• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang dilakukan Ruillah (2006), mengenai Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih, kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas produksi yang terbesar adalah bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Adapun variable dummy

adalah lahan dan luas kumbung yang tidak berpengaruh terhadap luas produksi, tetapi lebih di tentukan oleh jumlah log jamur yang diproduksi oleh petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C atas biaya tunai petani pada skala III lebih besar dibandingkan dengan skala I dan II yaitu sebesar 3,75. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani skala III akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,75 sehingga usahatani jamur tiram putih yang lebih efisien terletak pada skala III.

Maharani (2007), meneliti usahatani dan tataniaga jamur tiram putih dengan menggunakan metode pengolahan data secara kualitatif, yang dilakukan dengan mendeskripsikan keragaan usahatani jamur tiram dan fungsi lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran jamur tiram. Adapun analisis kualitatif

yang dilakukan yaitu melalukan pendekatan dengan mengggunakan SCP (structure, conduct, ferformance). Selain dengan menggunakan metode

23 pengolahan data secara kualitatif, Maharani juga melakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan melihat tingkat efisiensi usahatani jamur tiram melalui analisis pendapatan dan analisis fungsi produksi. Selain itu, untuk melihat efisiensi tataniaga jamur tiram dilakukan analisis margin tataniaga dan farmer’s share. Hasil analisis secara kualitatif diperoleh bahwa dalam keragaan usahatani jamur tiram skala usaha dapat dikelompokkan kedalam tiga skala, yaitu skala kecil (<10.000 log), skala menengah (10.000 – 24.000 log), dan skala besar (>24.000 log). Untuk analisis faktor produksi disimpulkan bahwa ketujuh faktor produksi dalam usaha jamur tiram berpengaruh secara nyata dalam menentukan hasil panen jamur. Tujuh faktor tersebut adalah bibit jamur, serbuk kayu, bekatul, kapur, minyak tanah, kapas, dan tenaga kerja. Analisis tataniga dalam penelitian ini teradapat lima saluran tataniaga diwilayah bandung. Saluran

tersebut adalah (1) produsen pengumpul pengecer konsumen, (2) produsen bandar pengumpul penumpul pedagang menengah

pengecer konsumen, (3) produsen pengumpul pedagang besar pengecer konsumen, (4) produsen pengumpul pedagang menengah pengecer konsumen, dan (5) tidak terdefinisi oleh peneliti. Hasil yang diperoleh dari analisis saluran tataniaga bahwa dari kelima saluran tersebut tidak ada yang efisien. Hal ini dikarenakn keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diterima oleh lembaga tataniaga.

Karyadi D (2008) melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Domba Rakyat, kasus Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dengan menggunakan Matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP Matriks QSP, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen usaha ternak domba rakyat yang ada di Cigudeg, menganilisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan untuk kemudian merumuskan alternatif pengembangan usaha yang cocok untuk usaha ternak domba rakyat didesa Cigudeg. Berdasarkan matriks IE, diketahui bahwa perusahaan berada pada kuadran V atau pada posisi jaga dan pertahankan. Strategi yang tepat adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan pembobotan nilai STAS, strategi utama yang harus dijalankan perusahaan adalah strategi perbaikan manajemen untuk menghadapi pesaing.

24 Wisandhini (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis strategi pengembangan usaha jamur tiram putih pada perusahaan Tegal Waru Bogor. Dalam penelitianannya, Wisandhini berupaya untuk menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang pada akhirnya akan melahirkan rumusan strategi untuk dapat dijadikan alternatif pemilihan strategi bagi perusahaan Tegal Waru dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Berdasarkan hasil dari Matriks IE, diketahui bahwa perusahaan berada pada kuadran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat untuk digunakan adalah strategi intensif dan integratif. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi mengoptimalkan produktifitas.

Sitepu, Julianto (2010) menganalisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran jamur tiram putih di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dalam penelitiannya, diperoleh data bahwa produksi rata-rata jamur tiram putih yang dihasilkan responden adalah sebanyak 4.645 kg dengan penggunaan log rata-rata 0.41 log. Harga rata-rata jamur tiram putih yang dijual jamur tiram putih yang dijual adalah Rp. 8000 per kg, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh oleh petani responden di daerah penelitian selama satu periode adalah sebesar Rp 37.162.286. Berdasarkan proses budidaya yang dilakukan petani responden, dalam proses produksi yang dilakukan masih menggunakan teknologi drum atau tidak menggunakan teknologi autoclave, dengan penggunaan log rata-rata 12.571 log. Berdasarkan analisis pendapatan, maka diperoleh imbangan dan biaya (R/C rasio) total sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,57. sedangkan R/C rasio untuk biaya tunai adalah sebesar 1,84 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,84. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usahatani jamur tiram tersebut menguntungkan karena R/C rasio lebih dari satu dan layak untuk dikembangkan. Untuk analisis saluran pemasaran, diketahui bahwa di Kecamatan Tamansari terdapat dua bentuk pola pemasaran jamur tiram putih. Pola pemasaran I, petani menjual ke supplier, kemudian supplier menjual jamur tersebut ke pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjual lagi ke konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani menjual produknya kepada supplier dan supplier memasarkan langsung ke

25 konsumen. Dilihat dari nilai rasio dan keuntungan dan biaya pemasaran yang diperoleh petani, maka dapat disimpulkan bahwa pola pemasaran yang ada di Kecamatan Tamansari sudah efisien karena nilai rasio keuntungan dan biaya tataniaga diperoleh lebih besar dari satu. Nilai rasio keuntungan dan biaya pola saluran I sebesar 7,22 dan pada pola saluran II sebesar 8,30.

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada konsep dan produk atau objek yang digunakan. Persamaan dengan penelitian ketiga dan penelitian keempat terletak pada konsep yang digunakan yaitu merumuskan strategi dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis suatu unit usaha, sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Pada penelitan pertama, kedua, keempat dan kelima terdapat persamaan objek yang diteliti dalam hal ini adalah jamur tiram putih, sedangkan perbedaannya terletak pada konsep yang digunakan untuk menganalisis jamur. Penelitian keempat merupakan penelitian yang mempunyai kesamaan terbanyak dibandingkan penelitian yang lain dengan penelitian ini, kesamaan yang ada berupa objek yang diteliti yaitu jamur tiram putih dan metode serta alat analisis yang digunakan. Perbedaan penelitian keempat dengan penelitian ini terletak pada alternalif pilihan strategi yang dihasilkan. Jika pada penelitian keempat, strategi yang dihasilkan diarahkan untuk pengembangan usaha atau bisnis jamur tiram putih, akan tetapi jika pada penelitian ini, strategi yang nantinya dihasilkan diarahkan hanya untuk pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih. Kelebihan dari penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 10 bahwa selama ini orang lebih sering melakukan penelitian tentang pemasaran jamur tiram putih saja tetapi utuk melakukan penelitian terhadap perumusan strategi pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih masih sangat jarang.

26 Tabel 10. Penelitan Terdahulu

No Nama

Penulis

Tahun Judul Metode /Alat Analisis

1. Ruillah 2006 Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, jawa Barat. Analisis Pendapatan R/C Rasio, Fungsi Produksi 2. Diah Maharani

2007 Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat)

Analisis Efisiensi, Pendapatan, Fungsi Produksi (Cobb- Douglass) dan Anlisis

Farmer’s Share

3. Didik Karyadi

2008 Strategi Pengembangan Usaha Domba Rakyat (Kasus : Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, SWOT Matriks dan QSPM 4. Yesica

Wisandhini

2008 Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada Perusahaan Jamur Tegal Waru Bogor

Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, SWOT Matriks dan QSPM

5. Julianto Sitepu

2010 Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor

Analisis Pendapatan Usahatani, Analisis Efisiensi saluran Pemasaran

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis