BAB IV PEMBAHASAN
C. Analisis dan Pembahasan
Pada analisis data penelitian mencakup lima kategori yang akan dilakukan analisis terkait Teori Religiusitas Menurut Glock & Stark (1994) yaitu dimensi Ritual, Ideologis, Intelektual, Pengalaman, Konsekuensi. Berikut analisis dari hasil wawancara kader IPNU IPPNU sebagai berikut:
Informan 1 (Imam Rifa’i) 1. Dimensi ritual
Menurut tujuannya berdasarkan pendapat Imam Rifai kegiatan ritual meliputi program da‟i penanaman nilai-nilai Ahlusunnah waljamaah an-nahdliyah, program dhuha keliling dll. Aritnya kegiatan ritual tersebut menanamkan pondasi agama dalam organisasi agar kegiatan pada anggota kelompok memiliki satu pemikiran.
2. Dimensi ideologis
Dalam hal ini subjek tidak melupakan praktik atau penerapan ibadah dalam aktifitas sehari-hari. Artinya setiap anggota harus mampu mempraktikkan apa yang sudah meraka pelajari tentang ilmu agama sehingga menjadikan mereka individu berkarakter.
3. Dimensi intelektual
Organisasi IPNU dasar pembentukannya adalah pembentukan karakter akhlak selayaknya santri, sehingga dalam praktik pembentukan karakter disertai dengan berbagai program keagaaman melalui kajian mingguan, pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelajar NU. Artinya.
Pernyataan tersebut menyaimbangkan praktik dan proses pembelajaran.
4. Dimensi pengalaman
Adanya distribusi kader untuk mensosialisasikan berbagai bidang ilmu ke masyarakat seperti leaderhsip, public speakng, problem solving, design grafis dan hal lainnya. Artinya kegiatna tersebut tidak hanya berbasi tentnag agama melainkan di seimangkan dengan pengalman yang sudah mereka dapatkan tentnag ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian di aplikasikan terhadap masyarakat sehingga masyarakat merasakan fasilitas atau sekolah gratis dari kader IPNU IPPNU.
Informan 2 (Muhammad Irgi Fahrezi) 1. Dimensi ritual
Kegiatan seperti yasinan, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya menjadi ikon bagi pelajar IPNU IPPNU yang berbasis santri tanpa mereka harus mengeyam pada pondok pesantren tetapi dalam bimbingan yang intensif agar praktek tersebut berjalan sesuai tujuan.
2. Dimensi intelektual
Dengan adanya diskusi-dikusi pelajar mebuat kader IPNU IPPNU mempunyai wawasan sehingga menjadikan kegiatan yang membentuk karakter religius anggotanya.
3. Dimensi pengalaman
Dengan adanya kegiatan yasinan, pengajian dapat menumbuhkan dan mempunyai manfaat terutama pada diri sendiri seperti pada metode metodenya.
Informasn 3 (Anas Malik) 1. Dimensi religius
Pembelajaran tentang pemahaman agama yang ada di Indonesia, kajian agama dan pengajian.
2. Dimensi intelektual
Berkaitan dengan visi dan misi IPNU IPPNU yaitu menambah pengetahuan dari berbagai kegiatan seperti mengikuti webinar, berbagai pelatihan untuk meningkatkan softskill dan hardskill.
3. Dimensi pengalaman
Adanya perubahan perlaku setelah menjadi kader IPNU IPPNU ditandai dengan adanya berpedoman pada NU saat dimanapun
4. Dimensi konsekuensi
Konsekuensinya setalah pengkaderan dapat mengimplementasi cita-cita dan selalu ingat terhadap guru yang sudah memberikan ilmu pengetahuan/agama.
Informan 4 ( Samsul Arifin ) 1. Dimensi religius
Melakukan kegiatan ziarah kubur ke makam ulama dengan maksud sebagai mengingat akan hal kematian yang pasti serta mengenalkan jasa dan perjuangan dalam mensyiarkan dakwah islam agar memotivasi dalam keimanan.
2. Dimensi ideologis
Menjaga pemahaman keagamaan berdasarkan Ahlusunnah wal Jamaah di kalangan pelajar.
3. Dimensi intelektual
Kegiatan yang berupa melakukan pelatihan berbasis kemajuan teknologi, seminar, pengajian dan diskusi pelajar 4. Dimensi pengalaman
Dengan mengadakannya ziarah kubur ke makam ulama dapat menambah pengetahuan kita tentang agama yang mungkin menambah rasa religius kader. Pengajian yang dilaksanakan menjadi suatu semangat pembentukan karakter religius.
5. Aspek konsekuensi
Adanya perubahan perilaku setelah menjadi kader yatu lebih peka terhadap masalah sosial dan lingkungan.
Informan 5 (Ulil Abshor) 1. Dimensi religius
Menurutnya “Tentu saja, karena kita mempunyai program pengajian rutin yang di adakan tiap minggu”. Hal ini menjadikan aspek religius dengan menambah pondasi keimana pada setiap kader. Cara meningkatkan karakternya adalah dengan membahas soal agama, filsafat, antropologi dll.
Berdasarkan kutipan “Perbanyak kajian, tidak hanya membahas soal agama, tetapi filsafat, antropologi dll harus ada karna filsafat termasuk salah satu inti ilmu pengetahuan”.
2. Dimensi intelektual
Mendapatkan berbagai kombinasi ilmu pengetahuan bukan dari agama saja tetapi dari belajar filsafat dll
3. Dimensi pengalaman
Menurutnya “Tentu saja ada, semenjak saya masuk PC IPNU IPPNU Jakarta Barat, saya menjadi paham bagaimana menjalani roda organisasi dan membentuk karaktek pemuda yang nasionalis serta religius” . perilaku setelah menjadi kader
dapat membentuk karakter pemuda yang nasional serta religius. Pemuda yang nasional adalah mereka yang cinta tanah air dimana dalam pengkaderan selalu ditanamkan bagaimana membalas budi pada negara dan jasa para pahlawan.
4. Dimensi konsekuensi
Menjadikan kader memiliki jiwa balas budi atas jasa para ulama dan jasa para pahlawan dengan selalu melakukan ziarah ke makam para ulama dan pahlawan serta membantu masyarakat dalam mencerahkan di bidang ilmu pengetahuan.
Informan 6 (Mita Nurpatma) 1. Dimensi religius
Pembentkan karakter dengan mengamalkan amalian Nahdhatul Ulama, berjuang mengikuti dan mepertahankan nilai-nlai ahlusunnah wal jama‟ah
2. Dimensi ideologis
Menggalang ukhuwah Islamiyah dan Syiar Islam, sebagai wadah kaderisasi pelajar dan santri putri NU untuk mempersiapkan kaderisasi bangsa.
Informan 7 (Annisa Puspita Dewi) 1. Dimensi religius
Pembentukan dalam memberikan motivasi kepada anggota agar selalu aktif dalam beroganisasi, serta memperbanyak kegiatan bagi anggota yang bersinanggungan langsung dengan masyarakat. Artinya pada aspek religus kader diberikan motivasi oleh kader lain agar dalam beroganisasi nanti dalam lingkup luas itu daapt memberikan kontribusi kepada masyarakat.
2. Dimensi pengalaman
Dari implementasi aspek religus kader daapt mengadakan pengajian rutin sebagai pembekalan yang sudah diberika.
3. Dimensi konsekuensi
Konsekuensi terhadap pembinaan kader IPNU IPPNU diharapkan kader dapat membuat kegiatan yang berbekal keagamaan dan ilmu pngetahuan.
Informan 8 (Reva Prita Oktavia) 1. Dimensi religius
Aspek dalam membentuk karakter religus dengan mengadakan pengjaianrutinan yang diadakan setiap mingu/bulan.
2. Dimensi pengalaman
Dari hasil pengkaderan maka setiap kader mengadakan program kegiatan sosial, pembentukan softskill serta mengajarkan pemahaman agama.
3. Dimensi intelektual
Mengadakan kegiatan kajian rutinan sebagai bekal menambah ilmu keagamaan dan berbagai penunjang dalam meningkatkan softskill.
4. Dimensi konsekuensi
Pengkaderan yang dilakukan dapat membentuk kader menjadi mempunyai rasa tolong menolong baik dari sharing ilmu kepada masyarakat, memberikan pemahaman masyarakat tentang hal keagamaan.
Informan 9 (Amelia Zahra) 1. Dimensi religius
Dalam membentuk karakter religius dengan mengadakan pesantren kilat.
Informan 10 ( Khanza Fira Agustina) 1. Dimensi relgius
Dalam membentuk asepek religius ini dilakukan dengan mengadakan pesantren ramadhan, wisata religi, penringatan hari santri dll
2. Dimensi ideologis
Berpedoman pada ahlusunah wal jama‟ah. Artinya pedoman ini yang menjadikan mereka memiliki pandangan tentang islam sehingga dari pedoman ini tingkah laku dapat diukur dari pedoman yang mereka dapat.
3. Dimensi pengalaman
Dari hasil pengkaderan maka setiap kader dapat mengimplementasikan dan menanamkan karakter keagamaan, kedisiplinan, kejujuran, saling menghormati, dan tanggu jawab.
4. Aspek konsekuensi
Menjadi kader yang memiliki adab dalam masyarakat, membantu masyarakat dalam mengadakan berbagai kegiatan keagamaan sebagai bentuk rasa terima kasih.
Dari hasil analisis data diatas maka peneliti melanjutkan pembahasan. Pembahasan ini sebagai hasil jawaban untuk rumusan masalah yang sudah dibuat pada penlitian. Pada pembahasan ini mencakup 5 aspek yaitu : aspek religius, aspek ideologis, aspek intelektual, aspek pengalaman, aspek konsekuensi.
Religi adalah kecenderungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakikat dari semuanya.
Manusia mengakui adanya dan bergantung mutlak pada yang kudus, untuk medapatkan pertolongan daripadanya, manusia
dengan cara bersama-sama menjalankan ajaran, upacara dan tindakan dalam usahanaya. Dimensi Ritual; yaitu aspek yang mengukur sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut. Misalnya; pergi ke tempat ibadah, berdoa pribadi, berpuasa, dan lain lain. Dimensi ritual ini merupakan perilaku keberagamaan yang berupa peribadatan yang berbentuk upacara keagamaan107. Berdasarkan analisis data ditunjukkan bahwa kegiatan peribadatan dilakukan kader IPNU seperti mengadakan pengajian, yasinan, ziarah kubur.
Hal tersebut serupa dengan penelitian relevan oleh Imroatus Sholikhah. Di dalam skripsinya yang berjudul “Penanaman karakter Karakter Religius Dalam Organisasi IPNU IPPNU Di Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek” dikatakan bahwa Implementasi nilai karakter religius dalam organisasi IPNU IPPNU di Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek ini ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan yang sangat menyenangkan dan bernuansa kereligiusan seperti mengadakan ratiban setiap tahun, bulan, minggu dan moment-moment Islam.
Dimensi ideologis yaitu mengukur tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang bersifar dogmatis dalam agamanya. Dalam kegiatan IPNU IPPNU dimensi ini didasarkan pada penyampaian pemahaman Islam yang dilakukan pada pesantren kilat, webinar, serta pelatihan kepada kader yang berfungsi untuk mendoktrin tentang pemahaman agama Islam yang berdasarkan ahlusunnah wal jama‟ah.
Dimensi Intelektual; yaitu tentang seberapa jauh seseorang mengetahui, mengerti, dan paham tentang ajaran agamanya, dan sejauh mana seseorang itu mau melakukan
107 Wahyudin, dkk Dimensi Religiusitas Dan Pengaruhnya TerhadapOrganizational Citizenship Behaviour, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, h.6-7
aktivitas untuk semakin menambah pemahamannya dalam hal keagamaan yang berkaitan dengan agamanya. Dimensi intelektual ini memberikan kader pengetahuan tentang bagaimana berorganisasi yang baik sehingga dapat mempunyai manfaat terhadap masyarakat, melakukan berbagai pelatihan-pelatihan untuk mengasah softskill seperti menjadi kader yang jujur, bertanggung jawab, berakhlakul karimah dan disiplin.
Hal tersebut serupa dengan penelitian relevan oleh Rosiana Pangestuti. Di dalam skripsinya yang berjudul “Penanaman karakter Religius Pada Remaja Melalui Organisasi IPNU-IPPNU Rating Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas” dikatakan bahwa Sikap religius dalam organisasi IPNU-IPPNU Ranting Pasir Wetan yaitu jujur, bermanfaat bagi orang lain, rendah hati, berhati-hati dalam mengambil keputusan, khusnudhon, sabar, beramal shaleh dan berlomba-lomba dalam kebaikan, ikhlas.
Dimensi pengalaman berkaitan dengan seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman religius. Pada hasil wawancara bahwa dimensi pengalaman merupakan implementasi dari kader yang sudah diberikan pemahaman atas pengetahuan selama masa pengkaderan. Pengalaman tersebut memberikan kader NU semakin menjadi pribadi yang taat, sehingga ketika mereka pergi kemanapun NU selalu menjadi pedoman dalam melakukan tindakan karena di dalam NU terdapat ajaran ahlusunnah wal jamaa‟ah.
Dimensi konsekuensi berkaitan dengan sejauh mana seseorang itu mau berkomitmen dengan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi konsekuensi tersebut termasuk akibat dari dimensi intelektual yaitu menjadikan kader yang mempunyai rasa bertanggung jawab atas dirinya
dan organisasi, disipilin atas waktu, bertanggun jawab mengamalkan ajaran Islam yang berlandaskan ahlusunnah wal jamaah, serta menjadi pribadi yang suka tolong menolong.
Hal tersebut serupa dengan penelitian relevan oleh Rosiana Pangestuti. Di dalam skripsinya yang berjudul “Penanaman karakter Religius Pada Remaja Melalui Organisasi IPNU-IPPNU Rating Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas” dikatakan bahwa pembentukan karakter-nilai religius pada remaja bisa dilakukan melalui organisasi IPNU-IPPNU. Penanaman tersebut dengan melalui beberapa tahap yaitu Receiving, Responding, Valuing, Organization dan penyatuan ragaman nilai dalam suatu nilai yang konsisten.
Sikap religius dalam organisasi IPNU-IPPNU Ranting Pasir Wetan yaitu jujur, bermanfaat bagi orang lain, rendah hati, berhati-hati dalam mengambil keputusan, khusnudhon, sabar, beramal shaleh dan berlomba-lomba dalam kebaikan, ikhlas.
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk membantu manusia, peduli dan melaksanakan nlai-nilai etika inti108. Program pembentukan karakter religius remaja melalui organisasi IPNU IPPNU Jakarta Barat dilakukan berdasarkan 5 dimensi yaitu: dimensi religius, ideologis, intelektual, pengalaman, konsekuensi. Bahwa karakter sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan109. Karakter seseorang dibentuk karena proses yang ditempuh, sikap yang diambil ketika menanggapi keadaan, cara berinteraksi dengan orang lain pada
108 Zubaidi. Desain pendidikan karakter: konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan.
(Jakarta: Prenada Media. 2011), h.12
109 Sri Wahyuni. Pendidikan karakter dan pembangunan sumber daya manusia keberlanjutan.
Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sdan. Vol 4 nomor 1. 2017
hakikatnya menjadikan sesuatu yang menempel erat pada diri seseorang. Hal ini sesuai dengan bahwa karakter merupakan perwujudan berupa perilaku yang menggambarkan sifat ataupun cerminan diri seseorang, oleh sebab itu karakter sangat perlu diciptakan dan dbentuk untuk membentuk pribadi yang baik110. IPNU IPPNU merupakan organisasi pelajar berupa kumpulan pelajar, sekolah, dan pesantren, yang semula dikelola oleh para Ulama, dengan jumlahnya yang banyak di beberapa kota. Akan tetapi perkumpulan-perkumpulan tersebut lahir atas inisiatif sendiri dan namanya pun berbeda beda, belum ada satu induk organisasi yang mampu untuk mengkoordinir mereka semua secara nasional.
Di Surabaya didirikan Tsamrotul Mustafidin pada tahun 1936, selanjutnya PERSANO (Persatuan Santri Nahdlatul Oelama) didirikan pada tahun 1939. Di Malang, pada tahun 1941 lahir PAMNO (Persatuan Murid Nahdlatul Oelama), dan pada saat itu banyak para pelajar yang ikut dalam pergerakan melawan penjajah. Pada tahun 1945 terbentuk IMNO (Ikatan Murid Nahdlatul Oelama). Di Madura pada tahun 1945 juga terbentuk Ijtimauth Tolabiah dan Syubbanul Muslim, kesemuanya itu juga ikut dalam perjuangan melawan penjajah dengan gigih. Di Semarang tahun 1950 berdiri Ikatan Mubhaligh Nahdlatul Oelama dengan beranggotakan remaja yang masih berstatus pelajar.
Sedangkan di Kediri, pada tahun 1953 berdiri PERPENO (Persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama). Dan pada tahun yang sama, di Bangil berdiri IPENO (Ikatan Pelajar Nahdlatul
110 Tampubolon, Manahan P. Perilaku keorganisasian prespektif organisasi bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia. 2008
Oelama). Di Medan pada tahun selanjutnya yakni 1954 berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Oelama atau IPNO111.
Versi lain munculnya organisasi IPNU bermula dari adanya jami‟iyah yang bersifat lokal atau kesederhanaan.
Wadah yang berupa kumpulan pelajar dan pesantren yang semula dikelola dan diasuh para ulama jam‟iyyah atau perkumpulan tersebut tumbuh diberbagai daerah ahmpir di seluruh wilayah Indonesia. Diawalai oleh sebuah perkumpulan yang bernama Tsamarotul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, Persano (Persatuan santri nahdhatul oelama) Perpeno (Persatuan pelajar nahdhatul oelama) tahun 1953 di kediri, Ipino (Ikatan pelajar nahdhatul oelama) tahun 1954 di Medan, dan lain sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut bersifat loka dan tidak saling terikat masing-masing organisasi masih bersifat kedaerahan dan tidak mengenal satu sama lainnya.
Meskipun terdapat perbedaan nama organisasi, tetapi aktivitas dan haluannya sama yaitu melaksanakan faham ahlusunnah wal jama‟ah. Titik awal inilah yang merupakan sumber inspirasi dari para perintis pendiri IPNU untuk menyatukan langkah dalam membentuk sebuah perkumpulan.
Hal tersebut sudah dilakukan oleh kader IPNU IPPNU dengan berbagai kegiatan dalam pembentukan karakter seperti mengaji, yasinan, ziarah kubur, masa pengkaderan sebagai pondasi menjadi kader yang bermanfaat bagi masyarakat, setelah karantina terciptanya pedoman ke NU-an sehingga kader tersebut menjadi pribadi yang bertanggung jawab, disiplin, rela berkorban demi bangsa dan negara. Karena pada pengkaderan terdapat bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang deasa agar ia menjadi dewasa. Fungsi program pembentukan karakter adalah menngkatkan kualitas
111 Wawancara Imam Rifai selaku dewan pembina PC IPNU IPPNU Jakarta Barat
manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula pada kader NU memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman ke-NUan menjaga pedoman ahlusunnah wal jama‟ah serta menjadikan kader beriman dan bertakwa terhadap Allah SWT.
Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body buildera (binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Kader yang sudah mengalami masa pengkaderan akan tetap diberikan pemahaman tentang ke-Nuan dengan cara mengikuti webinar, pengajian, yasinan serta kegiatan lainnya agar kader ini siap menjadi pemimpin dan sekaligus menjadi pribadi yang bermanfaat di lingkungannya.
Penerapan karakter religius anggota IPNU lebih menekankan amaliyah tradisi yang mana ditengah masyarakat sudah manjadi wadah pengabdian anggota IPNU untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat, untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat. Hal tersebut dirasa oleh Kader Samsul Arifin bahwa “Saya merasa mengalami perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah saya masuk IPNU. Semasa saya belom bergabung saya seakan acuh terhadap masalah dan interkasi sosial di lingkungan, akan tetapi seketika saya gabung, saya merasa lebih peka terhadap masalah sosial dan lingkungan”.112
Program pembentukan karakter religius IPNU Jakarta Barat melalui yasinan, dzikir, pengajian, ratiban, ziarah makam ulama, pesantren ramadhan, dan bakti sosial ini mampu memahami bahwa kegiatan itu merupakan kegiatan positif yang dapat merngubah perilaku yang mengarah pada hal-hal yang bermanfaat. Karakter kader IPNU IPPNU sudah dikatakan baik, tetapi dengan terlaksananya kegiatan
112 Wawancara Samsul Arifin selaku Bendahara PC IPNU Jakarta Barat
keagamaan tersebut diharapkan karakter mereka dapat lebih baik lagi yaitu dapat dibuktikan dengan ketika mereka berinteraksi dengan teman sebaya maupun dengan masyarakat.
Adanya program pembentukan karakter IPNU IPPNU di Jakarta Barat mereka lebih terdidik dan juga untuk mengabdi kepada ulama serta sebagai pembiasaan amaliyah tradisi anggota IPNU itu sendiri. Perubahannya nampak pada kader lebih aktif dalam kegiatan keagamaan. Hal tersebut dirasa oleh kader Reva Prita “Ada, yang dulunya anti sosial sekarang menjadi aware karena adanya program kegiatan sosial, dulu susah untuk berbicara depan umum dan sekarang sudah lancar bahkan memimpin rapat. Jadi terjadi perubahan perilaku baik itu sosial, softskill, serta agama”113. Lebih membuka diri untuk terus berkembang dan menambah wawasan dengan berinteraksi tidak hanya dengan teman sebaya melainkan masyarakat.