• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko

Dalam dokumen PT Bank Harda Internasional Tbk (Halaman 93-96)

H. Aset Tetap

I. Kegiatan Dan Prospek Usaha Perseroan

9. Manajemen Risiko

Sejalan dengan SE No.13/23/DPNP tertanggal 25 Oktober 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran No. 5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, maka Perseroan mengelola risikonya menjadi 8 (delapan) jenis risiko, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko ikuiditas,risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategic dan risiko kepatuhan. Kedelapan risiko ini dilaporkan sebagai profil risiko Perseroan dan menjadi salah satu faktor dalam Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating) sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tertanggal 25 Oktober2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan sudah disampaikan ke Bank Indonesia/Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan yang dimaksud.

Organisasi Manajemen Risiko

Perseroan dalam mengelola usahanya selalu berhadapan dengan berbagai risiko, baik risiko dari dalam sendiri maupun dari luar yangdiluar kendali Perseroan; dimulai dari proses bisnis dan akhirnya mempengaruhi kinerja keuangan. Dalam mengelola risiko, Perseroan membuat berbagai perhitungan yang terukur dan dapat dikendalikan secara terencana serta menerapkan sistem manajemen risiko yang berhubungan dengan aktivitas fungsional dan kompleksitas bisnis.

78

Proses pelaksanaan Manajemen Risiko dan Sistem Informasi Manajemen Risiko yang efektif dilakukan Perseroan dengan mengoptimalkan peran Komite Manajemen Risiko, dimana strategi manajemen risiko Perseroan ditetapkan dalam rapat Komite Manajemen Risiko, dengan keanggotaan Komite Manajemen Risiko terdiri dari seluruh Direksi dan para Kepala Divisi. Komite Manajemen Risiko mempunyai tanggung jawab dalam mengkaji eksposur risiko, penetapan limit risiko dan memantau pelaksanaan kebijakan manajemen risiko. Selain itu Satuan Kerja Manajemen Risiko bertugas memantau pelaksanaan strategi dan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan dan melakukan pengkajian, pemantauan profil risiko bank serta melaporkannya secara berkala ke Bank Indonesia. Untuk membudayakan budaya risiko pada seluruh unit kerja, maka implementasinya dilakukan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang positif di Perseroan dengan membuat strategi risiko yang didefinisikan secara baik pada struktur Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Komite-Komite yang telah terbentuk, dan bekerja aktif sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, wewenang dan jenjang pendelegasian operasional yang jelas dan transparan serta sejalan dengan tata kelola yang dibentuk bank.

Proses dan Penilaian Risiko

Proses dan penilaian manajemen risiko Perseroan dilakukan Satuan Kerja Manajemen Risiko, dimana setiap unit kerja menghadapi risiko yang melekat pada produk serta transaksi berdasarkan aktivitas fungsional yang ada, namun demikian proses pada setiap unit kerja yang bersangkutan berdasarkan kebijakan dan prosedur yang sudah ditetapkan serta dilaksanakan secara konsisten. Tugas Utama Satuan Kerja Manajemen Risiko adalah memberi masukan dalam penyusunan kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta melakukan serangkaian proses untuk mengumpulkan dan menguji pengukuran serta pelaporan risiko. Penetapan Kebijakan manajemen risiko dilakukan melalui proses rapat Komite Manajemen Risiko dan persetujuan oleh Direksi.

Secara periodik Satuan Kerja Manajemen Risiko menyampaikan Laporan Evaluasi atau kaji ulang Risiko kepada Direksi, dan menyampaikan laporan profil risiko kepada Bank Indonesia yang sejalan dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia yang berlaku. Disamping itu, Perseroan juga melakukan assessment risiko yang berasal dari unit kerja yang ada termasuk unit kerja operasional atas seluruh produk dan aktivitas baru.

Pengelolaan Risiko

Sesuai dengan pedoman Bank Indonesia mengenai penerapan Manajemen Risiko, maka Pengelolaan risiko yang dilakukan oleh Perseroan mencakup sebagai berikut:

1) Risiko Kredit

Perseroan dalam mengelola risiko kredit mengacu kepada strategi perkreditan yang ditetapkan dan menjalankan strategi yang dimaksud melalui mitigasi risiko atas aspek bisnis perkreditan usaha kecil dan menengah serta korporasi maupun penempatan antar Bank serta pembelian surat berharga. Strategi dan mitigasi risiko yang dimaksud adalah menyeimbangkan ekspansi penempatan dana/kredit yang dilakukan dengan tersedianya kecukupan modal untuk menutup risiko kredit atau mengelola tingkat rasio Aktiva Produktif Bermasalah yang tetap terjaga pada tingkat yang dapat dikendalikan oleh Perseroan.

Satuan Kerja Manajemen Risiko Perseroan melalui Laporan profil risiko kredit dan review secara periodik memberikan masukan kepada Dewan Komisaris dan Direksi kondisi aktiva produktif khususnya kualitas perkreditan. Dalam memberikan masukan Satuan Kerja Manajemen Risiko bersifat independen terhadap kegiatan bisnis, termasuk juga kondisi eksposur risiko kredit yang dinilai signifikan terhadap kelangsungan kinerja Perseroan. 2) Risiko Pasar

Dalam melaksanakan aktivitas bisnis, risiko pasar yang dikelola Perseroan adalah risiko suku bunga dari aktivitas trading book,demikian juga yang timbul akibat dari posisi neraca dan posisi rekening administratif yang terakomodasi dalam konsep Banking Book.

79

Pengelolaan Risiko Pasar pada Trading Book dilakukan dengan mengukur risiko spesifik dan risiko umum yang terdampak suku bunga, sedangkan Banking Book difokuskan pada upaya pengelolaan sensitivitas pada risiko suku bunga. Risiko suku bunga yang berasal dari perbedaan atas tanggal penyesuaian harga (repricing gap) untuk aktiva dan kewajiban Perseroan yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Risiko suku bunga juga muncul akibat adanya perbedaan penetapan harga, yaitu penetapan suku bunga tetap (fixed rate) atau suku bunga mengambang (floating rate) antara sumber dan penggunaan dana.

Pengukuran risiko suku bunga dilaksanakan dengan menggunakan interest rate risk model dengan metodologi repricing profile gap,sehingga dapat diketahui pergerakan tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi stabilitas pendapatan bunga bersih. Dalam rangka memitigasi risiko suku bunga, penempatan dana pada aktiva produktif dilaksanakan lebih selektif pada portofolio yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang optimal dan dilakukan dengan mereview suku bunga sisi aktiva dan kewajiban secara periodik.

3) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas muncul secara alamiah sebagai akibat dari mismatch struktur aktiva dan kewajiban Perseroan. Dalam mengelola risiko ini, Perseroan melakukan alokasi penempatan dana pada Cadangan Utama (Primary Reserve) dan Cadangan Sekunder (Secondary Reserve)yang sesuai dengan kriteria dan limit Loan to Deposit Ratio yang telah ditetapkan. Untuk mengantisipasi timbulnya risiko likuiditas, Perseoan memiliki Kebijakan Contingency Funding Plan, yang memperlihatkan langkah-langkah yang akan diambil dalam mengantisipasi dan menghadapi kondisi kesulitan likuiditas, guna senantiasa dapat tetap memenuhi kewajiban keuangan yang sudah diperjanjikan secara tepat waktu, menjaga kelangsungan proses bisnis dalam kondisi yang terburuk, serta turut menjaga stabilitas perbankan nasional. Perseroan melakukan pengukuran risiko likuiditas dengan menggunakan

perkiraan arus kas dan maturity profile serta melakukan akses pasar dengan aset yang marketable. Dalam pengukuran tersebut juga dilakukan stress test dalam rangka mengetahui tingkat kemampuan Perseroan dalam menghadapi tekanan likuiditas pada kondisi pasar yang tidak normal.

4) Risiko Operasional

Perseroan dalam mengelola risiko operasional senantiasa berhubungan dengan cakupan penggunaan teknologi informasi guna menunjang aktivitas jasa dan produk dalam rangka mendukung kelancaran seluruh aktivitas operasional Perseroan. Untuk dapat mengidentifikasi dan mengantisipasi risiko operasional secara lebih baik, Perseroan melaksanakan Operational Risk Event System, suatu sistem pelaporan untuk mendapatkan data kejadian yang mengandung risiko di dalam aktifitas kegiatan operasional sehari-hari Perseroan. Dengan demikian Perseroan dapat mengidentifikasi dan melakukan record sebagai data base dalam hal menetapkan dan mengambil langkah-langkah yang tepat dan diperlukan untuk mengantisipasi kejadian serupa tidak terulang kembali.

5) Risiko Hukum

Risiko hukum timbul disebabkan oleh kelemahan sistim hukum/perikatan atau yuridis dan/atau oleh adanya gugatan hukum,ketiadaan peraturan atau hukum yang jelas dan/atau adanya kelemahan dalam pembuatan kontrak, klaim atau agunan. Pengelolaan risiko hukum dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha dengan pihak ketiga sudah dibuatkan dasar aturannya dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Perseroan dari segi hukum. Pengelolaan risiko hukum di Perseroan dilakukan pada beberapa unit kerja yang sesuai dengan faktor risikonya. Terkait dengan perkreditan dilaksanakan oleh unit kerja legal kredit, dan untuk litigasi dilaksanakan oleh unit kerja restrukturisasi.

6) Risiko Reputasi

Penyebab risiko reputasi adalah adanya pemberitaan negatif terkait dengan aktivitas bisnis atau persepsi negatif mengenai Perseroan. Dalam rangka menjaga pemberitaan dan persepsi negatif, Perseroan menerima keluhan yang disampaikan nasabah di front office untuk disampaikan kepada pejabat yang ditunjuk untuk mengelolanya dengan melakukan komunikasi

80

yang baik guna menghindari pemberiataan di media massa. Perseroan merespon keluhan nasabah dengan baik melalui penanganan keluhan nasabah dan memberikan pelayanan terbaik atas produk dan jasa perbankan yang ditawarkan.

7) Risiko Strategis

Risiko strategis timbul disebabkan karena adanya keputusan dan/atau penerapan strategi Perseroan yang kurang tepat,pengambilan keputusan strategis yang tidak tepat, atau kegagalan Perseroan dalam merespon perubahan-perubahan eksternal. Dalam mengelola risiko strategis, Perseroan melakukan identifikasi, pengukuran, dan memitigasi risiko-risiko yang berhubungan dengan keputusan strategis yang kurang efektif dan kegagalan dalam mengantisipasi perubahan eksternal. Manajemen Perseroan berpedoman pada “grand strategi”atau corporate plan yang ditetapkan dan dijewantahkan ke dalam rencana bisnis/bisnis plan untuk diimplementasikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan strategis. Perseroan juga mengimplementasikan sistem anggaran yang sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan dan dievaluasi secara periodik berdasarkan realisasinya. Ke depannya, Perseroan akan menempatkan Biro Direksi untuk membuat Perencanaan Strategis guna mengkoordinir dan memantau program pengembangan dan perencanaan bisnis Perseroan. 8) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan dapat muncul sebagai akibat kegagalan dalam mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Risiko Kepatuhan dikelola dengan melakukan evaluasi terhadap tingkat kepatuhan seluruh aktivitas fungsional terhadap implementasiketentuan yang dimaksud. Keberhasilan dalam mengelola risiko kepatuhan disyaratkan dengan adanya pemahaman dan pengetahuan seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan lain yang berlaku. Ketentuan lain yang dimaksud adalah kebijakan dan prosedur internal, standar atau kode etik serta adanya budaya kepatuhan dari atas ke bawah yang dikomunikasikan dan dilaksanakan dengan baik dalam aktivitas keseharian kerja.

Dalam melaksanakan pengelolaan risiko kepatuhan diukur melalui frekuensi dan besarnya denda yang dikenakan kepada Perseroan, teguran dan sanksi dari Bank Indonesia serta penilaian atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang dijalankan Perseroan.

Dalam dokumen PT Bank Harda Internasional Tbk (Halaman 93-96)