• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMPROV JATIM

Dalam dokumen pvOiBhCuTjkTkeBK NASKAH CETAK OKE (Halaman 87-94)

Gambar 7. Pola Interaksi Pemerintah Badan Litbang dan ITS

Pola keterkaitan antara badan litbang dan industri dapat dilihat pada gambar 5.6 Pada gambar tersebut memperlihatkan bahwa belum ada kerjasama yang terjadi antara badan litbang dengan industri, dengan kata lain kerjasama antara badan litbang dengan industri tidak terjalin. Namun badan litbang sendiri sedang mengupayakan adanya kerjasama yang dapat dijalin dengan pihak industri.

Pemprov JATIM

Badan Litbang Industri

Gambar 8. Pola Interaksi Pemerintah (Balitbang) dan Industri

Pola interaksi dua aktor ini dapat digambarkan bahwa masih lemah, sebagaimana garis yang terlihat pada pola. Pola ini memberikan gambaran bahawa unit inkubator menjadi fasilitator untuk menjembatani keterkaitan antara universitas dengan industri namun berfungsi lemah. Industri juga hanya merespon unit inkubator sebagai tempat berusaha, tidak untuk mengembangkan dirinya.

UNIT INKUBATOR

Universitas Industri

Gambar 9. Pola Interaksi Universitas (ITS) - Industri

Runtutan kejadian pola interaksi ketiga aktor menggambarkan pembentukan pola interaksi atau keterkaitan akademisi, industri dan pemerintah. Banyak hal yang mempengaruhi pembentukan keterkaitan antara ketiganya. Jalinan interaksi antara ketiga aktor dapat digambarkan dalam bagan alir berikut.

Pemprov Jatim

Badan Penelitian dan Pengembangan

Universitas Industri

Inkubator Bisnis ITS

Clearing House MEDIA

Gambar 10. Keterkaitan atau linkages antara Akademisi, Universitas dan Pemerintah di Jawa Timur

Gambar di atas menjelaskan bahwa keterkaitan ketiga aktor telah terjalin namun dengan intensitas yang berbeda-beda. Jaringan yang ada belum menunjukkan bahwa interaksi antara universitas dan industri serta pemerintah dan industri belum kuat. Institut Teknologi Surabaya mengembangkan unit inkubator untuk menciptakan terjadinya sinergi keterkaitan antara akademisi, industri dan pemerintah. Salah satu lembaga yang mereka bentuk adalah clearing house. Clearing house ini untuk menjembatani jalinan kerjasama dan interaksi ABG

dapat berjalan maksimal. Bahkan untuk memantau adanya interaksi antara ketiganya, lembaga ini memanfaatkan media sebagai pendukung terciptanya jaringan ini.

Studi Kasus Surakarta (Jawa Tengah)

Keterkaitan antara akademisi, bisnis (industri), dan government (pemerintah) telah berkembang menjadi suatu sinergi didalam penelitian dan pengembangan. Linkages antara akademisi, industri dan pemerintah telah tumbuh dari berbagai institusi yang berbeda-beda. Linkeges tersebut menimbulkan efek yang berbeda pada setiap unsure ABG yang ada dan juga lingkungan di sekitar ketiga unsur tersebut. Dalam penjelasan di bawah ini merupakan gambaran salah satu linkages antara akademisi, industri dan pemerintah dengan lingkup pemerintah lokal yakni pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan pola interaksi masing-masing aktor yang terjadi di Solo muncul berbagai dampak yang berakibat pada pola pengembangan industry dan juga lembaga litbang yang ada di Solo. Jika disoroti ada berbagai permasalahan yang mendasar, diantaranya adalah jumlah lembaga litbang yang semakin berkurang.

Permasalahan lainnya yang menyebabkan lembaga penelitian di daerah Jawa Tengah menjadi sulit berkembang adalah berkurangnya dana yang disediakan untuk penelitian, sedangkan dana pengembangan yang ditingkatkan. Dan terkadang yang menyulitkan adalah ketika outputnya harus model.

Kajian hubungan antara aktor melalui pendekatan complex adaptive system meliputi wadah pembatas, pembeda dan sarana transformasi. Jika dilihat lebih dalam bahwa wadah pembatas dalam hubungan antar aktor ini adalah kebutuhan kegiatan penelitian, dan juga institusi masing-masing aktor yang memiliki kesamaan identitas. Kesamaan identitas yakni memiliki sumber daya yang mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan penelitian. Bapeda dan universitas merupakan sebuah lembaga institusi yang kuat dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan industry sebagai penghasil produk.

Keterkaitan antara BAPPEDA ataupun badan litbang dan universitas (UMS dan UNS) masih belum optimal. Antara universitas dan pemerintah masih mempunyai batasan ataupun tembok yang sangat kuat. Pemerintah dengan tembok birokrasi yang cukup tebal terkadang membuat informasi antar universitas dan pemerintah menjadi berjalan tidak efektif, dengan kata lain komunikasi yang berjalan tidak dua arah, bentuk hubungan yang ada digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 11. Pola Interaksi Pemerintah dan Universitas

Pola keterkaitan antara badan litbang dan industri dapat dilihat pada gambar 12 Pada gambar tersebut memperlihatkan bahwa pemerintah telah berusaha untuk berinteraksi dengan industri, dan umpan balik yang diterima pun sudah cukup baik.

Gambar 12 Pola Interaksi Pemerintah dan Industri

Pola interaksi lain yang terbentuk sebelum menuju adanya keterkaitan atau linkages akademisi, bisnis dan pemerintah, adalah pola hubungan antara universitas dan industri. Pola interaksi antara keduanya di gambarkan cukup menarik.

INDUSTRI AKADEMISI

Jalinan Interaksi Kuat dan Saling Membutuhkan

Gambar 13 Pola Interaksi Universitas - Industri

Runtutan kejadian pola interaksi ketiga aktor menggambarkan pembentukan pola interaksi akademisi, industri dan pemerintah. Banyak hal yang mempengaruhi pembentukan keterkaitan antara ketiganya. Jalinan interaksi antara ketiga aktor digambarkan dalam bagan berikut.

INDUSTRI AKADEMISI PEMPROV JAWA TENGAH BALITBANG JATENG BAPEDA SOLO TECHOPARK

Gambar 14. Keterkaitan atau linkages antara Akademisi, Universitas dan Pemerintah di Jawa Tengah

Gambar di atas menjelaskan bahwa keterkaitan ketiga aktor telah terjalin namun dengan intensitas yang berbeda-beda. Jaringan yang ada belum menunjukkan bahwa interaksi antara universitas dan pemerintah belum kuat, namun interaksi antara pemerintah dengan industri dan juga industri dengan universitas telah terjalin cukup kuat.

PENUTUP

Pola dari tiap aktor dalam ABG di Medan (Sumatera Utara) menunjukkan interaksi antar Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (LP USU) dengan sektor industri relatif lebih dinamis dan bergerak membentuk pola keberlanjutan, walaupun hubungan ini hanya untuk bidang penelitian tertentu – khususnya pada analisis dampak lingkungan (amdal) bagi perusahaan dan peningkatan nilai tambah komoditi produk agribisnis. Sedangkan jalinan antara LP USU dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sumatera Utara lebih banyak interaksi dalam kegiatan perencanaan strategis bagi pembangunan daerah, penyusunan dokumen tata ruang wilayah, dan penelitian terhadap daya dukung kewilayahan. Interaksi antara Balitbangda Sumatera Utara dengan Industri belum terjalin sebagaimana mestinya.

Pola linkages di Surabaya (Jawa Timur) menunjukkan keterkaitan ketiga aktor telah terjalin namun dengan intensitas yang berbeda-beda. Jaringan yang ada belum menunjukkan bahwa interaksi antara universitas dan industri serta pemerintah dan industri belum kuat. Institut Teknologi Surabaya mengembangkan unit inkubator untuk menciptakan terjadinya sinergi keterkaitan antara akademisi, industri dan pemerintah. Salah satu lembaga yang mereka bentuk adalah clearing house. Clearing house ini untuk menjembatani jalinan kerjasama dan interaksi ABG dapat berjalan maksimal. Bahkan untuk memantau adanya interaksi antara ketiganya, lembaga ini memanfaatkan media sebagai pendukung terciptanya

Pola keterkaitan disebabkan tidak adanya wadah pembatas ataupun magnet yang menyebabkan masing-masing aktor saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan penelitian yang dilakukan belum menjadi daya tarik bagi industri untuk menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan industri. Kegiatan penelitian diciptakan berdasarkan keinginan masing-masing aktor di lembaga penelitian tidak berdasarkan keinginan ataupun kemauan industri. Sebaliknya industri tidak mempunyai kemauan untuk mendapatkan hasil litbang.

Sementara di Surakarta (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa keterkaitan ketiga aktor telah terjalin namun dengan intensitas yang berbeda-beda. Jaringan yang ada belum menunjukkan bahwa interaksi antara universitas dan pemerintah belum kuat, namun interaksi antara pemerintah dengan industri dan juga industry dengan universitas telah terjalin cukup kuat.

Pola keterkaitan disebabkan tidak adanya wadah pembatas ataupun magnet yang menyebabkan masing-masing aktor saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh universitas belum mendapat respon positif dari pemerintah dikarenakan komunikasi yang ada belum berjalan efektif.

Sinergi yang baik atau rantai kinerja harus terjadi antara perguruan tinggi yang menghasilkan sumber daya manusia dan teknologi, pengusaha atau industriawan yang memberdayakan secara optimal sumberdaya manusia dan teknologi, pemerintah yang memfasilitasi dengan perundangan, peraturan serta infrastrukturnya, masyarakat yang kreatif dan dengan komitmen yang tinggi terhadap kemajuan industri sendiri. Dengan sinergi semacam itu yang disebut dengan sinergi ABG sangat patut dikembangkan secara solid untuk mengatur ketertinggalan dengan bangsa lain. Dengan terbentuknya sinergi tersebut maka industri yang berbasis riset dan sumberdaya yang tangguh akan terbentuk dan memiliki keunggulan komparatif.

Konsep ekonomi dan inovasi harus menjadi satu kesatuan sehingga dapat bersinergi, hal ini penting bagi daerah. Ada baiknya wadah yang muncul bukan hanya wadah yang ada sekarang, tetapi ada wadah lain yang memang disesuaikan dengan kepentingan. Peran penting dari lembaga-lembaga riset pun menjadi salah satu faktor yang bisa dipakai untuk mengintervensi munculnya wadah-wadah baru di daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Blaikie, N. 2000. Designing Social Research. Blackwell Publisher Inc.

Hidayat, Dudi dkk. 2007. Studi Faktor Pendorong dan Penghambat Kerjasama Lembaga Litbang dan Industri Menurut Perspektif Industri. LIPI : Jakarta.

Olson, E.E. dan Eoyang, G.H. 2001. Facilitating Organization Change: Lessons from Complexity Science. San Francisco: Jossey-Bass.

Mitchell, M and Egudo, M. 2003. A Review of Narrative Methodology. Australia : Defence Science and Technology Organisation

McMillan, E. 2004. Complexity, Organizations and Change. New York: Routledge.

Taufik, Tatang, A, 2005. Pengembangan Sistem Inovasi Daerah : Perspektif Kebijakan, Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Unggulan Daerah dan Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, bekerjasama dengan Deputi Pengembangan Sipteknas, Kementrian Riset dan Teknologi, Jakarta

*Catatan : Makalah ini disusun untuk kepentingan desimenasi hasil penelitian dengan judul Analisis Keterkaitan (Linkage) Antar Akademisi, Industri dan Pemerintah: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Dari Perspekstif Teori Kompleksitas . Penelitian ini merupakan insentif riset terapan dari bidang fokus Dinamika Sosial dari Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI Tahun 2010.

PROSES INOVASI DAN MEKANISME INSENTIF DI INDUSTRI

Dalam dokumen pvOiBhCuTjkTkeBK NASKAH CETAK OKE (Halaman 87-94)