ANALSIS MODAL VENTURA DALAM PENINGKATAN INOVASI
ANALISIS PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DALAM PENINGKATAN INOVASI
Peta Kegiatan Inovasi yang Dilakukan PPU
Tiga kota yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Medan menjadi letak perusahaan modal ventura daerah. Seperti diketahui bahwa PT. Bahana Artha Ventura sebagai perusahaan modal ventura
nasional yang cukup besar, dalam mengoperasionalkan perannya sebagai lembaga pembiayaan dibantu oleh 27 PMVD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan informasi temuan lapangan bahwa masing-masing PMVD ada perbedaan dalam menerapkan kebijakan/program pemerintah tentang modal ventura. Lembaga pembiayaan modal ventura daerah merupakan kepanjangan tangan dari perusahaan modal ventura, dalam hal ini BAV sebagai perusahaan modal ventura BUMN berperan mengembangkan dananya melalui PMVD itu kepada PPU.
PT.Sarana Yogya Ventura mempunyai visi dan misi sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa penyertaan modal ventura kepada PPU itu mencakup 7 tujuan, antara lain: a) pengembangan penemuan baru; b) pengembangan perusahaan yang mengalami kesulitan dana; c) membantu perusahaan dalam taraf pengembangan; d)membantu perusahaan yang berada dalam tahap kemunduran; e) pengembangan proyek penelitian dan rekayasa, dsb. Sementara untuk Bandung dan Medan (Sarana Jabar Ventura dan Sarana Sumut), dalam menampilkan visi, misi dan tujuannya tidak menjelaskan tentang kegiatan inovasi seperti yang tertuang dalam 7 unsur tersebut.
Pada proses pengajuan pembiayaan modal ventura di tiga lokasi itu, pada umumnya memang tidak disebutkan persyaratan yang menjelaskan mengenai kegiatan inovasi. Sehingga PPU yang memperoleh dana juga tidak terlalu memperhatikan manfaat khusus untuk kegiatan inovasi. Dengan mengidentifikasi hasil temuan diketahui bahwa PPU yang cenderung melakukan inovasi di 3 kota itu dikelompokkan kedalam 6 kelompok usaha, yaitu: 1) makanan/minuman; 2) kerajinan; 3) konveksi; 4) perdagangan/jasa, 5) permesinan; dan 6) pupuk.
Modal yang digunakan menurut kebutuhan
Modal yang diterima oleh 21 PPU dari tiga PMVD yang diteliti diharapkan untuk kebutuhan peningkatan inovasi produksi mereka, seperti yang tercantum dalam kebijakan pemerintah dalam program pembiayaan modal ventura. Ada 7 tujuan pemerintah dalam penyertaan modal ventura kepada PPU. Berdasarkan temuan lapangan, manfaat pembiayaan modal ventura yang diterima PPU ini umumnya adalah untuk pengembangan usaha sebagai bagian dari tujuan penyertaan modal ventura, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Hasil survey 2010 diolah tim
Gambar 1. Pemanfaatan Modal Ventura menurut Kebutuhan
Keterangan :
a. Perusahaan yang berada pada tahap kemunduran, berada pada tahap pengembangan dan pengembangan penemuan baru
b. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan mengalami kesulitan dana c. Pengembangan suatu penemuan baru
d. Perusahaan yang berada pada tahap kemunduran dan pengembangan suatu penemuan baru e. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan penemuan baru
f. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan g. Pengembangan perusahaan yang mengalami kesulitan dana h. Pengembangan suatu penemuan baru, penelitian dan rekayasa
i. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan penggunaan teknologi baru j. Perusahaan yang mengalami kesulitan dana penelitian dan rekayasa
k. Lainnya
Tampak bahwa dari 21 PPU, sebesar 14,3% PPU memanfaatkan pembiayaan modal ventura ini untuk kebutuhan pilihan 1 yaitu pengembangan suatu penemuan baru, tercakup didalamnya adalah pengembangan produksi dan inovasi dengan ide-ide baru untuk menciptakan model dan produk baru. Kemudian sekitar 10% PPU menggunakan modal ventura ini untuk kebutuhan karena kesulitan dana dan untuk pengembangan, sementara 10% PPU menggunakan modal untuk kebutuhan 1,2,3 dan 4, artinya PPU tersebut memang butuh modal untuk pengembangan usaha karena mengalami kemunduran dan kekurangan dana dan mereka ini juga bergairah mencari ide untuk meningkatkan produksi.
Alasan Peningkatan Produksi
Upaya meningkatkan produksi itu membutuhkan modal, dan ini diakui oleh PPU walaupun dalam jumlah yang relatif berbeda-beda kebutuhannya tergantung dari jenis usaha dan bentuk produknya. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi ini dilandasi oleh beberapa alasan, antara lain : 1) untuk meningkatkan kualitas/mutu produk; 2) kebutuhan tenaga terlatih; 3) untuk membeli mesin baru; 4) mengurangi kebutuhan material; 5) membuat produk baru; 6) untuk memperluas pasar.
Alasan-alasan ini memberi gambaran tentang kondisi produksi dari 21 PPU sebelum dan setelah menerima pembiayaan dari perusahaan modal ventura daerah. Hasilnya adalah menunjukkan bahwa 10% PPU ingin meningkatkan mutu produk, memiliki tenaga kerja terlatih dan memperluas pemasaran. Sementara 10% PPU lainnya menginginkan kualitas/mutu produknya meningkat, juga ingin membuat produk baru dan memperluas pasar serta permintaan bertambah. Demikian pula 10% PPU juga ingin meningkatkan mutu produk, memiliki tenaga terlatih, bisa menghasilkan produk baru dan memperluas pasar. Dan PPU yang lain pada umumnya ingin produknya berkualitas, punya tenaga terlatih, menghasilkan produk baru dengan mesin baru, sehingga permintaan bertambah dan pasar meluas.
Matrik Kegiatan inovasi yang dilakukan PPU
Data kualitatif yang dipetakan dalam bentuk matrik di bawah ini merupakan deskripsi atau penjelasan terhadap kegiatan inovasi yang dilakukan oleh 21 PPU yang dibiayai PMVD di Bandung, Yogyakarta, dan Medan tercakup dalam 6 kelompok usaha. Di bawah ini dapat dilihat peta kegiatan inovasi yang dilakukan oleh 21 PPU dalam matrik data kualitatif.
Tabel 2. Matrik kegiatan inovasi yang dilakukan PPU di 3 PMVD Jenis usaha Hasil inovasi Nilai tambah Hambatan
1.Makanan/minu man
-Penghematan energi -Pengemasan produk -Variasi rasa kue -Penyaring air minum -Pasteurisasi jamur -Mengolah limbah singkong -Penghematan energi mengurangi biaya produksi -Meningkatkan kualitas produk -Meningkatkan penjualan/pasar -Meningkatkan nilai ekonomis dan lingkungan -Membentuk plasma jamur (kumpulan usaha jamur) dalam badan hukum
-Menghasilkan air minum menyehatkan
Banyak saingan, sehingga harus terus
meningkatkan kualitas produk (inovasi), memperluas pasar, dan menambah modal. Tidak/belum ada lembaga litbang khusus yang menangani budi daya jamur.
Mengajukan hak paten dan merk dagang membutuhkan biaya dan wkt lama
2.Kerajinan ide menciptakan model baru, mendesain sampai dengan membuat contoh (sampel) produk -Meningkatkan mutu -Memperluas pasar -Meningkatkan ilmu dan pengalaman
Untuk melakukan inovasi perlu modal lebih besar
3.Konveksi Ide membuat sprei dari kain perca Ide membuat model pakaian jadi
Memanfaatkan
limbah/sisa potongan kain shg bernilai ekonomis
Perlu modal untuk membiayai inovasi. Keterbatasan pemasaran
4.Permesinan Membuat pegas dan mesin lain berkualitas setara dengan mesin impor (l bantalan untuk meredam getaran dan kebisingan, alat pengatur tekanan air,
-meredam kebisingan -eliminasi keretakan, penghemat pemakaian air -mengurangi biaya produksi
5.Pupuk Mengolah bahan baku tanah pegunungan
dengan mesin
menjadi pupuk dolomit (serbuk) dan cisrite (butiran
Menyuburkan tanah terutama untuk jenis tanaman keras
Perlu modal untuk biaya produksi. Utk jangka panjang tergantung dr sumber daya alam
6.Perdagangan /Jasa Membeli peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan Meningkatkan : nilai ekonomis, pelayanan kesehatan, dan menaikkan peringkat tipe rumah sakit
Perlu modal untuk membeli
teknologi/peralatan ruang ICU untuk meningkatkan pelayanan
Sumber : Hasil survey 2010 diolah tim
Dari matrik di atas menjelaskan bahwa PPU yang melakukan kegiatan inovasi pada 6 kelompok usaha, masing-masing kelompok usaha ada yang sudah menghasilkan beragam inovasi dan nilai tambah. Pada umumnya nilai tambah yang dihasilkan itu berdampak pada nilai ekonomis meliputi peningkatan mutu produk, dan pengurangan biaya produksi. Hal ini diharapkan dapat memotivasi PPU dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha. Hambatan yang dihadapi oleh PPU secara umum yang menonjol adalah faktor modal yang akan digunakan untuk pembiayaan usaha. Sedangkan faktor kualitas juga sangat diperlukan, sehingga perlu melakukan inovasi.
Manfaat Pembiayaan Modal Ventura Terhadap Peningkatan Inovasi
Analisis mengenai manfaat pembiayaan modal ventura terhadap peningkatan inovasi di perusahaan pasangan usaha (PPU) dapat dilihat dari dua (2) aspek, yaitu: a). Aspek teknologi; b). Aspek ekonomi. Kedua aspek utama tersebut dengan berbagai karakteristiknya akan dianalisis guna mengetahui keberhasilan pembiayaan modal ventura untuk meningkatkan inovasi di PPU.
Parameter dari kedua aspek tersebut adalah:.
a) Aspek teknologi (meliputi teknologi proses dan produk)
Parameter yang akan digunakan adalah: a). sejauhmana perubahan teknologi itu terjadi di PPU; b). peningkatan kemampuan teknologi di PPU (kemampuan untuk memodifikasi dan mengembangkan teknologi yang digunakan kearah yang lebih efisien); c). menghasilkan produk yang baru yang secara signifikan berbeda dengan produk yang sebelumnya.
b) Aspek Ekonomi
Parameter yang diukur adalah: a). nilai tambah dan produktivitas tenaga kerja; b).adanya produk baru yang lahir yang dipengaruhi secara tidak langsung dari pembiayaan modal ventura.
Seluruh PPU yang menjadi obyek penelitian menyatakan bahwa jenis pembiayaan yang diminati adalah pola bagi hasil, dan tidak ada yang berminat penyertaan saham langsung dan obligasi konversi. Pada tabel di bawah ini terlihat distribusi PPU berdasarkan jenis usaha dan pembiayaan bagi hasil yang diminati adalah sebagai berikut.
Sumber: Hasil survey 2010 diolah tim
Gambar 2. Distribusi PPU Menurut Jenis Usaha dan Pembiayaan Yang Diminati
Pada gambar di atas terlihat bahwa jenis usaha pembiayaan bagi hasil yang diminati PPU untuk memperoleh pembiayaan adalah untuk usaha
perdagangan/jasa 23,8%, usaha kerajinan sebesar 19% dan usaha konveksi, permesinan dan pupuk masing-masing sebesar 4,8%.
Berdasarkan hasil lapangan belum terlihat banyak adanya pemanfaatan modal ventura untuk kegiatan inovasi. Namun demikian tampak bahwa ada PPU yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3%, yaitu jenis usaha makanan/minuman, konveksi dan pupuk. Selanjutnya sebanyak 4,8% PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Kemudian ada sebuah perusahaan makanan/minuman yang melakukan penemuan baru, penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya. Dalam mengembangkan usahanya, PPU sudah ada yang bekerjasama/bermitra dengan perguruan tinggi, antara lain industri permesinan di bandung dengan ITB dan industri makanan di Sumatera Utara dengan USU.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a) PPU belum sepenuhnya memanfaatkan pembiayaan modal ventura untuk inovasi, namun demikian dari hasil lapangan tampak bahwa ada PPU yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3%, yaitu jenis usaha makanan/minuman, konveksi dan pupuk. Selanjutnya sebanyak 4,8% PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Kemudian ada sebuah perusahaan makanan/minuman yang melakukan penemuan baru, penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya.
b) Dalam meningkatkan usahanya, 25% dari 21 PPU ada yang menyatakan bermitra dengan pihak lain diantaranya dengan ITB, USU, dan litbang pemerintah.
c) Inovasi yang dihasilkan mencakup dua jenis, yaitu inovasi produk (inovasi penyaringan air tanah menghasilkan air untuk kesehatan) dan inovasi proses (kerajinan: kap lampu, keripik singkong, pupuk, mesin; perdagangan/jasa). Dari inovasi yang dihasilkan tersebut ada yang mampu menciptakan energi panas dan pengolahan limbah singkong yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian daerah.
Saran
a) Perusahaan modal ventura (PMV) dan PMVD masih dibutuhkan oleh UKM dalam memperoleh pembiayaan, terutama dalam meningkatkan inovasi dan mengembangkan usaha.
b) Perlu pembinaan yang berkaitan dengan kualitas SDM di UKM, agar mampu meningkatkan kualitas produk dari hasil inovasinya.
c) PMV dan PMVD perlu mensosialisasikan tujuh point penting kepada UKM, agar mereka mengetahui bahwa ada kegiatan penemuan baru atau penelitian dan rekayasa yang bisa dibiyai.
DAFTAR PUSTAKA
ADB. 2009. Membangun Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran Lembaga Keuangan Non-Bank. Websi
ADB. 2009. Membangun Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran Lembaga Keuangan Non-Bank. Website: www.worldbank.org/id Akses Februari 2009
Avnimelech, Gil and Teubal, Morris. 2003. From Direct Government Support Of Innovative Sme’s To Venture Capital/Private Equity Vc/Pe): A Three Phase Policy Model based on
the Israeli Experience
.www.sofofa.cl/BIBLIOTECA_Archivos/Tecnologia/2004/03/16_teubal.ppt Akses Februari 2009
Bahana Artha Ventura, PT. 2009. Industri Modal Ventura di Indonesia. Jakarta.
Bishop, Bob. 1996. Venture Capital in The United Kingdom, dalam Venture Capital and Innovation. OECD. Paris.
Chelimsky, Eleanor. 1989. Program Evaluation, Patterns and Directions, Second edition. Washington DC : The American Society for Public Administration.
Fox, James W. 1996. The Venture Capital Mirage Assessing USAID Experience With Equity Investment. USAID Program and Operations Assessment Report No. 17. www.usaid.gov/pubs/usaid_eval/pdf_docs/pnaby220.pdf Akses Februari 2009 Ikhwan, Andi. 2001.Strengthening venture capital company as a source of mid-term finance
for sme in Indonesia (bahasa indonesia). ADB Technical Assistance: SME Development State Ministry for Cooperatives & SME. www.bappenas.go.id/index.php?module=Filemanager&func=download&
pathext=ContentExpress/&view.../venture%20capital, Akses Februari 2009
Ivanka, Natalyia V, Creswell, John W, Stick, Sheldon L. Using Mixed-Methods Sequential Explanatory Design : From Theory to Practice. University of Alabama at Birmingham, University of Nebrasca-Lincoln. Field Methods, Vo. 18 No. 1 February 2006.
John M. Owen. 1999. Program Evaluation Forms and Approaches. London : Sage Publication.
Jones, Charles O. 1977. An Introduction to The Study of Public Policy, Third edition. California : Cole publishing Company.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. 1988. Jakarta.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/KMK.017/1999 Tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah. 1999. Jakarta
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan.1988. Jakarta.
Malaysian Venture Capital Development Council. www.mcdc.com.my/details diakses 10 Maret 2010
OECD, 1996. Venture Capital and Innovation. Paris
Prelipcean, Gabriela and Boscoianu , Mircea .2005. Venture Capital Strategies for )nnovative SME’s. University Stefan cel Mare Suceava. steconomice.uoradea.ro/anale/volume/2008/v4-management-marketing/093. pdf – Akses Februari 2009.
Puguh. 2001. Peran strategis modal ventura bagi perkembangan usaha kecil. www.pusatartikel.com/index.php?print/id:1016,pdf Akses Februari 2009
Rahayu, Sri Lestari, 2005. Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Edisi Khusus. Jakarta.
Saputra dkk. 2008. Studi Inovasi Industri Farmasi. LIPI Press 2008
Solomon, Adam, 1996. Venture Capital in The United States, dalam Venture Capital and Innovation, OECD. Paris.
Wardoyo. 2006. Modal Ventura Salah Satu Alternatif Pembiayaan Ukmk. wardoyo.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/200/modal+ventura.pdf Akses Februari 2009.
Yasui, Masaya, 1996. Venture Capital in Japan dalam Venture Capital and Innovation. Organisation For Economic Co-operation and Development (OECD). Paris.te: www.worldbank.org/id Akses Februari 2009