• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROGRAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI ORGANISASI REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PROGRAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI ORGANISASI REMAJA"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROGRAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI ORGANISASI REMAJA

(Studi Kasus Pada Remaja PC IPNU IPPNU Jakarta Barat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Rizky Amali Akhsan 11170150000082

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(2)
(3)

ii

Jakarta Barat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Rizky Amali Akhsan NIM : 11170150000082

Yang Mengesahkan:

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

(4)

iii

Jakarta Barat)” yang disusun oleh Rizky Amali Akhsan, NIM 11170150000082, Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Tangerang, 17 Desember 2021

Mengetahui:

(5)

iv

Kasus Pada Remaja PC IPNU IPPNU Jakarta Barat)” yang disusun oleh Rizky Amali Akhsan, NIM 11170150000082, Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi.

Tangerang, 17 Desember 2021

Mengetahui:

(6)

v

(7)

vi

Religius Melalui Organisasi Remaja (Studi Kasus Pada Remaja PC IPNU IPPNU Jakarta Barat)”.

Penelitian ini meneliti tentang analisis program pembentukan karakter religius remaja melalui organisasi IPNU IPPNU. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program pembentukan karakter religius melalui organisasi PC IPNU IPPNU Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti melakukan penelitian dari bulan Desember 2020 sampai bulan Desember 2021. Adanya penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena terjadi kenakalan remaja yang menyebabkan kemerosotan moral dan krisis multidimensional. Adanya kemajuan teknologi, peningkatan IPTEK, peningkatan SDM yang memadai tidak diimbangi dengan pemikiran, perabadaban dan kebudayaan yang berkualitas. Dari keadaan tersebut lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal memiliki tanggung jawab untuk mendidik, memberi pengetahuan, ketrampilan yang harus di kembangkan melalui pendidikan, Salah satu pendidikan non-formal yang ada dikalangan masyarakat yang ada di Kecamatan Cengkareng adaah organisasi (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) IPNU IPPNU. Peneliti berusaha memamahami bagaimana program kegiatan pembentukan karakter religius remaja melalui organisasi PC IPNU IPPNU Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menujukan bahwa program pembentukan karakter religius remaja melalui organisasi PC IPNU IPPNU Jakarta Barat yaitu melalui berbagai macam program kegiatan keagamaan diantaranya: pengajian rutin, ratiban, yasin & tahlil, pesantren ramadhan, ziarah makam ulama, dan kegiatan bakti sosial. Kegiatan tersebut dapat membentuk karakter religius anggotanya dikarenakan mereka mengikuti kegiatan tersebut.

Kata Kunci : Program, Pembentukan, Karakter Religius, IPNU IPPNU

(8)

vii

Programs Through Youth Organization (Case Study on the IPNU IPPNU PC West Jakarta)".

This study examines the analysis of the youth religious character building program through the IPNU IPPNU organization. The purpose of this study was to determine the program for the formation of religious character through the PC organization IPNU IPPNU West Jakarta. The research method used is a qualitative method with a case study approach. Data collection techniques in this study using interviews, observation and documentation. Researchers conducted research from December 2020 to December 2021. The existence of this research is motivated by the phenomenon of juvenile delinquency which causes moral decline and multidimensional crises. The existence of technological advances, increasing science and technology, increasing adequate human resources are not balanced with quality thought, civilization and culture. From this situation, both formal and non-formal educational institutions have the responsibility to educate, provide knowledge, skills that must be developed through education. One of the non-formal education that exists among the people in Cengkareng District is an organization (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Student Association).

daughter of Nahdlatul Ulama) IPNU IPPNU. Researchers are trying to understand how the program activities for the formation of youth religious character through the PC organization IPNU IPPNU West Jakarta. The results of this study indicate that the program for forming adolescent religious characters through the IPNU IPPNU West Jakarta PC organization is through various religious activity programs including: routine recitations, ratiban, yasin & tahlil, ramadhan pesantren, pilgrimage to the graves of scholars, and social service activities. These activities can shape the religious character of its members because they participate in these activities.

Keywords: Program, Formation, Religious Character, IPNU IPPNU

(9)

viii

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Program Pembentukan Karakter Religius Melalui Organisasi Remaja (Studi Kasus Pada Remaja PC IPNU IPPNU Jakarta Barat)”. Shalawat serta salam juga peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad Shallahu „Alaihi Wasallam yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah mendapat banyak dukungan, bantuan dan bimbingan, serta semangat dari berbagai pihak. Tanpanya, penelitian ini terasa sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Tadris IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

6. Bapak Dr. Muhammad Arief, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan saran, arahan dan pencerahan mulai dari pengerjaan proposal hingga penulis mampu menyelsaikan skripsi dengan baik.

(10)

ix

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT.

Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

9. Rekan Muhammad Irgi Fahrezi selaku Ketua PC IPNU Jakarta Barat, dan Rekanita Annisa Puspita Dewi selaku Ketua PC IPPNU Jakarta Barat yang telah memberikan izin penelitian dan membantu serta mengarahkan penulis dalam melengkapi data penelitian.

10. Para pengurus anggota PC IPNU IPPNU Jakarta Barat yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan wawancara dan observasi, dan terima kasih atas doa serta dukungannya dalam penyelsaian skripsi ini.

11. Orang tua saya Bapak Rodjuki Mujid dan Ibu Asmani yang sangat begitu besar perjuangannya untuk pendidikan saya dan sudah begitu sabar serta tulus mendoakan, mendidik dan perjuangan lainnya yang bahkan tidak akan cukup tinta mendeskripsikannya. Semoga Allah senatiasa memberikan kesehatan, perlindungan dan kemuliaan teruntuk kedua orang tua saya.

Amin… Allohumma Aamiin…

12. Saudara-saudaraku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah mendo‟akan dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada kakak-Kakak Tingkat (Mega, Shifa, Mita) yang tiada henti memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

x mengahampiri kita.

15. Sahabat-sahabati PMII Rayon PIPS yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah mengajarkan begitu banyak ilmu dan arti kekeluargaan semoga kesuksesan selalu menghampiri kita.

16. Serta segenap pihak yang sudah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do‟a dan ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Aamin…

Kesempurnaan hanya milik Allah, dan ibarat “tiada gading yang tak retak” demikian pula dengan penyusunan skripsi ini, tentu saja masih bertaburan sejumlah kekurangan, maka sudah sepantasnya skripsi ini butuh masukan dan saran yang membangun. Akhir kata, dalam bentuk sekecil apapun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 22 Desember 2021

Penulis

(12)

xi

LEMBAR PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI ...iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...5

F. Manfaat Penelitian ...5

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ...7

1. Pembentukan Karakter Religius ...7

a. Pembentukan Karakter ...7

b. Unsur-Unsur Pembentukan Karaakter ...8

c. Religius ...10

d. Nilai-Nilai Karakter Religius ...12

(13)

xii

b. Peran IPNU IPPNU ...24

c. Tujuan IPNU IPPNU ...27

d. Kegiatan-Kegiatan PC IPNU IPPNU Jakarta Barat ...28

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...30

C. Kerangka Berpikir ...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...35

B. Latar Penelitian (Setting) ...37

C. Metode Penelitian ...38

D. Sumber dan Jenis Data ...38

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...40

F. Analisis Data ...44

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ...45

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...47

B. Hasil Penelitian ...59

C. Analisis dan Pembahasan ...79

D. Keterbatasan Penelitian ...92

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ...94

B. Implikasi ...94

C. Saran ...95

DAFTAR PUSTAKA ...96

LAMPIRAN ...99

(14)

xiii

Tabel 3.3 Pedoman Observasi ... 41

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 42

Tabel 3.5 Pedoman Dokumentasi ... 43

Tabel 3.2 Informan Yang Diwawancara ... 59

(15)

xiv

Gambar 4.2 Kegiatan Ziarah Makam ... 77

Gambar 4.3 Kegiatan Ziarah Makam ... 77

Gambar 4.4 Kegiatan Peduli Korban Bencana ... 78

Gambar 4.5 Kegiatan Peduli Korban Bencana ... 78

(16)

xv

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 107

Lampiran 4 Dokumentasi ... 108

Lampiran 5 Transkip Wawancara ... 111

Lampiran 6 Hasil Observasi ... 136

Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi ... 137

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 138

Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 139

Lampiran 10 Biodata Penulis ... 140

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era modern sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi banyak berdampak positif bagi kemajuan generasi muda saat ini. Namun disisi lain, dengan melakukan hal-hal yang biasanya tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, ternyata juga berdampak negatif bagi perkembangan generasi muda terutama dalam segi tingkah laku, sikap dan akhlak. Perkelahian antar pelajar, pergaulan bebas, kekerasan yang merajalela, kerusuhan, kerusakan moral, dan berbagai penyakit sosial lainnya seakan menjadi bagian dari kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diimbangi dengan kemajuan budaya dan peradaban yang sesuai dan berkualitas, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan manusia-manusia dengan derajat peradaban yang lebih rendah. Kita bisa melihat dan merasakan krisis moral yang sedang terjadi di negeri ini.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah kenakalan remaja ada dimana-mana penggunaan narkoba, seks bebas, video porno, perkelahian, dan situasi lainnya.

Ada juga perselingkuhan antara orang tua, istri dengan tabungan, perzinahan, judi korupsi dan kasus manipulasi. Belum lagi konflik antar elite, saling curiga, tudingan, curiga, bahkan fitnah terjadi di mana-mana.1

Berdasarkan data sensus yang dilakukan BPS pada 2020 Indonesia memiliki jumlah penduduk generasi Z sebanyak 29,17 juta jiwa. Banyaknya penduduk generasi Z tentunya memberikan dampak positif sekaligus negatif.

Menurut data KPAI pada 2019 jumlah anak berhadapan dengan hukum mencapai 1.251 kasus dan penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) pada anak-anak mencapai 344 kasus. Hal tersebut menggambarkan

1 Imam Suprayogo, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Malang: UIN Maliki, Press 2013), h.1

(18)

pentingnya pengelolaan generasi muda secara baik agar tidak menimbulkan dampak negatif.2

Dari berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi, masyarakat hendaknya juga dapat berperan penting dalam proses pendidikan karakter.

Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam akan mempegaruhi tumbuh kembang karakter-karakter individu yang ada di lingkungan masyarakat. Jadi masyarakat juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik.

Penyakit moral bangsa yang semakin hari semakin menyebar dimana- mana. Menurunnya akhlak dan moralitas pelajar ditandai dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan dan kriminal seperti pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, narkoba dan kenakalan remaja lainnya, semua berkembang menjadi fenomena sosial yang meresahkan. Pada dasarnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya.

Sebagaimana fungsi dan tujuan pendidikan menurut UUSPN NO.20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Sebagaimana telah dirumuskan UU sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS tahun 2003 bab I) bahwa:

Salah satu fungsi pendidikan adalah membentuk moral dan akhlak. Hal ini sesuai dengan aspek yang menjadi target pendidikan yakni pertama, aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kedua aspek afektif berkaitan dengan

2 https://www.medcom.id/foto/grafis/0kp4EvDk-upaya-mencegah-kenakalan-remaja-di- jakarta diakses pada 29 April 2021 pukul 9.40 WIB

(19)

sikap dan kepribadian serta ketiga aspek psikomotorik yang berkaitan dengan ketangkasan setelah mendapat suatu pemahaman materi pelajaran.3

Melihat dunia pendidikan saat ini, sebaiknya seorang pelajar memiliki nilai-nilai luhur yang termanifestasikan didalam perilaku dan sikapnya. Pelajar inilah yang kemudian membedakannya dari berbagai kalangan atau lapisan masyarakat yang lain serta memiliki harga diri tersendiri. Pendidikan hanya berfokus pada bagian logika dan pengetahuan siswa. Adapun aspek moral dan etis sebagai basis pembentukan karakter dan budaya bangsa semakin terpinggirkan. Kondisi mental, karakter, budi pekerti dan akhlak serta bangsa yang memprihatinkan misalnya perilaku yang menyimpang, perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur dan perilaku yang seolah tidak ada aturan hukum positif sesuai dengan tatanan norma budaya bangsa Indonesia. Rupanya karakter dan budaya dalam kehidupan bangsa dapat membawa kemunduran dalam peradapan bangsa, sebaliknya dalam kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan budaya yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan Negara.

Bangsa Indonesia memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan, dan generasi muda pun merupakan aset bangsa yang harus dijaga dan dididik dengan baik agar Indonesia memiliki calon pemimpin atau generasi yang dapat menjaga negara ini dengan baik. Melihat hal tersebut pendidikan merupakan aspek penting yang harus diterima oleh setiap orang terutama para calon penerus bangsa seperti para remaja/pemuda/pemudi.

Karena dengan pendidikan akan membuat para calon penerus bangsa ini menjadi orang yang terdidik sehingga kedepannya mereka akan menjadi generasi bangsa yang dapat meneruskan memimpin negeri ini dengan baik.

Banyak pendidikan lainnya lagi yang dapat diterima oleh generasi bangsa selain pendidikan formal. Salah satu pendidikan nonformal itu adalah melalui

3 Rosiana Pangestuti, skripsi dengan judul “Penanaman Nilai Religius Pada Remaja Melalui Organisasi IPNU-IPPNU Rating Wetan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas”, (Purwokerto: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto, 2017), h.3

(20)

organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU).

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan organisasi kemahasiswaan yang diselenggarakan oleh Jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Dalam pengertian ini, IPNU dan IPPNU adalah wadah komunikasi, wadah pertukaran, realisasi dan kaderisasi mahasiswa putra dan putri NU. Di sisi lain, di sisi lain, IPNU dan IPPNU juga merupakan bagian dari generasi muda Indonesia terdidik yang fokus membimbing dan membina pelajar (siswa dan santri) serta generasi muda pada umumnya.4

Dengan memilih Kecamatan Cengkareng Kota Jakarta Barat sebagai tempat penelitian yang tepat, dikarenakan adanya organisasi IPNU dan IPPNU.

Organisasi ini bisa membentuk karakter religius kepada pelajar sekaligus remaja.

Melihat pentingnya nilai religius remaja untuk masa depan yang lebih baik, IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) Pimpinan Cabang (PC) Jakarta Barat merupakan organisasi pelajar yang juga berperan dalam proses pembentukan karakter religius remaja melalui kegiatan-kegiatan edukatifnya. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian bagaimana nilai religius remaja dalam organisasi IPNU-IPPNU PC Jakarta Barat. Untuk itu penulis merumuskan penelitian dengan judul “ANALISIS PROGRAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI ORGANISASI REMAJA (STUDI KASUS PADA PC IPNU IPPNU JAKARTA BARAT)”.

B. Identifikasi Masalah

Berikut adalah beberapa masalah yang ditemui yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini:

1. Terjadi kenakalan remaja

4https://www.academia.edu/29099920/Buku_Pedoman_Komisariat_IPNU_IPPNU diakses pada 8 Desember 2020 pukul 22:32 WIB

(21)

2. Terjadi penurunan moral dan krisis multidimensional..

3. Adanya kemajuan teknologi, peningkatan IPTEK, peningkatan SDM yang memadai tidak diimbangi dengan pemikiran.

4. Remaja sering kali tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehaari-hari.

5. Kurangnya lembaga sosial dalam pembentukan karakter religius

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar pembahasan lebih terarah dan lebih jelas, maka diperlukan adanya batasan masalah. Oleh karena itu peneliti membatasi penelitian pada program pembentukan karakter religius remaja melalui organisasi IPNU IPPNU Jakarta Barat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

Bagaimana program pembentukan karakter religius melalui organisasi PC IPNU IPPNU Jakarta Barat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Program pembentukan karakter religius melalui organisasi PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis terhadap pihak sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1. Untuk memberikan tambahan wawasan pengetahuan yang berharga khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

(22)

2. Untuk memberikan gambaran umum ataupun informasi mengenai program pembentukan karakter Religius remaja melalui organisasi IPNU IPPNU Jakarta Barat.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

b. Secara Praktis 1. Bagi Remaja

Untuk mengetahui betapa pentingnya berorganisasi dalam membentuk karakter religius remaja dan membentuk pemuda pemudi Indonesia menjadi generasi yang berakhlakul karimah serta pemuda Indonesia agar bisa mengembangkan potensinya melalui organisasi IPNU IPPNU.

2. Bagi Masyarakat

Untuk menambah informasi bagi masyarakat terkait dengan fenomena organisasi masyarakat serta kajian sosial pada umumnya.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan, sikap, pengalaman, serta pola pikir sebagai cara dalam membentuk karakter religius melalui organisasi IPNU IPPNU.

(23)

7 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1) Pembentukan Karakter Religius a. Pembentukan Karakter

Pembentukan adalah suatu cara, atau proses perbuatan membentuk.

Sedangkan karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia secara umum yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma - norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.5 Kehidupan manusia tidak hanya berhubungan dengan Allah (hablum minallah) semata, tetapi juga hubungannya dengan manusia (hablum minannas), dan lingkungan (hablum minal alam).

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Scerenko karakter adalah sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang.6

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”

(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.

5 Suci Aristanti, Tesis: “Strategi Pembentukan Karakter Religius Melalui Kegiatan Keagamaan Di Sekolah Menengah Pertama ((Studi Multisitus di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jombang dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jombang) ” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2020), h.15.

6 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 41-42

(24)

Jadi istilah karakter sangat erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa dikatakan orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.

Menurut Joel Kuperman, karakter bermakna “intrument for making and graving, impress stamp, distinctive nature”. Berkowitz mengartikan karakter sebagai …an individual’s set of psikological characteristic that affect person’s ability and inclination to function morally. Karakter merupakan ciri atau tanda yang melekat pada suatu benda atau seseorang. Karakter menjadi tanda identifikasi. Wilhelm menyatakan character can be measured corresponding to the individual’s compliance to a set moral code.7 Dengan demikian, secara sederhana karakter mempresentasikan identitas seseorang yang menunjukkan ketundukkanya pada aturan atau standar moral dan termanifestasikan dalam tindakan.

b. Unsur-Unsur Pembentukan Karakter

Menurut Fatchul Mu‟in bahwa ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis yang berkaitan dengan terbentuknya karakter pada diri manusia tersebut. Unsur-unsur ini menunjukkan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur tersebut antara lain:8

a) Sikap

Sikap seseorang biasanya merupakan bagian karakternya dianggap sebagai cerminan karakter seseorang. Sikap merupakan predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perilaku tertentu sehingga sikap bukan hanya gambaran kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state) melainkan sikap lebih

7 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.12.

8 Suci Aristanti, Op.Cit, h.16.

(25)

merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya, proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.

Sikap dapat disimpulkan sebagai sebuah cerminan karakter yang ada dalam diri seseorang untuk menjadi acuan dalam berpikir atau mengambil keputusan dalam suatu tindakan yang dilakukan. Sikap yang dimaksud disini adalah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan. Dengan kata lain, sikap sebagai unsur pembentukan karakter ada pada proses kesadaran individu untuk bertindak.

b) Emosi

Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis.

Tanpa emosi, kehidupan manusia akan terasa hambar karena manusia selalu hidup dengan berfikir dan merasa. Dan emosi identik dengan perasaan yang kuat.

c) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari foktor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar”

atau “salah” atas dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.

d) Kebiasaan dan kemauan

Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang karena kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.19

(26)

e) Konsepsi diri (Self-Conception)

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Konsepsi diri itu amat penting untuk diperhatikan bagi siapa saja yang peduli pada pembangunan karakter. Dalam konsepsi diri, seseorang biasanya mengenal dirinya dari orang lain terlebih dahulu. Citra diri dari orang lain akan memotivasi untuk bangkit membangun karakter yang lebih bagus.

Unsur-unsur tersebut menyatu dalam diri setiap orang sebagai bentuk kepribadian orang tersebut. Jadi, unsur-unsur ini menunjukkan bagaimana karakter seseorang. Selain itu, unsur-unsur tersebut juga dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan dan membentuk karakter seseorang.

c. Religius

Nilai religius merupakan salah satu nilai karakter yang dijadikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.9

Jika dilihat dari bahasanya nilai religius berasal dari gabungan dua kata, yaitu kata nilai dan kata religius. Kata nilai dapat diartikan secara etimologis dan terminologis. Dari segi etimologis nilai adalah harga, derajat. Nilai adalah ukuran untuk memilih tindakan atau upaya kegiatan dan tujuan tertentu. Sedangkan secara terminologis dapat dilihat berbagai rumusan pakar nilai. Tapi perlu ditekankan bahwa nilai adalah mutu empirik yang kadang-kadang sulit atau tidak bisa didefinisikan. Namun, Louis Katsoff mengatakan bahwa kenyataan

9 Dian Chrisna Wati, Didik Baehaqi, Arif, Penanaman Nilai-Nilai Religius Di Sekolah untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jurnal Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III 11 November 2017, h.61

(27)

bahwa nilai tidak bisa diartikan dengan baik bukan berarti nilai tidak bisa dipahami oleh khalayak kehidupan.10

Mangunwijaya sebagaimana dikutip oleh Erni Suslowati dalam tesisnya menegaskan bahwa Religiusitas berasal dari kata religio yang berarti memeriksa lagi, menimbang-nimbang, merenungkan keberatan hati nurani. Manusia yang religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, saleh dan teliti dalam mempertimbangkan batin, jadi belum menyebut dia menganut agama mana.11

Nilai religius adalah nilai mengenai konsep kehidupan religius atau keagamaan berupa ikatan atau hubungan yang mengatur manusia dengan Tuhannya. Nilai religius juga berhubungan dengan kehidupan dunia tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya seperti kebudayaan dan aspek sosial selain itu nilai religius juga erat hubunganya dengan kehidupan akhirat yang misterius bagi manusia. Kehidupan akhirat inilah yang membedakan dengan nilai- nilai lainnnya.

Pendapat Mangunwijaya tentang religiusitas ini cukup berbeda dengan pendapat lainnya, dimana beliau lebih memilih memahami religiusitas sebagai suara hati nurani, dan belum menyangkut pada keyakinan atau kepercayaan yang dianutnya. Hal ini tentu tidak lepas dari pandangan beliau bahwa arti religio bukan berarti agama atau sesuatu yang bersifat keagamaan, melainkan berarti memeriksa lagi, menimbang-nimbang, merenungkan keberatan hati nurani. Artinya Mangunwijaya lebih terfokus memandang religiusitas kepada pribadi dan nurani pribadinya, bukan sesuatu yang mempengaruhi atau mengilhami pribadinya kepada sesuatu yang kekuasaan mutlak dan tak terbatas yang mampu membolak-balik hati nuraninya.12

10 Muh. Khoirul Rifa‟I, Internalisasi Nilai-Nilai Religius Berbasis Multikultural Dalam Membentuk Insan Kamil, UIN Sunan Ampel Surabaya, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume 4 Nomor 1Mei 2016, h.118

11 Muh Dasir, Implementasi Nilai-Nilai Religius Dalam Mteri Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Tingkat SMA/SMK Kurikulum 2013, Universitas Islam Indonesia Fakultas Ilmu Agama Islam, h.3

12 Ibid

(28)

d. Nilai-Nilai Karakter Religius

Bentuk nilai-nilai religius menurut Muhammad Fathurrahman dibagi menjadi beberapa macam, antara lain13:

1) Nilai Ibadah

Ibadah merupakan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab, yaitu dari masdar „abada yang berarti penyembahan. Sedangkan secara istilah berarti khidmat kepada Tuhan, taat mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan- Nya. Jadi ibadah adalah ketaatan manusia kepada Tuhan yang diterapkankan dalam kehidupan sehari-hari misalnya sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya.

2) Nilai Ruhul Jihad

Ruhul Jihad artinya jiwa yang mendorong manusia untuk bekerja atau berjuang dengan sungguh-sungguh. Hal ini didasari adanya tujuan hidup manusia yaitu hablum minAllāh, hablum min al-nas dan hablum min al-alam. Dengan adanya komitmen ruhul jihad, maka aktualisasi diri dan unjuk kerja selalu didasari sikap berjuang dan ikhtiar dengan sungguh- sungguh.

3) Nilai Akhlak dan Disiplin

Akhlak merupakan bentuk jama‟ dari khuluq, artinya perangai, tabiat, rasa malu dan adat kebiasaan. Menurut Quraish Shihab, Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al- Qur‟an. Yang terdapat dalam al-Qur‟an adalah kata khuluq, yang merupakan bentuk mufrad dari kata akhlak. Sedangkan kedisiplinan itu termanifestasi dalam kebiasaan manusia ketika melaksanakan ibadah rutin setiap hari. Semua agama

13 Ibid. h.5

(29)

mengajarkan suatu amalan yang dilakukan sebagai rutinitas penganutnya yang merupakan sarana hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya. Dan itu terjadwal secara rapi. Apabila manusia melaksanakan ibadah dengan tepat waktu, maka secara otomatis tertanam nilai kedisiplinan dalam diri orang tersebut. Kemudian apabila hal itu dilaksanakan secara terus menerus maka akan menjadi budaya religius.

4) Nilai Keteladanan

Nilai keteladanan ini tercermin dari perilaku guru.

Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan dan pembelajaran. Bahkan al-Ghazali menasehatkan, sebagaimana dikutip Ibn Rusd, kepada setiap guru agar senantiasa menjadi teladan dan pusat perhatian bagi muridnya. Ia harus mempunyai kharisma yang tinggi. Ini merupakan faktor penting yang harus ada pada diri seorang guru.

5) Nilai Amanah dan Ikhlas

Secara etimologi amanah artinya dapat dipercaya. Dalam konsep kepemimpinan amanah disebut juga dengan tanggung jawab. Dalam konteks pendidikan, nilai amanah harus dipegang oleh seluruh pengelola lembaga pendidikan, dan peserta didiknya. Sedangkan “...ikhlas secara bahasa berarti bersih dari campuran hal kotor. Secara umum ikhlas berarti hilangnya rasa pamrih atas segala sesuatu yang diperbuat.”

Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk nilai religius berdasarkan ajaran Islam yang menjadi hal pokok dalam pendidikan agama Islam adalah;

a) Nilai Aqidah (Keimanan). Yaitu fitrah manusia sejak penciptaannya.

(30)

b) Nilai Ibadah („Ubudiyyah). Yaitu pengabdian ritual sebagaimana diperintahkan dalam al-Qur‟an dan sunnah.

c) Nilai Akhlak. Yaitu pemberi norma-norma baik dan buruk yang menentukan kualitas pribadi manusia.

d) Nilai Kemasyarakatan (Sosial). Yaitu pengaturan pergaulan hidup manusia di atas bumi dalam dimensi sosial.

e. Teori Religiusitas

Menurut Glock & Stark (1994) konsep religiusitas adalah rumusan brilian. Konsep tersebut mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tetapi mencoba memperhatikan segala dimensi. Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitasaktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula. Ada lima dimensi keberagamaan sesorang yang dapat diukur untuk mengetahui apakah seseorang tersebut religius atau tidak, yaitu, dimensi keyakinan, dimensi praktek agama (ritual dan ketaatan), dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dimensi pengamalan atau konsekuensi. Dalam konteks agama Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indoneisa, lima dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut14 :

a) Dimensi Ritual; yaitu aspek yang mengukur sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut.

Misalnya; pergi ke tempat ibadah, berdoa pribadi, berpuasa, dan lain lain. Dimensi ritual ini merupakan perilaku keberagamaan yang berupa peribadatan yang berbentuk upacara keagamaan.

14 Wahyudin, dkk Dimensi Religiusitas Dan Pengaruhnya TerhadapOrganizational Citizenship Behaviour, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, h.6-7

(31)

b) Dimensi Ideologis; yang mengukur tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang bersifat dogmatis dalam agamanya. Misalnya; menerima keberadaan Tuhan, malaikat dan setan, surga dan neraka, dan lain lain. Dalam konteks ajaran Islam, dimensi ideologis ini menyangkut kepercayaan seseorang terhadap kebenaran agama-agamanya. Semua ajaran yang bermuara dari Al quran dan hadits harus menjadi pedoman bagi segala bidang kehidupan. Keberagaman ditinjau dari segi ini misalnya mendarmabaktikan diri terhadap masyarakat yang menyampaikan amar ma‟ruf nahi mungkar dan amaliah lainnya dilakukan dengan ikhlas berdasarkan keimanan yang tinggi.

c) Dimensi Intelektual; yaitu tentang seberapa jauh seseorang mengetahui, mengerti, dan paham tentang ajaran agamanya, dan sejauh mana seseorang itu mau melakukan aktivitas untuk semakin menambah pemahamannya dalam hal keagamaan yang berkaitan dengan agamanya. Secara lebih luas, Dimensi intelektual ini menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin- doktrin agama tentang kedalaman ajaran agama yang dipeluknya.

Ilmu yang dimiliki seseorang akan menjadikannya lebih luas wawasan berfikirnya sehingga perilaku keberagamaan akan lebih terarah.

d) Dimensi Pengalaman; berkaitan dengan seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman religius. Dalam Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakkal, perasaan khusuk ketika melaksanakan sholat, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat al-qur‟an, perasaan syukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.

(32)

e) Dimensi Konsekuensi; Dalam hal ini berkaitan dengan sejauh mana seseorang itu mau berkomitmen dengan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya; menolong orang lain, bersikap jujur, mau berbagi, tidak mencuri, dan lain-lain. Aspek ini berbeda dengan aspek ritual. Aspek ritual lebih pada perilaku keagamaan yang bersifat penyembahan/adorasi sedangkan aspek komitmen lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam kerangka agama yang dianut. Pada hakekatnya, dimensi konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek sosial.

2) Organisasi IPNU IPPNU a. Sejarah IPNU IPPNU

Sejarah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah sejarah yang panjang.

Keberadaannya tidak lepas dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Karena itu, membaca sejarah IPNU-IPPNU tidak bisa dilepaskan dari pembacaan sejarah perjuangan pembebasan nsional, baik dalam masa penjajahan maupun masa kemerdekaan yang diwarnai pergerakan mewujudkan cita-cita nasional sampai era reformasi. Dengan kata lain dibutuhkan upaya untuk melihat IPNU dan IPPNU sebagai bagian dari sekian organ perjuangan kaum muda yang pernah ada di Indonesia.

Karena IPNU-IPPNU berdialektika dengan organ-organ lain, maka menarik untuk menempatkan sejarah IPNU-IPPNU dalam kancah pergulatan dan perjuangan kebangsaan diantara organisasi-organisasi pemuda lainnya.

Penulusuran ini menjadi esensial sebab peran kaum muda memiliki catatan penting dalam sejarah sosial dan kebangsaan negeri ini. Peran kaum muda dalam perebutan kemerdekaan, atau sebagai motor penggerak berbagai perubahan sosial pasca kemerdekaan, misalnya, terukir rapi dalam sejarah. Reformasi yang telah bergulir di tanah air

(33)

sampai penentusan agendanya, tidak lepas dari kepeloporan generasi muda.

Seperti telah tercatat dalam sejarah, penjajahan di tanah air telah melahirkan gelombang pergerkan nasional yang besar. Untuk mengorganisir perlawanan terhadap penjajah, lahirlah berbagai organisasi. Kesadaran berorganisasi secara signifikan menemukan momentumnya. Berbagai organisasi bermunculan dalam atmosfir pergerakan perlawanan ini. Sebagain besar organ – organ pergerakan itu dipelopori oleh kalangan muda, seperti Budi Utomo (20 Mei 1908), Trikoro Darmo yang akhirnya berubah menjadi Jong Java, Sarekat Islam, dan lain – lain. Keberadaan Jong Java menginspirasikan lahirnya organ serupa diluar Jawa, seperti JOng Sumatranen Bond (1917), Jong Celebes (1918), Jong Minahasa (1918), Jong Batak Bond (1925), Jong Islamieten Bond (1925).

Fenomena ini kemudian ditangkap sebagai kecenderungan terhadap kebutuhan penyatuan organisasi kaum muda dalam lingkup yang lebih luas (nasional).

Kristalisasi dari pergerakan yang berbasis local diatas, terakumulasi dalam kelahiran Jong Indonesia di Bandung pada 27 Pebruari 1927 (hasil keputusan Kongres Pemuda I, 30 April 1926) dan Kongres Pemuda II pada 26 – 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Jauh sebelumnya, pada 1916, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) di Surabaya. Dua tahun kemudian (1918) beliau mendirikan organisasi sosial ekonomi bernama Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Para Pedagang). Di Ampel Surabaya, tahun 1919, berdiri madrasah yang bernama Taswirul Afkar (Pencerahan Pemikiran). Organ – organ inilah yang nantinya menjadi embrio Nahdlatul Ulam. Diberbagai daerah diluar Jawa bermunculan organisasi pergerakan juga tidak

(34)

kalah ramai seperti Sumatera Tawalib, Persis, Perti dan Persatuan Muslimin Tapanuli (PTM) yang kemudian bergabung dengan NU.

Setelah melalui pergulatan panjang, baik karena pengaruh perkembangan global, nasional, maupun local, kalangan yang berlatar belakang cultural sama itu akhirnya mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), tepatnya pada 31 Januari 1926. NU menjadi organ konsolidator bagi pergerakan yang berserakan dibasis Islam tradisional. Makna kelahiran NU, menurut KH. H.M. Dachlan berakar pada perjuangan anti kolonial.

Pada tahun 1930, berbagai organ kaum muda melebur menjadi satu dengan wadah Indonesia Muda (IM), yang dipelopori Perhimpunan Pelajar – Pelajar Indonesia (PPPI). Namun dalam perjalanannya, IM melemah dan mendorong kelahiran organ lain seperti Soeloeh Pemoeda Indonesia (SPI) dan Pergerakan Pemuda Revolusioner (PERPIRI). Semenjak era ini, dunia pergerakan mengalami kevakuman. Penyebab dari kevakuman ini salah satunya adalah kebijakan represif colonial terhadap kaum muda pergerakan, seperti pembatasan hak berkumpul dan berserikat. Puncaknya ditandai dengan pengasingan pemimpin-pemimpin pergerakan, diantaranya Sukarno, Hatta dan Syahrir.

Sebuah era baru dimulai, yakni perjuangan yang lebih berkarakter cultural seperti lahirnya study club, yang memilih melakukan aksi – aksi penyadaran masyarakat tentang pentingnya pergerakan, persatuan, pendidikan, melalui surat kabar atau majalah seperti Soeloeh Rakyat dan Soeloeh Indonesia.

Setelah ada perubahan situasi, terjadi transformasi format perjuangan menuju karakter yang lebih politis. Algemeene Studieclub- nya Soekarno berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) dan PNI. Pada tahun 1927, aktivis Budi Utomo mendirikan Partai Indonesia Raya (PARSINDRA), muncul juga Gerakan Rakyat

(35)

Indonesia (GERINDO), yang berpuncak pada terbentuknya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tahun 1939.

Demikian juga pada masa pendudukan Jepang. Meskipun menjajah dalam waktu yang singkat, namun kebijakan Jepang lebih represif.

Jepang memberangus organisasi pergerekan yang telah ada. MIAI yang memiliki watak anti kolonial diganti dengan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Akhirnya NU sebagai organisasi terbesar disubordinasikan dalam MIAI.

Singkat cerita, perjuangan pembebasan kolonial akhirnya mencapai titik kulminasi dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Ratusan partai politik menjamur untuk ikut dalam kontes politik. NU sebagai organisasi terbesar juga masuk gelanggang politik dengan bergabung pada partai Masyumi. Pilihan ini dilakukan sebagai bentuk perjuangan lewat salur structural. Politik NU senantiasa diwarnai dengan denamika dan tidak ada blue – print yang baku. Dialektika sejara memaksa NU keluar dari Masyumi pada tanggal 15 April 1852.

Deklarasi ini menjadi babak baru kehidupan politik NU.

Meski Indonesia telah merdeka, namun bukan berarti agenda perlawanan telah selesai. Sebab imperialisme tetap menjadi musuh besar karena berbagai agresi tetap dilancarkan. Karena itulah partai politik dan organisasi massa tetap menjadi agen penting dalam upaya pembebasan nasional, termasuk ormas pelajar dan kepemudaan.

Mengiringi menjamurnya parpol, diwilayah lain juga tumbuh berbagai organisasi sosial kaum muda dan mahasiswa. Perkumpulan Pemuda Kristen (PPKI), Gerakan Mahasiswa Islam Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Sosialis (Germasos) berdiri. Begitu juga dilingkungan NU. Jauh sebelum itu, generasi muda NU telah memiliki kesadaran pergerakan.

Kesadaran kolektif ini termanifestasikan dalam berbagai organ yang tumbuh di basis – basis NU. Bisa dicontohkan, di Surabaya telah berdiri organ pelajar Tsamrotul Mustafidin pada 11 Oktober 1936;

(36)

Persatoean Santri NO (Persano) pada 1939; di Malang berdiri Persatoean Moerid NO (PAMNO) pada 1941; di Madura berdiri Ijtimauth Tholabiyyah pada 1945; di Sumbawa berdiri Ijtimauth Tholabah NO pada 1946; di Kediri berdiri Persatuan Pelajar NO (Perpeno) pada 1954; di Medan berdiri Ikatan Pelajar NO (IPENO) pada 1945; Ikatan Moerid Nahdlatul Oelama (IMNO) pada tahun 1945; Subbanul Muslimin yang berdiri di Madura, serta masih banyak lagi.

Hanya saja organ – organ tersebut belum terkonsolidir secara nasional, sehingga corak dan watak gerakannya masih bersifat local.

Yang menyatukan meraka adalah imajinasi kolektif yang dibentuk dari tradisi keagamaan Sunni yang sama. Pada titik inilah muncul kepeloporan gerakan yang hendak membangun jembatan pergerakan antar organ tersebut. Maka tampillah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo), dan Abdul Ghony Farida (Semarang) yang membawa gagasan progresif ini untuk disampaikan pada KOmbes PB LP. Ma‟arif di Semarang pada Februari 1954. Gayung bersambut, sehingga gagasan ini diakomodir untuk dijadikan agenda pembahasan. Akhirnya Kombes Ma‟arif Semarang tersebut mengesahkan berdirinya organisasi pelajar NU dengan nama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), tepatnya pada tanggal 24 Februari 1954/20 Jumadil Akhir 1373 H.

Setelah resmi berdiri, IPNU melakukan kosolidasi melalui konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April – 1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang dan Kediri. Konferensi ini berhasil merumuskan asas organisasi, yaitu Ahlussunnah Wal Jama‟ah; tujuan organisasi, yakni mengembangkan risalah Islamiyah; mendorong kualitas pendidikan;

dan mengkonsolidir pelajar. Konferensi ini menetapkan M. Tholchah Mansoer sebagai Ketua Umum pertama. Hasil konsolidasi ini lalu dibawah dalam muktamar NU ke – 20 di Surabaya, (9-14 September

(37)

1954). Dan dalam muktamar itulah IPNU disahkan oleh PBNU sebagi satu – satunya organisasi pelajar putra dalam naungan Nahdlatul Ulama.

Langkah para pelajar putra tersebut menginspirasi para pelajar putri untuk melakukan hal yang sama, karena IPNU hanya menjadi wadah pelajar putra. Untuk itu, beberapa bulan setelah IPNU berdiri para pelajar putri yang sedang belajar di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, menganggap perlunya wadah bagi pelajar putri NU.

Meraka adalah Umroh Mahfudzoh, Atika Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romlah, dan Basyiroh Saimuri. Pertemuan itu berhasil membentuk tim kecil untuk mempersiapkan pendirian organisasi.

Pada muktamar (sekarang disebut Kongres) I IPNU di Malang pada 28 Februari – 5 Maret 1955, IPPNU resmi dilahirkan, tepatnya pada 2 Maret 1955. Pada muktamar itu jugalah IPPNU resmi dideklarasikan. Awalnya organisasi ini dinamai IPNU putri, namun akhirnya atas persetujuan PB LP. Ma‟arif NU nama itu dirubah menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Mulai saat itulah, sejarah pergerakan pelajar NU telah ditorehkan.

Keberadaannya mewarisi tradisi perlawanan terhadap kolonialisme, lambang kesewenang – wenangan, ketidakadilan dan dehumanisasi.

Tradisi itu seperti telah terlihat dalam sejarah, telah tumbuh sejak lama. Kalaupun pada tahun 1954 baru lahir, hal itu haruslah dimaknai sebagai semata – mata formalisasi dan institusionalisasi perjuangan agar lebih terorganisir, terprogram dan terkonsolidir secara nasional.

Sejak lahirnya tahun 1988, IPNU mempunyai kepanjangan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, sementara IPPNU berkepanjangan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Sesuai denagn namanya maka dalam rentang waktu tersebut pembinaan IPNU dan IPPNU tertuju hanya pada putra-putri NU yang masik duduk di bangku sekolah.

Konsentrasi keanggotaannya pun hanya terbatas di lingkungan sekolah milik NU.

(38)

Waktu terus bergulir, pemerintah Orde Baru melalui UU No. 8 tahun 1985 melakukan kebijakan “depolitisasi pelajar”. Kebijakan yang mengatur organisasi kemasyarakatan itu diantaranya melarang adanya organisasi pelajar kecuali OSIS. Karena tekanan represif pemerintah itu pada Kongres X IPNU dan Kongres IX IPPNU di Pondok Pesantren Mamba‟ul Maarif, Denanyar Jombang pada 29-31 Januari 1988, akhirnya IPNU sepakat merubah kepanjangan “P” dari

„Pelajar‟ menjadi „Putra‟. Dengan demikian IPNU menjadi Ikatan Outra Nahdlatul Ulama dan IPPNU menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdalatul Ulama. Hal ini dilakukan sebagai respon atas rangkaian konteks historis agar IPNU-IPPNU tetap survive dalam menghadapi dampak represif orde baru.

Dengan perubahan nama tersebut, maka perubahan dalam berbagai aspek tidak dapat dielakkan. Bidang garapan IPNU tidak lagi hanya terbatas pada kalangan pelajar santri semata, melainkan pelajar NU pada umumnya. Sejak saat itulah IPNU dihadapkan dengan target group yang sangat beragam dengan latar belakang yang beragam pula.

Keragaman segmen ini bukan hanya tanpa konsekuensi. Program berat yang dihadapi IPNU kala itu adalah sulitnya menentukan pendekatan terhadap segmen kader yang bergam itu. Di samping itu, konsekuensi lain adalah tidak optimalnya menggarap kader terdidik yang dianggap sebagai tulang punggung gerakan untuk mempersiapkan generasi masa depan.

Kegelisahan itu mulai muncul pada Kongres XIII IPNU dan Kongres XII IPPNU yang dilaksanakan di Makassar pada 22-26 maret 2000. Kebutuhan untuk berkonsentrasi meggarap pelajar diwujudkan dengan Deklarasi Makassar yang berisi seruan penguatan basis IPNU- IPPNU di sekolah dan pesantren. Setelah kongres ini IPNU-IPPNU melakukan gebrakan dengan mendirikan komisariat IPNU-IPPNU di sekolah, pesantren dan perguruan tinggi.

(39)

Meskipun sudah meneguhkan komitmennya pada gerakan kepelajaran, namun belum dianggap cukup untuk menjawab kebutuhan kembali ke pelajar secara total. Kegelisahan ini memuncak pada Kongres XIV IPNU dan XIII IPPNU di Sukolilo Surabaya.

Kongres yang berlangsung pada 18-24 Juni 2003 lalu itu telah menorehkan sejarah baru bagi perjalanan badan otonom NU ini. Pada Kongres itulah setelah melalui perdebatan yang sangat panjang, tercapai kesepakatan untuk mengembalikan IPNU pada khittahnya, yaitu kembali menjadi organisasi pelajar. IPNU uang semula berkepanjangan Ikatan Putra Nahdlatul Ulama, berubah lagi menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Demikian juga IPPNU menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

Babak baru perjalanan IPNU-IPPNU dimulai. Keputusan mengembalikan IPNU-IPPNU ke pelajar dianggap menjadi pilihan yang terbaik di tengah perubahan kompelksitas tantangan yang dihadapi Nahdlatul Ulama. Paling tidak ada dua alasan besar yang dapat dikemukakan. Pertama, dari sisi kesejahraan, kembali ke pelajar dianggap penting karena perubahan nama menjadi “Putra” dan “Putri- Putri” adalah kecelakaan sejarah. Tekanan pemerintah pada waktu itu adalah hal yang tidak dapat dilupakan sebagai faktor sebagai perubahan nama. Jelas, perubahan itu penuh dengan nuansa politis dan sekadar taktik untuk mempertahankan eksistensi ketimbang karena kebutuhan.

Kedua adalah alasan kebutuhan. Pelajar NU adalah kekuatan masa depan pada waktu-waktu lalu tidak dapat perhatian yang optimal dari Nahdlatul Ulama. Pelajar, baik siswa maupun santri disadari sebagai komponen penting yang harus dibina dan diapresiasi, karena komponen inilah yang sejatinya menjadi asset masa depan. Akibat dari tidak adanya perhatian dan pembinaan yang khusus, tidak sedikit kalangan pemuda terdidik ini yang mengalami “kebusukan”. Oleh kerana itu saat ini dibutuhkan organisasi yang secara intensif menjadi

(40)

aktualisasi bagi pelajar dan santri NU. IPNU-IPPNU yang dikelahirannya memang sebagai tempat untuk mewadahi pelajar dan santri, harus dikembalikan pada posisi semula, yaitu tempat aktualisasi dan pengembangan pelajar dan santri.

Dengan keputusan yang penting dan strategis ini berarti IPNU- IPPNU bertekad mengembalikan basis organisasinya pada sekolah dan pesantren. Jika semula IPNU-IPPNU memiliki wilayah garapan yang samar karena istilah “Putra” dan “Putri” tidak memiliki identifikasi yang jelas, maka pada saat ini segmen garapan IPNU- IPPNU diperjelas pada segmen pelajar dan santri. Salah satu konsekuensi keputusan ini adalah IPNU-IPPNU harus kembali mengembangkan organisasinya di sekolah, madrasah dan pesantren, serta unit-unit pendidikan lainnya.15

b. Peran IPNU IPPNU

Sebagai badan otonom NU yang bergerak dalam dunia ke pelajaran, IPNU-IPPNU mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam membangun kader kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, demokratis dan mampu mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi organisasi IPNU-IPPNU sebagai badan otonom NU adalah sebagai wadah perhimpunan-nya para pelajar NU untuk melanjutkan semangat NU, menjalin hubungan dan menggalang Ukhuwah Islamiyah dalam mengembangkan syariat Islam serta menjadi tempat kaderisasi belajar yaitu sebagai kader-kader bangsa di masa yang akan datang.

Peran dan fungsi IPNU-IPPNU yang strategis dalam pembinaan kader NU dikarenakan mempunyai arah tujuan dan wawasan perjuangan

15 Buku Pedoman Komisariat IPNU IPPNU.

https://www.academia.edu/29099920/Buku_Pedoman_Komisariat_IPNU_IPPNU diakses pada 1 Mei 2021 pukul 09:45 WIB

(41)

yang jelas. Beberapa arah perjuangan dan wawasan IPNU-IPPNU antara lain adalah:

1) Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan ialah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan, yang mengakui keberagaman masyarakat, budaya, yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, hakekat dan martabat manusia, yang memiliki tekad dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara berlandaskan prinsip keadilan, persamaan, dan demokrasi.

2) Wawasan Keislaman

Wawasan keislaman adalah wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam sebagai sumber nilai dalam menunaikan segala tindakan dan kerja-kerja peradaban. Ajaran Islam sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam, mempunyai sifat memperbaiki dan menyempurnakan seluruh nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, IPNU-IPPNU dalam bermasyarakat bersikap tawashut dan i’tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kejujuran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, bersikap membangun dan menghindari sikap tatharruf (ekstrem, melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan kezaliman); tasamuh, toleran terhadap perbedaan pendapat, baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan; tawazun, seimbang dan menjalin hubungan antar manusia dan Tuhannya, serta manusia dengan lingkungannya; amar ma’ruf nahy munkar, memiliki kecenderungan untuk melaksanakan usaha perbaikan, serta mencegah terjadinya kerusakan harkat kemanusiaan dan kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka, bertanggung jawab dalam berfikir, bersikap, dan bertindak.

3) Wawasan Keilmuan

Wawasan keilmuan adalah wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan anggota dan kader. Sehingga ilmu pengetahuan memungkinkan anggota untuk

(42)

mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya dan tidak menjadi beban sosial lingkungan. Dengan ilmu pengetahuan, akan memungkinan mencetak kader mandiri, memiliki harga diri, dan kepercayaan diri sendiri dan dasar kesadaran yang wajar akan kemampuan dirinya dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat yang berguna.

4) Wawasan Kekaderan

Wawasan kekaderan ialah wawasan yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina anggota, agar menjadi kader–kader yang memiliki komitmen terhadap ideologi dan cita–cita perjuangan organisasi, bertanggungjawab dalam mengembangkan dan membentengi organisasi, juga diharapkan dapat membentuk pribadi yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam ala ahlussunnah wal jamaah, memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuan, serta memiliki kemampuan teknis mengembangkan organisasi, kepemimpinan, kemandirian, dan populis.

5) Wawasan Keterpelajaran

Wawasan keterpelajaran ialah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri sebagai center of excellence (pusat keutamaan) pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang berilmu, berkeahlian, dan mempunyai pandangan ke depan, yang diikuti kejelasan tugas sucinya, sekaligus rencana yang cermat dan pelaksanaannya yang berpihak pada kebenaran. Wawasan ini mensyaratkan watak organisasi dan anggotanya untuk senantiasa memiliki hasrat ingin tahu dan belajar terus menerus; mencintai masyarakat belajar; mempertajam kemampuan mengurai dan menyelidik persoalan; kemampuan menyelaraskan berbagai pemikiran agar dapat membaca kenyataan yang sesungguhnya; terbuka menerima perubahan, pandangan dan cara-cara baru; menjunjung

(43)

tinggi nilai, norma, kaidah dan tradisi serta sejarah keilmuan; dan berpandangan ke masa depan

c. Tujuan IPNU IPPNU Visi dan Misi IPNU

Visi :

Terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari‟at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama‟ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Misi:

1) Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi

2) Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa.

3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah), guna terwujudnya khaira ummah.

4) Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi

Visi dan Misi IPPNU Visi :

Terbentuknya kesempurnaan Pelajar Putri Indonesia yang bertaqwa, berakhlakul karimah, berilmu, dan berwawasan kebangsaan.

(44)

Misi:

1) Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, bersikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2) Mengembangkan wacana dan kualitas sumberdaya kader menuju terciptanya kesetaraan gender.

3) Membentuk kader yang dinamis, kreatif, dan inovatif d. Kegiatan-Kegiatan PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

1) LAKMUD (Latihan Kader Muda)

Lakmud adalah pelatihan yang menekankan pada pembentukan watak, motivasi pengembangan diri dan rasa memiliki organisasi dan keterampilan berorganisasi serta upaya pembentukan standard kader. Dan memiliki tujuan untuk menciptakan kader IPNU IPPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam ahlussunnah wal jama‟ah, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, memiliki pengetahuan yang mendalam dan keterampilan yang memadai dalam berorganisasi.

2) Pengajian Rutinan

IPNU IPPNU adalah organsasi pelajar yang berlandasan pada pemahaman Ahlusunnah waljama‟ah, serta mengamalkan amaliyah- amaliyah nya dan salah satunya ialah dengan mengadakan pengajian rutinan yang sudah menjadi tradisi NU itu sendiri.

3) BPUN (Bimbingan Pasca Ujian Nasional)

BPUN sendiri adalah sebagai wadah bagi pelajar yang ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri yaitu bimbingan pasca ujian nasional dengan metode pesantren kilat selama 2 minggu. Kegiatan ini sangat membantu kader atau anggota dan pelajar umum untuk mendapatkan kampus unggulan

(45)

4) Try Out Online SIMAK UI

Try Out Online SIMAK UI adalah wadah bagi para pelajar yang ingin ikut SIMAK UI. Kegiatan ini diselenggarakan secara online pada tanggal 28-29 April 2021

5) 1.500 Vaksinasi Untuk Pelajar.

Kegiatan 1.500 Vaksinasi merdeka untuk Pelajar MTs dan MAN berkolaborasi dengan Polres Jakarta Barat, organisasi GP Ansor dan Banser Jakarta Barat yang dilaksanakan pada 2 titik yaitu:

titik pertama pada 3 Agustus 2021 di MTsN 11 Jakarta dan 4 Agustus 2021 di MTsN 8 Jakarta.

6) Student Debat Competition

Student Debat Competition adalah perlombaan debat yang diadakan secara internal oleh PC IPNU IPPNU Jakarta Barat, diadakan pada bulan November 2020. Peserta merupakan delegasi dari masing-masing PAC yang ada di Jakarta Barat, delegasi tersebut terdiri dari 1-2 tim yang masing-masing tim terdiri dari 3 orang.

Kegiatan ini selain untuk menjalin silaturahmi antar PAC juga diharapkan menjadi wadah untuk mengasah skill anggota.

7) Webinar

Webinar dan pelatihan adalah kegiatan yang dapat menambah wawasan dan meningkatkan soft skill para kader IPNU IPPNU, seperti webinar seputar beasiswa untuk para pelajaar yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, webinar tentang virus corona &

berita hoax

8) Peduli Korban Bencana

Peduli Korban Bencana adalah kegiatan penyaluran bantuan sosial kepada para korban yang terdampak bencana seperti:

kebanjiran, kebakaran serta warga-warga yang terdampak covid-19 di wilayah Jakarta Barat.

9) Pesantren Ramadhan

(46)

Pesantren ramadhan adalah kegiatan pesantren kilat yang diadakan pada bulan Ramadhan bertempat di Masjid Raya KH.

Hasyim Asy'ari kolaborasi dengan remaja Masjid KH Hasyim Asy'ari itu sendiri. Peserta dibagi ke 3 tingkatan yaitu SD, SMP dan SMA.

10) Jelajah Wisata Religi

Jelajah wisata religi adalah kegiatan ziarah makam para ulama yang berada di wilayah sekitaran Jakarta Barat. Adapun makam yang diziarahi yaitu makam KH Hasan Ya‟kub Semanan, Guru Ma‟mun Rawa Buaya, Guru Masjid Basmol, KH Syarifudin Abdul Ghani Basmol, dan KH Adnan Al-Wasilah. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2021 yang dilaksanakan pada Kamis 21 Oktober 2021 dan bekerja sama dengan PC Rijalul Ansor Jakarta Barat, PC PMII Jakarta Barat, dan PC Kopri Jakarta Barat.

11) Festival Nuzulul Qur'an

Festival Nuzulul Qur'an adalah kegiatan rutin tahunan yang diadakan oleh PC IPNU IPPNU Jakarta Barat kolaborasi dengan remaja Masjid Nurul Iman Tanah Koja setiap bulan Ramadhan.

Dalam FNQ banyak perlombaan yang diadakan dan dibuka untuk umum, dari mulai Hadroh, marawis, pidato. Namun karena pandemi sejak 2020 lalu kegiatan ini ditiadakan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa penelitian yang memiliki kesamaan atau relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis.

1. Penelitian yang berjudul “Penanaman karakter Karakter Religius Dalam Organisasi IPNU IPPNU Di Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek” yang merupakan skripsi dari Imroatus Sholikhah dari IAIN Tulungagung yang lulus pada tahun 2019. Penelitian ini

Gambar

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kota Jakarta Barat
Tabel 3.3   Pedoman Observasi
Tabel 3.5  Pedoman Dokumentasi
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Jakarta Barat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ukuran pemda dan ukuran legislatif berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan

Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas,tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayananbimbingan dan konseling terhadap peserta didik.Program

PUSKESMAS SEI LANGKAI Konfirmasi Tanpa Gejala Isolasi Mandiri 35 23273 Tn.DH L 53 Karyawan Swasta Kawasan Legenda Malaka Baloi Permai Batam Kota

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sekadau mengalami kenaikan sebanyak 1.558 rumah

Penetapan kluster PC berdasarkan akumulasi bobot nilai empat parameter tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:a. PC dengan nilai akumulasi 80-100 ditetapkan masuk kluster 1 (satu)

Pada Tabel 6 tampak bahwa setelah percobaan berlangsung dua bulan, kelinci P3 memperlihatkan peningkatan kadar kolesterol HDL yang tertinggi (13,65 mg/dL), dibanding kelompok

Pada saat ide-ide pembaharuan masuk ke Indonesia sekitar awal abad ke-20 M, secara berangsur-angsur pemikiran dan pemahaman tentang Islam di Indonesia terpolarisasi

Proses pertumbuhan yang lebih baik yang dipengaruhi oleh unsur hara maka akan berpengaruh terhadap hasil atau produksi jumlah polong baik itu berat basah, berat kering biji tanaman