• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Dalam dokumen pvOiBhCuTjkTkeBK NASKAH CETAK OKE (Halaman 150-155)

KEMITRAAN LEMBAGA LITBANG DENGAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG DAYA SAING: KASUS UPT BPPTK DAN PUSLIT KIMIA

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Lembaga litbang yang berorientasi pada hasil (outcome) dan mampu menjawab kebutuhan dunia bisnis khususnya Industri pangan terutama dalam meningkatkan daya saing industri di pasar bebas merupakan suatu keharusan. Lembaga litbang yang didukung sumber daya manusia yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan, pengalaman penelitian, inovator-inovator yang unggul, profeional baru berpeluang membangun dan memiliki tradisi/kultural keilmuan. Keterbukaan dalam menawarkan hasil litbang salah satu ciri/karakteristik yang dimiliki lembaga litbang.

Fenomena/kejadian yang bersifat kualitatif yang berperan dalam membentuk kemitraan menjadi sorotan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bagdan (1993:5) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa metode kualitatif lebih menekankan pada hasil pengamatan dan pemahaman secara holistik mengenai berbagai gejala, fenomena dan tingkah laku pihak-pihak terkait dalam membentuk/membangun kemitraan yang saling menguntungkan ke dua pihak.

Dari pengertian kemitraan dikemukakan bahwa kemitraan itu terjadi pada pihak-pihak terkait, saling membutuhkan, perkongsian, persekutuan, win-win solution dilain pihak kebutuhan industri dapat diketahui oleh unit litbang/UPT. Pihak lembaga litbang harus mampu memberi jaminan kepada pihak industri bahwa hasil litbang (inovasi teknologi) mampu meningkatkan kualitas produk industri yang berdaya saing sesuai kebutuhan industri. Kedua pihak sama-sama berkomitmen untuk masing-masing memenuhi kewajibannya untuk terbentuknya kemitraan tersebut (Gambar 3.1).

Dari gambar 1 tersebut, diperlihatkan suatu bentuk struktur kemitraan antara lembaga litbang dengan Industri. Dari gambar tersebut terdapat dua lingkaran besar yang pertama Unit Litbang/UPT sebagai pemasok inovasi teknologi, dan kedua Unit Industri sebagai pengguna inovasi teknologi yang ditawarkan oleh Unit Litbang/Unit Pelaksana Teknis.

Dari dua lingkaran besar tersebut terdapat satu lingkaran yang berfungsi sebagai penghubung yang disebut kerjasama (co-operation) yang berfungsi membangun kemitraan dengan hasil litbang/inovasi teknologi yang dihasilkan melalui unit inovasi. Kerjasama ini pada umumnya dilakukan/fungsi dari pimpinan unit litbang/UPT dan Industri. Secara komprehensif kerjasama ini mendapat masukan dari hasil yang dilakukan unit litbang untuk menjawab kebutuhan industri, pengalaman para peneliti dari hasil litbang, juga kebutuhan industri yang disampaikan kepada pimpinan Unit Litbang/UPT, profesional baru, dan inovator-inovator serta unggulan masa depan.

Gambar 1. Pola Pikir Penelitian

Kedudukan unit inovasi teknologi dan disiplin-disiplin merupakan bagian dari unit litbang/UPT yang sangat berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi. Unit inovasi teknologi dengan disiplin-disiplin terjadi secara interaktif untuk saling memberi informasi terkait dengan kegiatan inovasi teknologi. Unit inovasi teknologi juga didukung penuh hasil konsultasi, yang selalu dilakukan unit litbang untuk melakukan konsultasi pada pihak industri. Unit litbang ini merupakan representasi dari disiplin-disiplin yang ada di dalam organisasi Unit litbang/UPT (Puslit Kimia dan BPTK). Hal yang menarik dari bentuk struktur inovasi teknologi ini tampak kewajiban para peneliti untuk menghasilkan litbang atau pengalaman litbang yang mendukung kemitraan. Selain hasil konsultasi unit litbang/UPT dan pengalaman para peneliti, juga kemitraan yang strategis dengan hasil kinerja baru dan secara konsisten oleh unit litbang/UPT yang dapat memberikan

inovator-DISIPLIN PUSLIT KIMIA DAN BPTK Kerja sama i INDUSTRI Unit Litbang/ DISIPLIN DISIPLIN Kemitraan Terbatas Unit-unit Industri Konsultasi Unit Litbang/UPT Kebutuhan Pengalaman Peneliti Profesional Baru Unggulan2 dan Inovator2 Masa Depan

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif analitik dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM untuk melihat Kemitraan Lembaga Litbang dengan )ndustri yang mengambil kasus UPT BPPTK-LIPI dan Puslit Kimia LIPI. Penelitian kemitranaa ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan UPT BPPTK dan Puslit Kimia-LIPI dalam membangun kemitraan dengan industri/UKM. Penggunaan SSM dalam penelitian ini terutama menekankan pada permasalahan situasi yang belum terstruktur ( problem situation unstructure) yang dihadapi oleh organisasi maupun SDM yang ada di dalamnya. Terutama dalam penggunaan SSM untuk menyoroti peran pimpinan unit litbang maupun industri yang disebut sebagai aktor-aktor dalam membangun kemitraan.

Suatu pendekatan yang menyeluruh, komprehensif, bersistem dan analitik seperti dikemukakan Peter Checkland dan Jim Scholes (1990) sebagai pendekatan

Soft Systems Methodology (SSM) yang didasarkan pada kategorisasi kemampuan organisasi dalam membangun kemitraan antara lembaga litbang dengan Industri.

SSM secara sistemik dengan model-model sistem (Checkland 1993) digunakan

untuk menganalisis permasalahan yang belum terstruktur seperti diungkapkan di atas dari Puslit Kimia maupu UPT BPPTK yang sudah banyak membangun

kemitraan dengan Industri. Pengembangan model SSM terhadap permasalahan

yang belum terstruktur seperti tampak pada gambar 1, dengan penggalian permasalahan yang belum terstruktur dengan mendiskusikan secara intensif dengan pihak terkait atau aktor-aktor di dalamnya, membandingkan konsep

systems thinking dengan dunia nyata (real world), dan melakukan penyelesaian masalah secara bersama (Raharja 2009).

Gambar 2 Tahapan SSM

Pendekatan SSM seperti dalam gambar 1, terdapat 7 (tujuh) tahapan dalam menyelesaikan permasalahan kemitraan antara lembaga litbang sebagai penyedia

iptek dan SDM dengan pihak Industri/UKM sebagai pengguna hasil litbang atau iptek. Ketujuh tahapan ini meliputi : (1) Pada tahap pertama ini merupakan tahap penggambaran situasi (rich picture) permasalahan yang belum terstruktur dari kondisi lembaga litbang dan industri, yaitu menguraikan menyikapi permasalahan. Berbagai persepsi situasi permasalahan dikumpulkam dari aktor-akor dengan berbagi peran dalam situasi permasalahan yang terjadi. Wawancara dengan aktor pengambil keputusan dalam penentuan program litbang sampai hasil dapat diterima oleh pihak Industri; (2) Tahap ke dua dibahas dan diolah dari hasil wawancara pada tahap pertama. Fenomena yang terjadi antara kedua pihak yang membentuk dan menguatkan kemitraan maupun kendala kemitraan diformulasikan sebagai pernyataan permasalahan. Pernyataan permasalahan dapat distrukturkan/ diformulasikan sehingga jelas pembentuk kemitraan dan kendalanya. Dari tahap 1 dan 2 ini disebut dunia nyata (real world) mengingat struktur permasalahan dibangun dari kondisi nyata (real situation). (3) Tahap ke tiga dari pernyataan permasalahan (the problem expressed) didefinisikan sebagai sistem yang relevan. Tahap ke tiga ini disebut sebagai definisi akar permasalahan sebagai sistem yang relevan. Memformulasikan pandangan tertentu atas situasi dengan menguraikan sifat yang sesuai dengan pandangan atau perspektif yang relevan dengan situasi permasalahan kemitraan yang dihadapi kedua pihak. Dalam langkah kedua ini diuraikan berbagai perspektif dan ekspresi para aktor sesuai dengan peran masing-masing dalam situasi. (4) Tahap ke empat menganalisis model-model konseptual yang menghasilkan konsep sistem formal dan berpikir sistem yang kiranya dapat diimplementasikan sebagai upaya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. Proses transformasi menggambarkan aktivitas dalam sistem dan urutan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transformasi terbentuknya kemitraan. (5) Tahap ke lima, membandingkan model konseptual dengan pernyataan permasalahan yang telah terstruktur dari masalah kemitraan. Model konseptual sebagai hasil dari systems thingking dengan pernyataan permasalahan dari kondisi nyata. Pada tahap ini model konseptual pada langkah ketiga, diajukan dalam suatu diskusi dengan aktor-aktor. (6) Tahap ke enam definisi atau menetapkan perubahan yang mungkin diinginkan dan layak. Dari hasil analisis dan pandangan para aktor-aktor dapat ditetapkan perubahan yang diinginkan untuk mendukung terwujudnya suatu bentuk kemitraan dengan berbagai persyaratan. Ke tujuh, dengan sendirinya dari tahap 6 ini kedua pihak unit litbang dengan pihak industri harus menyikapi sintesa dari tahap 5 dan 6 sebagai upaya melakukan tindakan penyelesaian atau perbaikan situasi permasalahan sebagai upaya nyata dalam meningkatkan daya saing menghadapi era global tersebut. Dengan demikian membangun kemitraan bukan tujuan akhir tetapi meningkatkan daya saing produk industri sebagai tujuan akhir dalam membangun kemitraan.

Lokasi Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di Puslit Kimia-LIPI di Bandung dan di UPT BPTK- LIPI di Yogyakarta. Sedangkan Industri terkait juga diusahakan berada

litbang yang beraktivitas di daerah tersebut dengan orientasi litbang pada bidang industri pangan. Puslit Kimia-LIPI dan UPT BPTK-LIPI keduanya banyak bergerak dan menghasilkan litbang pada industri pangan yang sudah banyak dikerjasamakan dengan pihak pengguna khususnya dunia bisnis.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi sangat ditentukan dan bergantung pada metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan soft systems methodology (SSM), yang pendekatannya meliputi 7 (tujuh) tahapan yang sudah mencakup pengumpulan data dan informasi, pengelohan, dan analisis. Dari tujuh tahapan tersebut, tahap pertama dan kedua dapat dikategorikan sebagai teknik pengumpulan data. Kedua tahap tersebut dimulai dengan observasi dan pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian maupun bentuk kemitraan yang sudah diwujudkan dan wawancara mendalam dengan responden yang dikenal sebagai aktor-aktor pengambil keputusan pada kedua pihak yang bermitra yaitu pimpinan dan pejabat struktural serta para peneliti. Tahap ketiga adalah pembentukan model konseptual tentang kemitraan antara Puslit Kimia-LIPI dan UPT BPPTK-LIPI dengan industri.

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Data dan informasi dari hasil wawancara diolah berdasarkan fokus pengamatan menurut teori untuk menentukan faktor pembentuk kemitraan, kendala dan pendorong terbentuknya kemitraan. Teknik pengolahan sesuai dengan tahap ketiga sampai tahap ke tujuh sesuai pendekatan SSM. Dari hasil pengumpulan data dan informasi akan ditranskripkan, dipilah, dan dikategorisasi agar dapat diperlakukan sebagai data dan informasi. Tahapan pengolahan dalam pendekatan SSM terkait pada tahap ke tiga, pendefinisian sesuai sistem yang relevan, yang disebut sebagai definisi akar permasalahan sesuai sistem yang relevan. Membangun definisi akar permasalahan yaitu memformulasi pandangan tertentu atas situasi dengan menguraikan sifat yang sesuai dengan pandangan atau perspektif yang relevan dengan situasi permasalahan kemitraan yang dihadapi kedua pihak. Definisi akar permasalahan yang relevan ini sebagai bahan masukan dalam penyusunan model-model konseptual yang mengambarkan bentuk kemitraan antara Lembaga Litbang dan Industri, faktor-faktor pembentuk dan kendalanya.

Selanjutnya dilakukan analisis model-model konseptual yang menghasilkan konsep sistem formal dan berpikir sistem lain yang dapat diimplementasikan sebagai upaya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. Model konseptual tersebut menggambarkan sistem sesuai dengan definisi akar permasalahan. Sistem dalam gambar tersebut menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi baik internal kedua pihak maupun eksternal terutama antara kedua pihak yang saling membutuhkan. Proses transformasi menggambarkan aktivitas dalam sistem dan urutan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transformasi tersebut terbentuknya kemitraan. Masih

dalam konteks analisis yaitu membandingkan model konseptual dengan pernyataan permasalahan yang telah terstruktur dari masalah kemitraan antara lembaga litbang dan industri.

Model konseptual sebagai hasil dari systems thingking dengan pernyataan permasalahan dari real condition. Model konseptual yang telah dibuat, diajukan dalam suatu diskusi dengan reaponden. Beberapa pertanyaan penting antara lain apakah aktivitas dalam model sesuai dengan dunia nyata, dan bagaimana model sistem bekerja. Masih dalam analisis yaitu mendefinisikan atau menetapkan perubahan yang mungkin diinginkan dan layak. Disini hasil analisis dan pandangan para aktor-aktor dapat ditetapkan perubahan yang diinginkan untuk mendukung terwujudnya suatu bentuk kemitraan dengan berbagai persyaratan. Dalam langkah ini ditentukan perubahan yang mungkin terhadap situasi permasalahan kemitraan antara unit litbang/UPT dengan industri, yang dihasilkan melalui diskusi antar aktor dalam tiga macam perubahan, yaitu: (1) perubahan prosedur dalam perbaikan aktivitas dalam struktur yang ada, (2) perubahan struktural dalam bentuk re-grouping organisasi, tugas pokok, kewenangan dan tanggung jaawab, (3) perubahan sikap dan kultur dalam bentuk pembelajaran, perubahan nilai, norma dan cara berpikir. Sebagai tahapan analisis terakhir, yaitu tindakan penyelesaian atau perbaikan atas kondisi permasalahan. Dari hasil analisis tahap akhir ini dengan perbaikan atas kondisi permasalahan yang mendukung terwujudnya kemitraan yang strategis. Dalam hal ini dilakukan koreksian perubahan dalam bentuk implementasi model sebagai hasil analisis terbentuknya struktur kemitraan antara unit litbang/UPT dengan Industri.

Secara umum penelitian dengan pendekatan SSM dimulai dari pengumpulan data dan pembuatan model konseptual sebagai bentuk kemitraan yang dapat diimplementasikan oleh lembaga litbang dengan industri sesuai mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menggambarkan situasi permasalahan yang diilustrasikan dengan Rich Picture Diagram dan mengumpulkan data aktivitas-aktivitas Kepala Pusat Penilitian di Lingkungan LIPI, para peneliti LIPI dan manajer pemilik usaha/industri dalam membangun kemitraaan yang berdaya saing dengan melihat 3 kemampuan teknologi yang dikemukakan oleh Lall (1992).

2. Membangun model-model aktivitas bertujuan atau model konseptual yang dilengkapi dengan definisi yang jelas dari aktivitas bertujuan (root definition) dan pengujian kinerja.

HASIL DAN BAHASAN

Dalam dokumen pvOiBhCuTjkTkeBK NASKAH CETAK OKE (Halaman 150-155)