• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian selatan dan memiliki luas wilayah administratif sebesar 30 6519 Ha (3.065.19 Km2). Secara administratif Kabupaten Garut mempunyai 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 403 desa. Secara geografis, Kabupaten Garut terletak antara 6056’49’’ – 7045’00’’ LS dan 107025’8’’ – 10807’30’’ BT (Pemkab Garut, 2014). Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Garut, Perekonomian Kabupaten Garut dari tahun ke tahun mengandalkan sektor pertanian. Produk yang menjadi yang andalan Kabupaten Garut diantaranya padi, tomat, cabai, jagung, kedelai, kubis dan kentang. Kabupaten Garut juga dikenal sebagai salah satu sentra produksi sayuran, sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani Kabupaten Garut adalah sayuran dataran tinggi yag mempunyai nilai ekonomis tinggi salah satunya adalah komoditas cabai merah. Luas lahan cabai merah 5 530 Ha dengan total produksi 81 809 Ton. Kecamatan yang menjadi sentra produksi cabai merah adalah kecamatan Cikajang, Pasirwangi, Cilawu, Bayongbong, Cisurupan dan Kecamatan Cigedug (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, 2015).

Kecamatan Cikajang Berada di bagian selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Cikajang berada 1 200 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan suhu rata-rata 19-200C. Letak topografi desa di Kecamatan Cikajang secara umum berada di wilayah dataran (10 desa), sedangkan 2 desa lainnya berada di wilayah lereng/perbukitan. Kecamatan Cikajang memiliki lahan pertanian seluas 12 152 Ha dengan topografi landai (40.63%), topografi pegunungan (44.31%), dan topografi datar (15.06%). Umumnya jenis tanah di wilayah Kecamatan Cikajang bertesktur lempung berpasir (23.54%) dan tanah liat (73.54%). PH tanah berkisar antara 5.5-6.5. Curah hujan yang dimiliki Kecamatan Cikajang cukup tinggi yaitu rata-rata 361 mm/bulan, ini menandakan bahwa kecamatan cikajang tergolong tipe C menurut data curah hujan yang diperoleh UPTD SDAP (Sumber Daya Air dan Pertambangan) Kecamatan cikajang.

36

Aktivitas Penanaman Cabai Merah Keriting

Produksi cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang melalui beberapa tahapan mulai dari persiapan lahan, penyemaian benih, pembibitan, pemasangan mulsa, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

1. Persiapan lahan

Pada tahap pertama dilakukan pengolahan tanah dengan cara pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, plastik mulsa dan sampah lainnya. Kemudian tanah di cangkul untuk mengemburkan kembali tanah. Kedalaman cangkul berkisar anatara 20-30 cm agar akar tanaman leluasa memperoleh zat hara. Setelah tanah gembur dibuat bedengan setinggi 30 cm hingga 40 cm dengan lebar bedengan 100-120 cm, serta jarak antar bedengan 40-50 cm dengan tujuan agar ada jalan yang bisa dilalui petani. Panjang bedengan tergantung dari luas lahan dan bentuk lahan yang dimiliki petani.

Pemupukan dasar dilakukan pada bedengan yang telah dibentuk, dengan pupuk kandang yakni kotoran ayam/kambing/domba menjadi pupuk dasar. Dosis pupuk rata-rata yang diberikan berkisar 1 ton per 1 patok (0.04 ha) dengan asumsi 1kg per satu tanaman dan juga pupuk kimia ZA, TSP, Ponska, Puradan. Dosis pupuk untuk luas tanah 1 patok biasanya ZA 15-20kg, TSP 15-20 kg, Ponska 5- 10kg, Puradan 2kg, tetapi itu tergantung dari kemampuan modal dan pertimbangan petani sendiri setiap petani bisa berbeda-beda dalam dosis pupuk yang dipergunakan. Tanah dengan pH rendah akan dilakukan sekaligus pengapuran untuk menetralkan tanah.

2. Pemasangan Mulsa

Pada umumnya petani di Kecamatan Cikajang sudah mempergunakan mulsa untuk menghindari tercucinya pupuk oleh air hujan dan juga sekaligus untuk mengurangi gangguan hama penyakit, gulma dan juga untuk menjaga suhu dan kelembapan tanah tetap stabil. Mulsa yang dipasang akan dilubangi dengan pola sejajar atau menyilang sesuai dengan jenis tanaman sayuran yang akan ditumpangsarikan. Rata-rata petani responden mempergunakan pola menyilang pada setiap bedengan. Dua lubang pada sisi kanan dan kiri dengan masin-masing jarak 50X50 cm atau 50X75 cm dan satu lubang yang berada ditengah kedua lubang kanan dan kiri dengan jarak antar lubang 30X30 cm.

3. Penyemaian Benih dan Pembibitan

Penyemaian benih cabai merah keriting dilakukan pada bedengan khusus untuk pembibitan, jarak antar tebaran 3-6 cm. Setelah benih ditebarkan, di atas benih ditaburkan pupuk kandang dan kompos. Setiap meter persegi luas bedengan diberi 5-10kg pupuk kandang. Benih yang ditebarkan harus dilindungi dari terpaan sinar matahari langsung ataupun air hujan, diatas bedengan diberi naungan yang tingginya 1m dibagian barat dan 1,5m dibagian timur bedengan. Perawatan bibit dilakukan dengan penyiraman pada pagi dan sore hari. Setelah 1-2 mingu bibit cabai merah keriting mulai bertunas, bila sudah 2 minggu maka naungan sudah bisa dibuang, setelah 3 minggu bibit cabai sudah bisa dipindah ke lahan untuk ditanam.

4. Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan penyemprotan insektisida ke dalam lubang tanam. Waktu penanaman biasanya dilakukan pagi hari antara pukul 07.00-09.00

37 WIB atau sore hari setelah pukul 15.00 WIB untuk menghindari cabai layu jika terkena panas matahari.

5. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan cabai merah meliputi penyulaman, penyiraman, pemasangan ajir, pemupukan tambahan, dan pengendalian hama penyakit. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman utama yang mati atau gagal tumbuh dengan baik. Kegiatan penyiraman dilakukan pada saat musim kemarau atau jika kondisi tanah kering. Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman cabai merah berusia 4 minggu pemasangan ajir bertujuan untuk menopang tanaman cabai.

Pemupukan tambahan diberikan 1 minggu setelah penanaman, pemupukan dilakukan dengan sistem kocoran larutan hasil campuran pupuk dengan air dengan dosis tertentu. Pupuk yang biasa dipergunakan petani antara lain pupuk TSP, KCL, KNO, NPK. Sedangkan pemberian obat-obatan seperti fungsida dan insektisida pada umumnya dilakukan dua minggu satu kali, namun jika serangan hama penyakit cukup parah maka akan dilakukan penyemprotan 1-2 kali dalam satu minggu.

6. Panen dan Pasca Panen

Tanaman cabai merah keriting dapat dipanen pertama kalinya pada usia 3-4 bulan setelah masa tanam dan panen dapat dilakukan 15-20 kali. Namun umumnya masa panen cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang adalah 15 kali panen, produksi cabai setiap panennya tidak sama. Pada awal-awal panen hasilnya lebih sedikit selanjutnya meningkat kemudian menurun kembali karena tanaman sudah mulai banyak yang tidak produktif. Panen biasanya dilakukan pada pagi hari, penyortiran dilakukan pada saat pemetikan dipilih cabai yang sudah mulai merah. Cabai yang sudah dipetik dimasukkan kedalam karung bekas pupuk untuk kemudian dijual.

Kondisi Infrastruktur dan Akses Permodalan Sarana Transportasi

Akses transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran cabai merah keriting, karena sifat cabai merah keriting yang dikonsumsi dalam keadaan segar dan tidak tahan disimpan lama maka dibutuhkan sarana transportasi yang cepat agar segera sampai ditangan konsumen. Akses transportasi dan kondisi jalan di Kecamatan Cikajang sudah cukup baik, kondisi jalan sudah hot mix aspal, untuk pengangkutan hasil pertanian dari Kecamatan Cikajang ke daerah lain sudah sangat mudah karena ada banyak jasa penyewaan truk yang tersedia dan setiap harinya melayani pengangkutan hasil pertanian ke pasar diluar Kecamatan Cikajang seperti tujuan Pasar Induk Kramat Jati (Jakarta), Pasar Induk Cibitung (Bekasi), Pasar Tanah Tinggi (Tangerang),Pasar Induk Kemang (Bogor), Pasar Induk Caringin (Bandung) yang tarifnya sesuai dengan daerah tujuan masing- masing.

Sarana transportasi bagi petani sendiri ada yang punya mobil atau motor, mayoritas petani sudah memiliki kendaraan bermotor sendiri. Kendaraan bermotor sangat berguna bagi petani untuk menuju daerah lahan pertaniannya dan juga juga untuk mengangkut sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan, bibit dan

38

juga berguna untuk mengangkut hasil panen karena jarak antara rumah dan lahan pertanian ada yang jauh. Jikapun tidak punya kendaraan sendiri di Kecamatan Cikajang ada terdapat jasa ojek dan juga angkutan pedesaan yang rutin beraktivitas.

Sarana Perdagangan

Aktivitas perekonomian masyarakat Kecamatan Cikajang ditopang oleh Pasar Cikajang, setiap harinya dipergunakan sebagai sarana para pedagang yang menempati 810 kios dan 987 los. Konsumen yang memanfaatkan sarana pasar ini tidak hanya berasal dari daerah setempat saja tetapi juga pemilik warung dan pedagang pengecer kecil yang berasal dari daerah sekitarnya seperti Kecamatan Cigedug, Banjarwangi, Singaraja, Peundeuy. Pasar Cikajang juga merupakan tempat pedagang pengumpul/kecamatan membuka lapak mengumpulkan barang dagangannya baik dari petani yang datang langsung mengantar ataupun dari pedagang pengumpul desa yang oleh pedagang kecamatan akan dijual ke Pasar Induk Kramat Jati (Jakarta), Pasar Induk Cibitung (Bekasi), Pasar Tanah Tinggi (Tangerang),Pasar Induk Kemang (Bogor), Pasar Induk Caringin (Bandung). Selain Pasar Cikajang sebagai pusat perdagangan, di Kecamatan Cikajang juga sudah terdapat mini market sebanyak 6, toko ada 110 dan warung sebanyak 874 warung.

Akses Permodalan

Penyediaan modal bagi usahatani di Kecamatan Cikajang masih terbatas, sebagian besar petani masih mengalami kesulitan dalam penyediaan modal bagi usahatani yang dikelola, rumitnya birokrasi dan juga perlunya jaminan menyebabkan petani kesulitan mendapatkan modal. Sebagaian besar modal yang dipergunakan petani merupakan modal sendiri, namun ada beberapa petani yang memperoleh pinjaman dari keluarga ataupun dari pedagang. Pinjaman yang diperoleh dari pedagang dapat berupa modal uang ataupun modal sarana produksi seperti bibit, obat-obatan, pupuk yang nanti akan dibayarkan pada saat panen tiba. Modal pedagang berasal dari modal sendiri ataupun pinjaman dari relasi atau dari pihak bank. Di Kecamatan Cikajang sendiri sudah ada banyak lembaga keuangan baik bank maupun lembaga non bank. Bank yang ada Kecamatan Cikajang diantaraya adalah Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank BPR, Bank Jabar, Bank Sinarmas, Bank Muamalat, Bank BPR, Bank BTPN sedangkan untuk lembaga keuangan non bank ada PNPM mandiri dan koperasi.

Karakteristik Responden Di Kecamatan Cikajang

Karakteristik petani akan diidentifikasi berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman usahatani, jumlah anggota keluarga, luas lahan, kepemilikan lahan. Sementara pedagang akan diidentifikasikan berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman berdagang, penjualan, jumlah karyawan, status pedagang.

Karakteristik Petani Responden

Secara umum, petani responden cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang memiliki pengalaman berusahatani cabai merah keriting selama kurun

39 waktu 10 sampai dengan 20 tahun (63%) dengan luas lahan cabai merah keriting rata-rata yang digarap < 2 000 m2 dan dominan adalah lahan milik pribadi (90%) hanya 10% yang menyewa tanah. Sebagaian besar petani berada dalam usia produktif < 65 tahun. Petani cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang didominasi oleh petani dengan pendidikan terakhir tingkatan SD dengan persentase 80%, ketiadaaan biaya menjadi salah satu alasan tidak melanjutkan sekolah tetapi alasan paling dominan adalah memilih untuk bertani sejak dini karena sudah kebiasaan turun temurun untuk bertani sehingga kalaupun sekolah akhirnya akan bertani juga. Dalam bertani cabai merah keriting, petani di Kecamatan Cikajang lebih dominan mempergunakan pengalaman bertani sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola usahataninya. Jika petani tidak memahami permasalahan dalam usahataninya seperti mengenai hama penyakit yang menyerang mereka akan menanyakan pertimbangan kepada pedagang pupuk dan obat-obatan atau menghadiri kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan pupuk dan pestisida yang dilakukan uji coba langsung dilahan petani yang sudah dipilih.

Tabel 6 Identitas petani responden cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang, tahun 2016

No Keterangan Jumlah Petani

(Orang)

Persentase (%) 1. Kelompok Umur (Tahun)

25-35 36-45 46-55 56-65 8 11 5 6 26.66 36.66 16.66 20 2. Tingkat Pendidikan SD SMP SMA 24 4 2 80 13.33 6.66 3. Jumlah Anggota Keluarga

0-3 3-6 >6 2 13 15 6.66 43.33 50 4. Pengalaman Usaha Tani (Tahun)

<10 10-20 >20 7 19 4 23 63 14 5. Luas Lahan (m2) < 2000 2000-5000 > 5000 15 11 4 50 36.66 13.33 6 Kepemilikan Lahan Sewa Sendiri 3 27 10 90 7 Modal Sendiri Pinjam Gabungan 23 5 2 76.66 16.66 6.66

40

Pada aktivitas usahatani cabai merah keriting selalu mempergunakan tenaga kerja luar keluarga untuk membantu ada yang sifatnya borongan ataupun harian. Banyaknya jumlah anggota keluarga akan sangat membantu petani dalam menghemat biaya usaha tani. Petani di Kecamatan Cikajang jumlah anggota keluarga dominan >6 orang (50%). Pola usahatani di Kecamatan Cikajang adalah tumpangsari dan rotasi tanam petani menjadikan tanaman utama biasanya adalah tanaman kentang, yang di tumpangsarikan dan dirotasi dengan tanaman cabai merah keriting, tomat, kubis, atau petsai. Pada Tabel menunjukkan identitas petani cabai merah keriting dapat digambarkan berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman bertani dan luas lahan yang dimiliki petani. Modal usaha tani mayoritas petani di Kecamatan Cikajang mempergunakan modal sendiri 76.66%. Pinjaman modal usaha biasanya didapatkan petani dari keluarga ataupun dari pedagang dalam bentuk uang atau input produksi yang akan dikembalikan saat panen, yang oleh pedagang akan dipotongkan dengan harga jual cabai dari petani.

Karakteristik Pedagang Responden

Pada Tabel 6 menunjukkan identitas pedagang cabai merah keriting dapat digambarkan berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah karyawan, pengalaman berdagang, status pedagang dan kemampuan penjualan.

Tabel 7 Identitas pedagang responden cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang, tahun 2016

No Keterangan Jumlah

Pedagang (Orang)

Persentase (%)

1. Kelompok Umur (Tahun) 25-35 36-45 46-55 9 12 7 32.14 42.86 25 2. Tingkat Pendidikan SD SMP SMA 12 6 10 42.86 21.43 35.71 3. Jumlah Karyawan 0 1-2 >2 17 5 6 62.96 14.81 22.22 4. Pengalaman Berdagang (Tahun)

<5 5-10 >20 8 14 6 28.57 50 21.43 5. Penjualan (kg) < 500 500-1000 > 1000 13 6 9 46.43 21.43 32.14 6 Status Pedagang Pedagang Pengumpul Pedagang Kecamatan Pedagang Grosir Pasar Induk Pengecer 9 7 4 8 32.14 25 14.28 28.57

41 Pedagang Responden yang diwawancarai terdiri atas Pedagang pengumpul desa (PPD) sebanyak 9 orang, Pedagang Kecamatan 7 orang, Pedagang grosir pasar induk 4 orang, Pengecer 8 orang. Responden pedagang semuanya dalam usia produktif didominasi pada rentang usia 36-45 tahun (42.86%), tingkat pendidikan didominasi lulusan SD (42.86%) dan SMA (35.71%). Pengalaman berdagang dominan 5-10 tahun (50%) sehingga pengalaman sangat membantu dalam pengambilan keputusan dalam berdagang. Responden yang memiliki karyawan adalah pedagang kecamatan dan pedagang grosir di pasar induk. Kuota penjualan yang dominan adalah < 500 kg (46.43%).

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH KERITING

Dokumen terkait