pasar dikatakan terpadu apabila perubahan harga dari salah satu pasar atau tingkat lembaga disalurkan ke pasar lainnya. Integrasi pasar terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi tersebut disalurkan dengan cepat.

34

Analisis keterpaduan/integrasi pasar dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Ravallion (1986), yang menyatakan bahwa model integrasi pasar dapat digunakan untuk mengukur tingkatan harga di pasar konsumsi dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dan saat ini. Model analisis ini memiliki keunggulan mampu mengungkapkan dengan jelas peran pasar acuan, arah transmisi harga, kecepatan transmisi harga, tingkat keterisolasian dan tingkat keterpaduan pasar. Analisis integrasi pasar dilakukan pada pasar tingkat petani dan pasar pada Tingkat pedagang Grosir di Pasar Induk Kramat Jati. Pasar pada tingkat petani cabai sebagai pasar lokal, sedangkan pasar pada tingkat pedagang grosir Pasar Induk Kramat Jati sebagai pasar acuan. Maka rumus yang digunakan sebagai berikut :

Pit = (1+b1) Pit + b2 (Pt – Pt-1) + (b3 – b1) + B4X Dimana :

Pit : Harga cabai merah keriting di pasar lokal (waktu t) (Rp/kg) Pt-1 : Harga cabai merah keriting di pasar lokal (waktu t-1) (Rp/kg) Pt : Harga cabai merah keriting di pasar acuan (waktu t) (Rp/kg) Pt-1 : Harga cabai merah keriting di pasar acuan (waktu t-1) (Rp/kg) X : Faktor musim dan faktor lain

Adapun ;

(1+b1) : Koefisien lag harga di tingkat pasar lokal ke -1 pada waktu t-1

b2 : Koefisien lag harga di tingkat pasar acuan pada waktu t (Pt ) dan t-1 (Pt-1) b3– b1 : Koefisien lag harga di tingkat pasar t-1

Koefisien b2 menunjukkan berapa besar perubahan harga di pasar acuan yang ditransmisikan ke harga di pasar lokal. Koefisien b1 dan b3 mencerminkan seberapa jauh kontributif relatif harga periode sebelumnya dari pasar lokal dan pasar acuan terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di pasar lokal. Rasio antara keduanya merupakan indeks hubungan pasar (Index of Marketing Connection) IMC dirumuskan sebagi berikut :

IMC =

atau = 3 1

b b

Jika nilai IMC kurang dari satu menunjukkan integrasi jangka pendek. Sedangkan b2 adalah pengukuran laju perubahan harga di pasar acuan yang ditransmisikan ke pasar lokal yang digunakan untuk mengukur integrasi jangka panjang. Nilai b2 mengukur integrasi jangka panjang dan nilai yang diharapkan adalah satu atau mendekati satu. Jika nilai koefisien b2 adalah satu (b2=1) maka kedua pasar terintegrasi dalam jangka panjang. Perbedaan antara dua indikator adalah bahwa b2 menunjukkan persentase perubahan harga yang terjadi di pasar acuan yang ditransmisikan ke pasar lokal. IMC menunjukkan persentase harga produsen saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga produsen di pasar lokal dan pasar acuan pada waktu sebelumnya.

35 Berikut merupakan tabel syarat integrasi pasar jangka pendek dan jangka panjang.

Tabel 5 Syarat integrasi pasar

Keterangan Jangka pendek Jangka panjang

Integrasi kuat IMC mendekati 0 IMC < 1

b2 mendekati 1 (>0.5) Integrasi lemah IMC > 1 b2 mendekati 0 (< 0.5) Tidak terintegrasi IMC tinggi b2 sangat mendekati 0

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

Dokumen terkait