• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Kerangka Berpikir

Program Pembentukan Karakter Religius

IPNU IPPNU Jakarta Barat

1. Dimensi Ritual 2. Dimensi Ideologis 3. Dimensi Intelektual 4. Dimensi Pengalaman 5. Dimensi Konsekuensi 1. LAKMUD (Latihan Kader Muda)

2. Pengajian Rutin 3. Jelajah Wisata Religi 4. Pesantren Ramadhan

Analisis Program Pembentukan Karakter Religius PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

Dimensi Religiusitas

35 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Secara geografis letak Kota Administrasi Jakarta Barat berada pada posisi antara 106ᴼ – 48ᴼ Bujur Timur dan 60ᴼ – 12ᴼ Lintang Utara. Luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat mencapai 129,54 Km² atau mencapai 19,56% dari luas total wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Jakarta Barat Merupakan salah satu wiayah pusat industri di Jakarta, ditandai dengan terdapat banyaknya pabrik-pabrik pengolahan industri ringan, tekstil, maupun bahan-bahan kimia. Salah satu daerah yang menjadi pusat industri di Jakarta Barat adalah Daan Mogot dan Cengkareng.

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat memiliki perbatasan sebelah utara dengan Kab/Kota Administrasi Tangerang dan Kota Administrasi Jakarta Utara Di sebelah timur berbatasan dengan Kota administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Di sebelah selatan berbatasan dengan Jakarta Selatan dan Kota Administrasi Tangerang. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten dan Kota Administrasi Tangerang, KS. Tubun.

Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat dibagi ke dalam 8 Kecamatan, yaitu Cengkareng (26,54 Km²), Grogol Petamburan (11,31 Km²), Kalideres (27,39 Km²), Kebon Jeruk (17,92 Km²), Kembangan (24,19 Km²), Palmerah (5,4 Km²), Taman Sari (4,36 Km²), Tambora (5,42 Km²) serta 56 kelurahan.

Jumlah penduduk Kota Administrasi Jakarta Barat adalah sebanyak 2.485.224 jiwa dengan perbandingan 1.256.881 berjenis kelamin Laki-laki dan sebanyak 1.228.343 perempuan. Kepadatan penduduk di wilayah ini adalah sebanyak 19.191,67 jiwa/km².16

16 Kota Administrasi Jakarta Barat, https://statistik.jakarta.go.id/jakarta-barat/ diakses pada 27 Agusutus 2021 pukul 10.30 WIB

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kota Jakarta Barat

Penelitian ini akan berlangsung selama enam bulan. Diawali dengan rancangan penelitian yang dilakukan pada bulan November-Desember 2020 sampai kemudian penulisan laporan akhir dan menyerahkan laporannya pada bulan Juli-Agustus 2021. Berikut adalah tabel detail rencana waktu penelitian ini.

7.

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.17 Adapun yang menjadi social situation dalam penelitian ini adalah remaja IPNU IPPNU Jakarta Barat

Sampel adalah sebagian anggota populasi.18 Teknik penentuan sampel pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan atas pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan.19 Alasan peneliti menggunakan purposive sampling bertujuan untuk mengambil informan secara objektif, dengan anggapan bahwa informan yang diambil itu merupakan keterwakilan (representatif) bagi peneliti. Sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumber datanya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian. Oleh karena itu peneliti memilih 10 orang sampel yang mewakili populasi, adapun yang menjadi sumber informasi yang dianggap dapat mewakili dan berkaitan dengan permasalah penelitian adalah remaja IPNU IPPNU.

17 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 49

18 Husaini Usman, Purnomo Setiadhy Akbar, 2017, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara), h.80

19 Sukandarrumidi, Metode Penelitian, (Yogtakarta: Gajah Mada University Press, 2012), h.65

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.20 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.21 Penggunaan pendekatan kualitatif oleh peneliti, karena peneliti melihat dari masalah yang diteliti akan berkembang secara alamiah sesuai dengan kondisi dan situasi yang terdapat di lapangan.

Sehingga peneliti akan menghasilkan informasi yang lebih mendalam terhadap kasus yang sedang diteliti.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki suatu proses, maka metode yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik individu, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi.22 Metode Studi kasus ini digunakan untuk mengetahui lebih mendalam dan terperinci tentang permasalahan fenomena yang diteliti dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data seperti instumen observasi, wawancara serta dokumentasi sebagai alat bantu untuk mendapatkan data yang lebih detail. Satu kasus yang akan difokuskan dan diteliti pada penelitian ini berkaitan dengan pembentukan karakter religius remaja melalui organisasi IPNU IPPNU.

D. Sumber dan Jenis Data

Data merupakan sumber yang paling penting untuk menyingkap suatu permasalahan yang ada, dan data jugalah yang diperlukan untuk menjawab

20 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2018), h.6

21 Ibid, h.10

22 Mudjia Rahardjo, Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif : Konsep dan Prosedurnya, (Malang: UIN Malang, 2017), h.3

masalah penelitian atau menisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Adapun sumber data yang digunakan adalah dari data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang bersumber dari informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang diteliti.

Sumber data primer diperoleh dari wawancara dengan dewan pembina, ketua, dan anggota yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dengan PC IPNU IPPNU Jakarta Barat. Berikut nama-nama informan yang peneliti ambil sebagai data primer, informan berikut diambil atas pertimbangan tertentu dan juga mewakili informasi yang dibutuhkan peneliti. Informan yang diwawancarai oleh peneliti adalah :

Tabel 3.2

Informan yang diwawancara

No Nama Jabatan

1. Imam Rifai Dewan Pembina PC IPNU Jakarta Barat 2. Muhammad Irgi Faharezi Ketua PC IPNU Jakarta Barat 3. Anas Malik Sekretaris PC IPNU Jakarta Barat 4. Samsul Arifin Bendahara PC IPNU Jakarta Barat 5. Ulil Absor Wakil Ketua 2 PC IPNU Jakarta

Barat

6. Mita Nurpatma Dewan Pembina PC IPPNU Jakarta Barat

7. Annisa Puspita Dewi Ketua PC IPPNU Jakarta Barat 8.

10. Khanza Fira Agustiani Wakil Bendahara II PC IPPNU Jakarta Barat

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data pelengkap penelitian. Sumber data sekunder diambil dari berbagai literatur seperti buku-buku, dokumen-dokumen, baik dari jurnal, internet dan kepustakaan lain.

Data sekunder yang diperoleh adalah data berupa dokumen atau berkas dari pihak atau yang menjadi objek penelitian ini seperti profil Kecamatan Cengkareng, dokumen SK pengurus PC IPNU IPPNU Jakarta Barat, struktur organisasi PC IPNU IPPNU Jakarta Barat, serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini.

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam proses penelitian. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data. Dalam dunia ilmiah dikenal dengan semboyan:

“Yakinlah orang secara logis dengan kerangka teoritis dan kerangka berpikir, serta buktikanlah secara empiris dengan pengumpulan data yang relevan”.23 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan dan kesahihannya.24 Pada dasarnya pada teknik observasi ini observer dapat melihat serta mengamati langsung fenomena yang terjadi di lingkungan yang akan diteiti, yang selanjutnya dapat dilakukan penilaian atas fenomena tersebut.

Penelitian ini menggunkan observasi non partisipatif pada Pengurus Cabang IPNU IPPNU Jakarta Barat. Observasi non partisipatif

23 Husaini Usman, Purnomo Setiadhy Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara, 2017), h.90

24 Ibid, h.90

adalah ketika seorang peneliti tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan atau aktivitas grup dan hanya menjadi pengamat pasif dengan melihat, mengamati, dan mendengarkan semua aktivitas untuk mengambil kesimpulan dari kegiatan observasi tersebut. Dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi untuk mendapatkan data mengenai pengurus PC IPNU IPPNU Jakarta Barat yang mengikuti kegiatan pembentukan karakter religius dan adanya metode khusus dalam proses pembentukan karakter religius. Pedoman observasi dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.3

3 Anggota aktif mengikuti kegiatan PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

2. Wawancara

Wawancara (Interview) adalah proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.25 Pertanyaan sangat penting dalam hal ini, peneliti menyiapkan pedoman wawancara yang nantinya akan diajukan kepada responden. Dengan pertanyaan tersebut maka peneliti akan saling bertukar informasi yang akan menjadi bahan dasar untuk dianalisis.

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur sebagai teknik pengumpulan data. Tujuan wawancara jenis ini untuk menentukan permasalah lebih terbuka dimana pihak yang diwawancarai

25 Husaini Usman, Purnomo Setiadhy Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi Aksara, 2017), h.93

diminta pendapat dan ide-idenya.26 Sehingga peneliti akan mendapatkan informasi lebih mendalam terkait permasalahan yang sedang diteliti. Instrumen wawancara dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Wawancara

No Kisi-Kisi Instrumen Sumber Data

1.

Dewan Pembina dan anggota PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

Dewan Pembina, Ketua dan anggota PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

Dewan Pemnina dan Ketua PC IPNU IPPNU Jakarta Barat.

Dewan Pembina dan Ketua PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

26 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 73

3. Dokumentasi

Penelitian kualitatif selain terdapat observasi dan wawancara, dokumentasi pun salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kualitatif. Dokumentasi adalah catatan tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu.27 Melalui dokumen seorang peneliti dapat menemukan informasi yang valid tentang realitas sosial tertentu.

Sumber data yang berupa dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental baik bersumber dari dokumen pribadi maupun dokumen resmi.28

Proses dokumentasi, peneliti mengumpulkan beberapa tulisan dan gambar berbentuk catatan selama kegiatan penelitian, serta semua dokumen yang bersangkutan dengan pembahasan penelitian sebagai sumber informasi. Berikut dokumen yang dibutuhkan dijelaskan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.5 Pedoman Dokumentasi

No Dokumen Sumber

1. SK Pengurus PC IPNU IPPNU Jakarta Barat

Pihak PC IPNU IPPNU Jakarta Barat 2. Dokumentasi Kegiatan PC IPNU

IPPNU Jakarta Barat

Pihak PC IPNU IPPNU Jakarta

Barat 3. Foto-foto pendukung saat melakukan

Penelitian Dokumentasi peneliti

27 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 2010), h.123

28 Ambo Upe & Damsid, Asas-Asas Multiple Researches, (Yogryakarta:Tiara Wacana, 2010), h.166

F. Analisis Data

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, serta memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.29

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti melakukan analisis terhadap jawaban informan. Bila jawaban informan setelah dianalisis terasa belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data peneliti melakukan reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclusing drawing/verification).30

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.31

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flow chart, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.32

29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), h.248

30 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 404

31 Ibid, h.405

32 Ibid, h.408

3. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing/Verification)

Menurut Miles dan Huberman, langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.33

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 1. Triangulasi

Proses penelitian belum selesai hanya sampai terkumpulnya data dari berbagai sumber data yang diperlohnya. Merupakan langkah yang terburu-buru jika peneliti kemudian melakukan analisis terhadap data.

Maka, langkah selanjutnya adalah meyakinkan data tersebut terhadap derajat kepercayaan (validitas) dengan melakukan triangulasi terhadap data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.34 Dengan demikian terdapat dua macam yang dipakai untuk menguji kredibilitas penelitian ini :

33 Ibid, h.412

34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), h.330

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber data dalam penelitian ini adalah fasilitator, kepala desa dan masyarakat. Data dari ketiga sumber tersebut tidak bisa diratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data tersebut dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.35

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, atau analisis dokumentasi. Setelah dicek dengan teknik yang berbeda menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar, karena memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.36

35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 370

36 Ibid, h. 371

47 BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Administrasi Jakarta Barat

Secara geografis letak Kota Administrasi Jakarta Barat berada pada posisi antara 106ᴼ – 48ᴼ Bujur Timur dan 60ᴼ – 12ᴼ Lintang Utara. Luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat mencapai 129,54 Km² atau mencapai 19,56% dari luas total wilayah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Barat Merupakan salah satu wiayah pusat industri di Jakarta, ditandai dengan terdapat banyaknya pabrik-pabrik pengolahan industri ringan, tekstil, maupun bahan-bahan kimia. Salah satu daerah yang menjadi pusat industri di Jakarta Barat adalah Daan Mogot dan Cengkareng. Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat memiliki perbatasan sebelah utara dengan Kab/Kota Administrasi Tangerang dan Kota Administrasi Jakarta Utara Di sebelah timur berbatasan dengan Kota administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.

Di sebelah selatan berbatasan dengan Jakarta Selatan dan Kota Administrasi Tangerang. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten dan Kota Administrasi Tangerang, KS. Tubun.

Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Barat dibagi ke dalam 8 Kecamatan, yaitu Cengkareng (26,54 Km²), Grogol Petamburan (11,31 Km²), Kalideres (27,39 Km²), Kebon Jeruk (17,92 Km²), Kembangan (24,19 Km²), Palmerah (5,4 Km²), Taman Sari (4,36 Km²), Tambora (5,42 Km²) serta 56 kelurahan. Jumlah penduduk Kota Administrasi Jakarta Barat adalah sebanyak 2.485.224 jiwa dengan perbandingan 1.256.881 berjenis kelamin Laki-laki dan sebanyak 1.228.343 perempuan. Kepadatan penduduk di wilayah ini adalah

sebanyak 19.191,67 jiwa/km².37 Lokasi ini tepatnya di kantor PC IPNU Jakarta Barat.

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Jakarta Barat

2. Gambaran Umum Organisasi IPNU IPPNU a. Sejarah IPNU IPPNU

Sejarah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah sejarah yang panjang. Keberadaannya tidak lepas dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Karena itu, membaca sejarah IPNU-IPPNU tidak bisa dilepaskan dari pembacaan sejarah perjuangan pembebasan nsional, baik dalam masa penjajahan maupun masa kemerdekaan yang diwarnai pergerakan mewujudkan cita-cita nasional sampai era reformasi. Dengan kata lain dibutuhkan upaya untuk melihat IPNU dan IPPNU sebagai bagian dari sekian organ perjuangan kaum muda yang pernah ada di Indonesia. Karena IPNU-IPPNU berdialektika dengan organ-organ lain, maka menarik untuk menempatkan sejarah IPNU-IPPNU dalam kancah pergulatan dan

37 Kota Administrasi Jakarta Barat, https://statistik.jakarta.go.id/jakarta-barat/ diakses pada 27 Agusutus 2021 pukul 10.30 WIB

perjuangan kebangsaan diantara organisasi-organisasi pemuda lainnya.

Penulusuran ini menjadi esensial sebab peran kaum muda memiliki catatan penting dalam sejarah sosial dan kebangsaan negeri ini. Peran kaum muda dalam perebutan kemerdekaan, atau sebagai motor penggerak berbagai perubahan sosial pasca kemerdekaan, misalnya, terukir rapi dalam sejarah. Reformasi yang telah bergulir di tanah air sampai penentusan agendanya, tidak lepas dari kepeloporan generasi muda.

Seperti telah tercatat dalam sejarah, penjajahan di tanah air telah melahirkan gelombang pergerkan nasional yang besar. Untuk mengorganisir perlawanan terhadap penjajah, lahirlah berbagai organisasi. Kesadaran berorganisasi secara signifikan menemukan momentumnya. Berbagai organisasi bermunculan dalam atmosfir pergerakan perlawanan ini. Sebagain besar organ – organ pergerakan itu dipelopori oleh kalangan muda, seperti Budi Utomo (20 Mei 1908), Trikoro Darmo yang akhirnya berubah menjadi Jong Java, Sarekat Islam, dan lain – lain. Keberadaan Jong Java menginspirasikan lahirnya organ serupa diluar Jawa, seperti Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Celebes (1918), Jong Minahasa (1918), Jong Batak Bond (1925), Jong Islamieten Bond (1925).

Fenomena ini kemudian ditangkap sebagai kecenderungan terhadap kebutuhan penyatuan organisasi kaum muda dalam lingkup yang lebih luas (nasional).

Kristalisasi dari pergerakan yang berbasis lokal di atas, terakumulasi dalam kelahiran Jong Indonesia di Bandung pada 27 Pebruari 1927 (hasil keputusan Kongres Pemuda I, 30 April 1926) dan Kongres Pemuda II pada 26 – 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Jauh sebelumnya, pada 1916, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air)

di Surabaya. Dua tahun kemudian (1918) beliau mendirikan organisasi sosial ekonomi bernama Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Para Pedagang). Di Ampel Surabaya, tahun 1919, berdiri madrasah yang bernama Taswirul Afkar (Pencerahan Pemikiran). Organ – organ inilah yang nantinya menjadi embrio Nahdlatul Ulama. Di berbagai daerah diluar Jawa bermunculan organisasi pergerakan juga tidak kalah ramai seperti Sumatera Tawalib, Persis, Perti dan Persatuan Muslimin Tapanuli (PTM) yang kemudian bergabung dengan NU.

Setelah melalui pergulatan panjang, baik karena pengaruh perkembangan global, nasional, maupun lokal, kalangan yang berlatar belakang kultural sama itu akhirnya mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), tepatnya pada 31 Januari 1926. NU menjadi organ konsolidator bagi pergerakan yang berserakan di basis Islam tradisional. Makna kelahiran NU, menurut KH. H.M. Dachlan berakar pada perjuangan anti kolonial.

Pada tahun 1930, berbagai organ kaum muda melebur menjadi satu dengan wadah Indonesia Muda (IM), yang dipelopori Perhimpunan Pelajar – Pelajar Indonesia (PPPI). Namun dalam perjalanannya, IM melemah dan mendorong kelahiran organ lain seperti Soeloeh Pemoeda Indonesia (SPI) dan Pergerakan Pemuda Revolusioner (PERPIRI). Semenjak era ini, dunia pergerakan mengalami kevakuman. Penyebab dari kevakuman ini salah satunya adalah kebijakan represif kolonial terhadap kaum muda pergerakan, seperti pembatasan hak berkumpul dan berserikat.

Puncaknya ditandai dengan pengasingan pemimpin-pemimpin pergerakan, diantaranya Sukarno, Hatta dan Syahrir.

Sebuah era baru dimulai, yakni perjuangan yang lebih berkarakter kultural seperti lahirnya organisasi pelajar, yang memilih melakukan aksi – aksi penyadaran masyarakat tentang

pentingnya pergerakan, persatuan, pendidikan, melalui surat kabar atau majalah seperti Soeloeh Rakyat dan Soeloeh Indonesia.

Setelah ada perubahan situasi, terjadi transformasi format perjuangan menuju karakter yang lebih politis. Algemeene Studieclub-nya Soekarno berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) dan PNI. Pada tahun 1927, aktivis Budi Utomo mendirikan Partai Indonesia Raya (PARSINDRA), muncul juga Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO), yang berpuncak pada terbentuknya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tahun 1939.

Demikian juga pada masa pendudukan Jepang. Meskipun menjajah dalam waktu yang singkat, namun kebijakan Jepang lebih represif. Jepang memberangus organisasi pergerakan yang telah ada. MIAI yang memiliki watak anti kolonial diganti dengan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Akhirnya NU sebagai organisasi terbesar disubordinasikan dalam MIAI.

Singkat cerita, perjuangan pembebasan kolonial akhirnya mencapai titik kulminasi dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ratusan partai politik menjamur untuk ikut dalam kontes politik. NU sebagai organisasi terbesar juga masuk gelanggang politik dengan bergabung pada partai Masyumi. Pilihan ini dilakukan sebagai bentuk perjuangan lewat salur structural.

Politik NU senantiasa diwarnai dengan denamika dan tidak ada blue – print yang baku. Dialektika sejarah memaksa NU keluar dari Masyumi pada tanggal 15 April 1852. Deklarasi ini menjadi babak baru kehidupan politik NU.

Meski Indonesia telah merdeka, namun bukan berarti agenda perlawanan telah selesai. Sebab imperialisme tetap menjadi musuh besar karena berbagai agresi tetap dilancarkan. Karena itulah partai politik dan organisasi massa tetap menjadi agen penting dalam upaya pembebasan nasional, termasuk ormas pelajar dan kepemudaan.

Mengiringi menjamurnya parpol, diwilayah lain juga tumbuh berbagai organisasi sosial kaum muda dan mahasiswa.

Perkumpulan Pemuda Kristen (PPKI), Gerakan Mahasiswa Islam Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Sosialis (Germasos) berdiri. Begitu juga dilingkungan NU. Jauh sebelum itu, generasi muda NU telah memiliki kesadaran pergerakan. Kesadaran kolektif ini termanifestasikan dalam berbagai organ yang tumbuh di basis –

Perkumpulan Pemuda Kristen (PPKI), Gerakan Mahasiswa Islam Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Sosialis (Germasos) berdiri. Begitu juga dilingkungan NU. Jauh sebelum itu, generasi muda NU telah memiliki kesadaran pergerakan. Kesadaran kolektif ini termanifestasikan dalam berbagai organ yang tumbuh di basis –

Dokumen terkait