Keterangan yang diberikan dalam bab ini, harus dibaca bersama-sama dengan laporan keuangan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2017, dan 2016beserta catatan atas laporan keuangan di dalamnya, yang terdapat pada bab XVI dalam Prospektus ini.
Laporan keuangan Perseroan untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016 yang didasarkan pada Laporan keuangan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2017 Untuk tahun 2017 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Kanaka Puradiredja, Suhartono, dan tahun 2016 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil, yang keduanya ditandatangani oleh Desman PL Tobing, dengan opini Tanpa Modifikasian.
1. Umum
Perseroan merupakan Bank Umum Swasta yang berkantor pusat di Jakarta Pusat. Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki 1 Kantor Pusat, 1 Kantor Pusat Operasional, 8 Kantor Cabang, 7 Kantor Cabang Pembantu, dan 2 Kantor Kas yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jatabek (10 KPO/Cabang/Capem), Surabaya (2 Cabang), Bandung (1 Cabang), Solo (1 Cabang), Pontianak (1 Cabang), Pekanbaru (1 Cabang) dan 2 Kantor Kas di daerah Tanah Abang dan Taman Palem. Fokus usaha Perseroan adalah di sektor komersial, dan ritel. Di dalam strategi pengembangan jaringan kantornya, Perseroan memprioritaskan perluasan pangsa pasar pada segmen UMKM dan komersial.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha dan hasil usaha Perseroan
Perseroan menghadapi faktor-faktor eksternal dan internal dalam menjalankan kegiatan sehari-hari yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kinerja keuangan Perseroan.
Faktor Eksternal
Manajemen beranggapan bahwa faktor-faktor eksternal yang paling berpengaruh terhadap hasil dari kegiatan usaha Perseroan adalah kondisi perekonomian Indonesia dan kondisi industri perbankan nasional itu sendiri.
Kondisi Perekonomian Indonesia dan Global
Penyaluran kredit perbankan, sangat bergantung pada kondisi ekonomi, dan iklim usaha di Indonesia secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi dan kondusifitas iklim usaha, merupakan faktor yang sangat menentukan permintaan atas kredit dari pelaku usaha, maupun penyaluran kredit dari bank.
Dalam kondisi ekonomi yang sedang menurun dan iklim usaha yang tidak kondusif, baik permintaan dan penyaluran kredit perbankan disinyalir akan menurun. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut, pelaku usaha umumnya tidak mampu melakukan ekspansi usaha, sehingga pada akhirnya menurunkan permintaan atas kredit perbankan. Sedangkan penurunan penyaluran kredit perbankan pada kondisi tersebut, utamanya disebabkan oleh semakin tingginya kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit untuk menghindari risiko gagal bayar dari krediturnya.
Kinerja Perseroan utamanya akan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan atas permintaan kredit maupun kemampuan Perseroan dalam menyalurkan kredit.
Kondisi Industri Perbankan Nasional
Dalam menjalankan usahanya, Perseroan mengikuti berbagai peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan OJK.Perubahan peraturan dan kebijakan dari otoritas inilah yang menjadi dasar atas perkembangan dari kondisi industri perbankan nasional.
Ketentuan-20
ketentuan seperti aturan dalam menjaga tingkat kecukupan modal, penyisihan atas aset-aset produktif dan non produktif, tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas, serta kebijakan BI rate, akan menentukan arah perkembangan kegiatan usaha Perseroan. Sebagai contoh, dengan aturan likuiditas yang diperketat, Perseroan harus sangat memperhatikan jumlah kredit yang disalurkan, sehingga akan mempengaruhi ekspansi dari penyaluran kreditnya. Selain itu penentuan nilai BI rate juga sangat menentukan penentuan suku bunga pinjaman, maupun net interest margin Perseroan, dimana Perseroan juga harus tetap menjaga suku bunga produknya agar tetap kompetitif.
Sebagai Bank Umum non-devisa perubahan nilai tukar valuta asing hampir tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan utama Perseroan, dimana keuntungan/ kerugian transaksi mata uang asing lebih berpengaruh pada pendapatan operasional lainnya dari usaha money changer. Oleh karena hampir tidak terpengaruhya pendapatan Perseroan, maka Perseroan tidak menetapkan kebijakan lindung nilai dalam aktifitas operasional Perseroan.
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada pendapatan Perseroan, karena berdasarkan komposisinya, sebagian besar pendanaan Perseroan adalah simpanan dengan jangka waktu kurang dari satu tahun, sedangkan penyaluran kredit Perseroan mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Perseroan secara konsisten menerapkan pengenaan suku bunga mengambang (floating rate) hampir di semua produk pinjaman dan simpanan, dengan tujuan agar dapat secara cepat dilakukan penyesuaian apabila perubahan tingkat suku bunga berpotensi mempengaruhi Net Interest Margin secara signifikan.
Faktor Internal
Manajemen beranggapan bahwa faktor Internal yang paling berpengaruh terhadap hasil dari kegiatan usaha Perseroan adalah kualitas sumber daya manusia dan sistem informasi Perbankan yang dimilikinya.
Kualitas sumber daya manusia dan sistem informasi Perbankan
Perseroan secara terencana dan berkesinambungan selalu memusatkan perhatian dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia dan system informasi perbankannya. Melalui peningkatan kemampuan teknis dan manajerial karyawan, serta pengkinian sistem informasi perbankan, Perseroan berkeyakinan dapat meningkatan kualitas pelayanan, kompetensi produk yang diberikan, serta mampu melakukan ekspansi produk dan layanannya, sehingga Perseroan dapat mengantisipasi persaingan dan perkembangan usaha di masa depan.
3. Analisa Keuangan
3.1 Analisa Laporan Laba Rugi Komprehensif
Tabel berikut merupakan ikhtisar laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016.
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan
Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2017 2016
Pendapatan dan Beban Operasional Pendapatan dan Beban Bunga
Pendapatan bunga 212.854 215.914
Beban bunga (115.393) (121.423)
Pendapatan Bunga - bersih 97.460 94.491
Pendapatan operasional lainnya
Keuntungan transaksi mata uang asing - bersih 23 60
Provisi dan komisi selain dari kredit - bersih 1.916 1.357
21
Kerugian MTM - -
Penjualan efek-efek - 2.718
Lain-lain - bersih 5.043 633
Jumlah pendapatan operasional lainnya 16.036 10.091
Pemulihan (Pembentukan) cadangan kerugian Penurunan nilai
aset keuangan dan aset non keuangan (1.843) (11.092)
Beban operasional lainnya
Umum dan administrasi (37.510) (32.735)
Tenaga kerja (60.018) (52.544)
Jumlah beban operasional lainnya (97.528) (85.278)
LABA OPERASIONAL - BERSIH 14.126 8.212
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL - BERSIH
Keuntungan penjualan aset tetap - bersih 4 8
Keuntungan (Kerugian) atas penjualan agunan yang diambil alih 1.167 278
Lainnya - bersih 0 2.381
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL - BERSIH 1.171 2.667
LABA (RUGI) SEBELUM MANFAAT (BEBAN) PAJAK 15.297 10.879
Manfaat (beban) pajak (4.935) (3.792)
LABA (RUGI) PERIODE/ TAHUN BERJALAN 10.362 7.087
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
Pos-pos yang yang tidak akan direklasifikasi berikutnya ke laba rugi
Surplus Revaluasi Asset Tetap (149) (973)
Pengukuran kembali atas program imbalan pasti (1.563) (724) Pajak atas penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan
direklasifikasi ke laba/rugi - 235
JUMLAH PENGHASILAN (KERUGIAN) KOMPREHENSIF TAHUN
BERJALAN SETELAH PAJAK (1.711) (1.462)
JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN 8.651 5.625
LABA (RUGI) PER SAHAM DASAR 2,73 1,94
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga terutama diperoleh dari kegiatan penempatan dana Perseroan dalam bentuk kredit. Perseroan juga menerima pendapatan bunga dari penempatan pada Bank Indonesia, efek-efek dan Giro pada Bank Indonesia dan bank lain.
Tabel berikut merupakan pendapatan bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2017 2016
Pendapatan bunga terdiri dari:
Kredit yang diberikan 188.994 190.312
Efek-efek 11.892 14.437
Penempatan pada Bank Indonesia 6.991 6.661
Penempatan pada bank lain 4.977 4.503
Total Pendapatan Bunga 212.854 215.914
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Pendapatan bunga pada tahun 2017 menurun sebesar Rp3.060 juta atau sebesar 1,42% menjadi Rp212.854 juta dari Rp215.915 juta pada tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena penurunan pada efek-efek dan berkurangnya penyaluran kredit.
22
Beban Bunga
Beban bunga terutama timbul dari bunga atas deposito berjangka di samping beban bunga yang berasal dari jasa simpanan nasabah, premi penjaminan Pemerintah, dan simpanan dari bank lain. Tabel berikut merupakan beban bunga Perseroan tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2017 2016
Beban bunga terdiri dari:
Deposito berjangka 105.787 110.768
Giro 3.258 3.836
Tabungan 3.189 3.459
Premi penjaminan simpanan 3.122 3.348
Call money 38 12
Total Beban Bunga 115.393 121.423
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Beban bunga pada tahun 2017 menurun sebesar Rp6.030 juta atau sebesar 4,97% menjadi Rp 115.393 juta dari Rp121.423 juta di tahun 2016. Penurunan ini sebagian besar disebabkan karena penurunan beban bunga deposito berjangka Perseroan sebesar Rp4.908 juta atau sebesar 4,50% dari Rp105.787 juta pada tahun 2017 menjadi Rp110.768 juta pada tahun 2016.
Pendapatan Bunga - bersih
Komponen penting dari pendapatan atau beban yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil usaha Perseroan terutama adalah pendapatan bunga dan beban bunga, mengingat kinerja kegiatan usaha Perseroan sebagai Bank utamanya terpengaruh dari marjin bunga bersih. Pendapatan bunga bersih atau marjin bunga bersih adalah selisih antara pendapatan bunga dan beban bunga.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Penurunan pendapatan bunga lebih kecil daripada penurunan pada beban bunga, sehingga pendapatan bunga bersih selama tahun 2017 meningkat sebesar Rp
2.969
juta atau 3,14% menjadi sebesar Rp97.460 juta dari sebesar Rp94.491 juta pada tahun 2016, selain itu rasio marjin bunga bersih juga meningkat dari 43,76% pada tahun 2016 menjadi 45,79% pada tahun 2017.23
Grafik Pertumbuhan Pendapatan Bunga dan Beban Bunga untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016
(dalam jutaan Rupiah)
Grafik Pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016
(dalam jutaan Rupiah)
Pendapatan Operasional Lainnya
Tabel berikut merupakan pendapatan lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2017 2016
Keuntungan transaksi mata uang asing - bersih 23 60
Provisi dan komisi selain dari kredit - bersih 1.916 1.357
Pendapatan administrasi dan denda 9.054 5.323
Kerugian MTM - -
Keuntungan penjualan efek-efek - 2.718
Lain-lain - bersih 5.043 633
Jumlah pendapatan operasional lainnya 16.036 10.091
50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 31 Des 2016 31 Des 2017 215.914 212.854 121.423 115.393
Pendapatan bunga Beban bunga
93.000 93.500 94.000 94.500 95.000 95.500 96.000 96.500 97.000 97.500 31 Des 2016 31 Des 2017 94.491 97.460
24
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Pendapatan operasional lainnya Perseroan pada tahun 2017 meningkat sebesar Rp5.945 juta atau sebesar 58,92% menjadi sebesar Rp16.036 juta pada tahun 2017 dari Rp10.091 juta pada tahun 2016. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan lain-lain bersih dari pembayaran kredit macet yang telah dihapus pada periode sebelumnya, dan pendapatan administrasi dan denda.
Beban Operasional Lainnya
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2017 2016
Beban operasional lainnya
Umum dan administrasi (37.510) (32.735)
Tenaga kerja (60.018) (52.544)
Jumlah beban operasional lainnya (97.528) (85.278)
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Beban operasional lainnya meningkat sebesar Rp12.249 juta atau 14,36% dari Rp85.278 juta pada tahun 2016 menjadi Rp97.528 juta pada tahun 2017. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya beban umum dan administrasi sebesar Rp4.775 juta atau sebesar 14,59% dan meningkatnya beban tenaga kerja sebesar Rp7.474 juta atau sebesar 14,22%.
Laba (Rugi) Operasional
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Laba operasional Perseroan meningkat sebesar Rp5.914 juta atau sebesar 72,02% dari Rp8.212 juta pada tahun 2016 menjadi Rp14.126 juta pada tahun 2017. Peningkatan laba operasional disebabkan karena adanya peningkatan pada pendapatan operasional lainnya, serta penurunan biaya pencadangan kerugian penurunan nilai.
Pendapatan (Beban) Non Operasional
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Tahun yang berakhir 31 Desember
2017 2016
Keuntungan penjualan aset tetap - bersih 4 8
Keuntungan (Kerugian) atas penjualan agunan yang diambil alih 1.167 278
Lainnya - bersih - 2.381
Pendapatan (Beban) non operasional bersih 1.171 2.667
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Pendapatan non operasional Perseroan menurun sebesar Rp1.496 juta atau sebesar 56,09% dari Rp2.667 juta pada tahun 2016 menjadi Rp1.171 juta pada tahun 2017. Penurunan pendapatan non operasional ini disebabkan pada periode sebelumnya terdapat pendapatan berupa imbalan bunga atas pengembalian pajak sebesar Rp2.381 juta.
25
Laba (Rugi) Tahun Berjalan Setelah Pajak
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
Laba tahun berjalan meningkat sebesar Rp3.275 juta atau sebesar 46,22% dari Rp7.087 juta pada tahun 2016 menjadi Rp10.362 juta pada tahun 2017. Peningkatan laba tahun berjalan seiring dengan peningkatan pada pendapatan bunga bersih, pendapatan operasional selain bunga, dan penurunan biaya cadangan kerugian penurunan nilai.
Grafik Pertumbuhan Laba Operasional dan Laba Tahun Berjalan Setelah Pajak Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016 (dalam jutaan Rupiah)
Komponen penting dari pendapatan atau beban yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil usaha Perseroan terutama adalah pendapatan bunga dan beban bunga, mengingat kinerja laba tahun berjalan Perseroan utamanya terpengaruh dari marjin bunga bersih.
3.2 Analisa Laporan Posisi Keuangan
Tabel berikut merupakan ikhtisar laporan posisi keuangan Perseroan untuk tanggal 31 Desember 2016 dan 2017:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 31 Desember 2017 2016 Jumlah Aset 2.458.824 2.058.463 Jumlah Liabilitas 2.018.490 1.676.655 Jumlah Ekuitas 440.333 381.808 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 31 Des 2016 31 Des 2017 8.212 14.126 7.087 10.362
26
Grafik Pertumbuhan Jumlah Aset, Liabilitas dan Ekuitas untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016
(dalam jutaan Rupiah)
3.2.1 Perkembangan Pengelolaan Aset
Tabel berikut menunjukkan komposisi aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Pada Tanggal 31 Desember
2017 2016
Aset
Kas 14.984 14.326
Giro pada Bank Indonesia 86.306 99.901
Giro pada bank lain 11.848 14.240
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain 221.686 234.945
Efek-efek 123.692 109.476
Efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali - 37.602 Kredit yang diberikan setelah dikurangi cadangan kerugian
penurunan nilai
Pihak berelasi 30.668 24.727
Pihak ketiga 1.687.289 1.354.416
Jumlah Kredit yang diberikan - bersih 1.717.957 1.379.143 Pendapatan bunga yang masih akan diterima 17.845 16.887
Pajak dibayar dimuka - -
Biaya dibayar dimuka 16.099 6.371
Uang muka 50.313 -
Aset tetap - bersih 32.682 31.745
Aset pajak tangguhan - bersih 7.013 11.377
Aset tak berwujud - bersih 4.759 5.727
Aset lain-lain - bersih 153.640 96.724
Jumlah Aset 2.458.824 2.058.463
Jumlah Aset
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah aset pada tanggal 31 Desember 2017 meningkat sebesar Rp400.361 juta atau 19,45% menjadi Rp2.458.824 juta dari Rp2.058.463 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Peningkatan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada jumlah kredit yang diberikan – bersih sebesar Rp338.814 juta atau sebesar 24,57%, munculnya uang muka jaminan atas pengambilalalihan
500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 31 Des 2016 31 Des 2017 2.058.463 2.458.824 1.676.655 2.018.490 381.808 440.333
27
jaminan utang sebesar Rp50.313 juta dan adanya peningkatan pada aset lain-lain – bersih (berupa asset yang diambilalih) sebesar Rp56.917 juta atau sebesar 58,84%.
Giro pada bank lain
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Pada tanggal 31 Desember
2017 2016
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 4.824 5.546 PT Maybank Indonesia Tbk (dahulu PT Bank
Internasional Indonesia Tbk) 4.020 729
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1.049 839
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 986 315
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah 689 430
PT Bank Central Asia Tbk 269 6.376
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk 11 5
Jumlah 11.848 14.240
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Giro pada bank lain menurun sebesar Rp2.392 juta atau sebesar 16,80% menjadi Rp11.848 juta pada tanggal 31 Desember 2017 dari Rp14.240 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya giro pada PT Bank Central Asia Tbk sebesar 95,79%.
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain menurun sebesar Rp13.260 juta atau sebesar 5,64% menjadi Rp221.686 juta pada tanggal 31 Desember 2017 dari Rp234.945 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Penurunan ini disebabkan oleh adanyamenurunnya Bank Indonesia Deposit Facility dan Bank Indonesia Term Deposit sebesar 26,30%.
Kredit yang diberikan
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Pada tanggal 31 Desember
2017 2016
Pihak Berelasi
Modal kerja 26.394 19.773,8
Investasi 1.387 2.111
Konsumsi 2.934 2.876
Jumlah pihak berelasi 30.715 24.761
Cadangan kerugian penurunan nilai (47) (34)
Jumlah pihak berelasi-bersih 30.668 24.727
Pihak Ketiga
Modal kerja 1.218.229 941.150
Investasi 391.046 325.028
Konsumsi 99.107 107.526
Karyawan
Jumlah pihak ketiga 1.708.382 1.373.704
Cadangan kerugian penurunan nilai (21.093) (19.288)
Jumlah pihak ketiga-bersih 1.687.289 1.354.416
28
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Kredit yang diberikan-bersih meningkat sebesar Rp338.814 juta atau sebesar 24,57% menjadi Rp1.717.957 juta pada tanggal 31 Desember 2017 dari Rp1.379.143 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan pada kredit modal kerja pihak ketiga sebesar Rp277.078 juta atau sebesar 29,44%, peningkatan pada kredit investasi pihak ketiga sebesar Rp66.019 juta atau sebesar 20,31% dan peningkatan pada kredit modal kerja pihak berelasi sebesar Rp6.620 juta atau sebesar 33,48%.
3.2.2 Perkembangan Pengelolaan Liabilitas
Komponen liabilitas terbesar Perseroan berasal dari simpanan nasabah yang pada 2 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Tabel berikut menunjukkan komposisi liabilitas Perseroan per tanggal 31 Desember 2017 dan 2016:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Pada Tanggal 31 Desember
2017 2016 Liabilitas Liabilitas segera 32.169 10.510 Simpanan nasabah Pihak berelasi 13.615 20.348 Pihak ketiga 1.729.117 1.548.130 Jumlah 1.742.732 1.568.478
Simpanan dari bank lain
Pihak berelasi 2.263 2.210
Pihak ketiga 200.847 68.670
Jumlah 203.109 70.880
Utang pajak 2.880 1.907
Pendapatan diterima dimuka 7.278 407
Bunga yang masih harus dibayar 6.447 6.096
Liabilitas imbalan pasca-kerja 22.032 17.506
Libailitas lain-lain 1.844 871
Jumlah Liabilitas 2.018.490 1.676.655
Jumlah Liabilitas
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah liabilitas pada tanggal 31 Desember 2017 meningkat sebesar Rp341.836 juta atau 20,39% menjadi Rp2.018.490 juta dari Rp1.676.655 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Penurunan ini terutama disebabkan karena adanya peningkatan pada simpanan nasabah sebesar Rp174.255 juta atau sebesar 11,1%, peningkatan pada simpanan dari bank lain sebesar Rp132.229 juta atau sebesar 186,55%, dan peningkatan pada liabilitas segera sebesar Rp21.659 juta atau sebesar 206,08%.
Simpanan nasabah
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Pada Tanggal 31 Desember
2017 2016
Giro 155.359 130.798
Tabungan 115.661 109.667
Deposito berjangka 1.471.712 1.328.013
Jumlah 1.742.732 1.568.478
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Simpanan nasabah meningkat sebesar Rp174.255 juta atau sebesar 11,11% menjadi Rp1.742.732 juta pada tanggal 31 Desember 2017 dari Rp1.568.478 juta pada tanggal 31
29
Desember 2016. Peningkatan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada deposito berjangka sebesar Rp143.699 juta atau sebesar 10,82% dan peningkatan pada giro sebesar Rp24.561 juta atau sebesar 18,78%.
Simpanan dari bank lain
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Pada Tanggal 31 Desember
2017 2016
Pihak Berelasi
Giro 1.263 2.210
Deposito 1.000 -
Jumlah Pihak Berelasi 2.263 2.210
Pihak Ketiga
Giro 39.252 23.180
Deposito 141.595 45.490
Call money 20.000 -
Jumlah Pihak Ketiga 200.847 68.670
Jumlah 203.109 70.880
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Simpanan pada bank lain meningkat sebesar Rp132.229 juta atau sebesar 186,55% menjadi Rp203.109 juta pada tanggal 31 Desember 2017 dari Rp70.880 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Peningkatan ini terutama disebabkan karena meningkatnya simpanan dari bank lain dari pihak ketiga terutama deposito pihak ketiga sebesar 211,27%.
Tingkat suku bunga dan perubahannya akan berpengaruh terhadap nilai total liabilitas Perseroan, namun Perseroan beranggapan bahwa hal tersebut tidak akan memiliki pengaruh signifikan dalam kemampuan Perseroan untuk mengembalikan pinjaman. Liabilitas Perseroan selaku Bank, utamanya terdiri dari simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain, dimana Perseroan senantiasa melakukan penyesuaian besaran suku bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan berdasarkan tingkat suku bunga pasar yang berlaku untuk tetap mendapatkan selisih marjin yang kompetitif dan cukup bagi Perseroan untuk memenuhi kewajibannya.
Saat ini Perseroan tidak memiliki utang/ pinjaman, selain dana pihak ketiga, sehingga besaran tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan Perseroan. Perseroan juga tidak memiliki utang yang suku bunganya belum ditentukan
Terdapat pengakuan bunga terutang untuk simpanan nasabah yang belum jatuh tempo, sebesar Rp6.447 juta, Perseroan juga telah melakukan pencatatan bunga terutang sesuai dengan PSAK yaitu dengan metode accrual basis.
3.2.3 Perkembangan Pengelolaan Ekuitas
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 31 Desember
2017 2016
Modal saham 401.500 365.000
Tambahan modal disetor 15.906 16.230
Uang muka setoran modal 13.500 -
Surplus revaluasi aset tetap 22.629 22.777
Pengukuran kembali program atas imbalan pasti (53) 1.510 Saldo laba
Ditentukan penggunaannya 2.000 2.000
Tidak ditentukan penggunaannya (15.148) (25.709)
30
Pada tanggal 31 Desember 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah ekuitas pada tanggal 31 Desember 2017 meningkat sebesar Rp58.525 juta atau 15,33% menjadi Rp440.333 juta dari Rp381.808 juta pada tanggal 31 Desember 2016. Peningkatan Ini terutama disebabkan karena adanya peningkatan modal saham Perseroan sebesar Rp36.500 juta atau sebesar 10,00% yang merupakan hasil penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu.
3.3 Rasio-rasio Penting Perseroan
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 ditetapkan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum atau rasio kecukupan modal (“CAR”) sebesar 8,00% dan Perseroan telah berhasil mencapai rasio CAR melebihi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, maka Bank wajib melakukan proses Internal Capital Adequacy Assessment Process (“ICAAP”) Bank untuk menetapkan kecukupan modal sesuai dengan profil risiko Bank dan menetapkan strategi untuk memelihara tingkat permodalan. Hasil penilaian self assessment terhadap profil risiko Bank mendapatkan peringkat komposit 2 (low to moderate) sehingga Bank wajib menyediakan modal minimum antara 9% sampai dengan 10%.
Berikut tabel yang menunjukkan rasio keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016 berdasarkan ketentuan Bank Indonesia:
Keterangan
31 Desember
2017 2016
Rasio kecukupan modal (CAR) 19,60% 21,73%
ROA 0,69% 0,53% ROE 2,74% 2,11% NIM 5,24% 5,41% NPL – kotor 3,18% 2,83% NPL – bersih 2,39% 1,90% BOPO 93,84% 96,37% LFR 99,74% 89,04%
Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah
terhadap total aset produktif dan aset non produktif 5,00% 3,99% Aset Produktif bermasalah terhadap total Aset Produktif 2,64% 2,20%
GWM utama Rupiah 6,55% 6,55%
GWM sekunder Rupiah 5,28% 8,25%
GWM valuta asing - -
Posisi Devisa Neto (PDN) - -
3.3.1 Permodalan
Berdasarkan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012, maka Bank wajib menyediakan CAR dan ICAAP untuk menetapkan kecukupan modal sesuai dengan profil risiko Bank dan menetapkan strategi untuk memelihara tingkat permodalan. Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, Perseroan berhasil mencapai rasio CAR melebihi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Tabel berikut menggambarkan CAR Perseroan pada tanggal 31 Desember 2017, dan 2016: (dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
31
2017 2016
Modal inti 386.823 338.105
Modal pelengkap 14.682 11.469
Jumlah modal inti dan pelengkap 401.505 349.574
Jumlah aset tertimbang menurut risiko (ATMR) dengan
mempertimbangkan risiko Kredit, Pasar dan Operasional 2.045.653 1.609.011 Rasio kewajiban penyediaan modal minimum dengan
mempertimbangkan risiko Kredit, Pasar dan Operasional 19,63% 21,73% Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang diwajibkan 10% - 11%
3.3.2 Kualitas Aset Produktif
Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, efek-efek, kredit, tagihan akseptasi termasuk komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif. BI telah menetapkan ketentuan mengenai klasifikasi atas kualitas aset produktif yang mengharuskan bank-bank mengkategorikan setiap aset produktif menjadi salah satu dari 5 (lima) kategori dan menetapkan jumlah minimum persentase penyisihan penghapusan yang wajib dibentuk. Sementara aset non-produktif yang dinilai kualitasnya terdiri dari agunan yang diambil alih