• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Analisis Data Pengkajian

Pengkajian dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek biopsikososial spiritual, dengan menekan pada aspek psikologis klien. Dalam pengkajian penulis melihat dari format pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.

Hasi pengkajian pada pada kedua pasien didadaptkan hasil : 1. Pengkajian

a. Factor predisposisi

Tabel 4.1

Klien 1 Klien 2

Klien 1 pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien pernah dirawat tahun 2017. Klien menjalani pengobatan, tapi hasil pengobatan kurang berhasil karena pernah kabur dari RS dan tidak mau minum obat.

Klien pernah bertengkar dengan adiknya..Tidak ada kekerasan seksual, kekerasan fisik, maupun kekerasan keluarga.Klien pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan dengan adiknya. Hubungan dengan adik kurang baik.

Klien 2 pernah dirawat sebelumnya tahun 2018. Pengobatan kurang berhasil karena dirumah mengalami putus obat selama 6 bulan. Klien pernah mengalami penolakan oleh mantan nya, klien pernah dihamili oleh mantannya beberapa tahun yang lalu, kemudian klien ditinggalkan.

Tidak ada kekerasan dalam keluarga.

Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Klien pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan karena bertengkar dengan mantannya

Dari data diatas menunjukkan bahwa dari kedua pasien memiliki koping pertahanan diri yang sama yaitu kurang efektif. Kedua kasus juga menunjukkan bahwa sama-sama memiliki pengobatan yang

kurang berhasil, pasien pertama dengan alasan kabur dan tidak mau meminum obat, pasien kedua putus obat selama 6 bulan.

Diantara kedua pasien tersebut juga terlihat jelas perbedaannya antara klien 1 dan klien 2 dimana klien 1 tidak mempunyai riwayat penganiayaan tetapi klien 2 memiliki riwayat penganiayaan. Dimana klien 1 mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan jiwa dimana klien 2 tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.

Menurut teori Sinaga (2009), dikatakan bahwa lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar pada perkembangan gangguan jiwa, disfungsi situasi social seperti trauma, kekerasan, hostilitas, dan hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima sangat mempengaruhi neurological sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya genetic tetapi kekerasan/penganiayaan juga sangat berpengaruh besar terhadap timbulnya gangguan jiwa walaupun tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.

Dalam penelitian Pangden Rabba Elshy (2014), dikatakan bahwa korban trauma dan penganiayaan dapat dipastikan mengalami cidera fisik yang memerlukan penanganan medis, tetapi mereka juga mengalami cedera psikologis yang dapat mencakup respon dalam lingkup yang luas. Beberapa korban mungkin mengalami agitasi dan tampak kecewa, korban yang lain menarik diri dan menyendiri, yang tampak hilang rasa atau tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Ketika

berhubungan dengan orang lain, reaksi emosional mereka cenderung tidak stabil, intens, dan dianggap tidak dapat diperkirakan. Melibatkan dalam hubungan intim dapat memicu respon emosional yang ekstrem, misalnya ansietas, panik, takut, atau terror (Videbeck, 2008).

b. Psikososial

Tabel 4.2

KLIEN 1 KLIEN 2

Klien tidak malu dengan kondisinya saat ini. Klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain. Klien mengatakan dapat berinteraksi dengan mudah

Klien merasa malu dengan kondisinya saat ini. Saat dirumah klien sering diejek oleh anak-anak kecil. Saat ini klien merasa tidak berguna karena hanya berdiam diri disini

Klien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain karena kondisinya. Klien mengatakan tidak mempunyai banyak teman. Klien lebih banyak diam dan menyendiri

Dari kedua pasien tersebut jelas terlihat perbedaannya. Pasien 1 tidak memiliki hambatan saat berhubungan dengan orang lain. Pasien ke 2 memiliki hambatan saat berhubungan dengan orang lain. Klien merasa malu klien merasa tidak berguna karena hanya berdiam diri saja dan tidak memiliki banyak teman

c. Status mental

Tabel 4.3

Klien 1 Klien 2

Klien mandi 2×/hari terkadang menggunakan sabun terkadang tidak, klien mengatakan jarang keramas. Klien mengatakan menggosok gigi 1x/hari jarang menggunakan pasta gigi, klien mengatakan jarang memotong kuku.

Penampilan klien tampak tidak rapih, rambut kurang rapih, kuku klien tampak panjang,

Klien mandi 2×/hari terkadang menggunakan sabun terkadang tidak, keramas 3 hari sekali tidak menggunakan shampo karena habis.

Klien jarang menggosok gigi dengan pasta gigi. Penampilan klien tampak tidak rapih, rambut kurang rapih, kuku klien tampak kotor, gigi tampak kotor dan masih ada sisa-sisa makanan Pada saat berkomunikasi suara klien

jelas, nada bicara cepat dan keras,Afek klien labil. Klien masih sering marah-marah, emosi belum dapat terkontrol, emosi sering timbul terutama saat dirinya diganggu. pagi ini kesal kembali dirasakan karena barang miliknya diganggu

Saat diajak berkomunikasi klien, mudah tersinggung,kontak mata tajam, klien tidak menunjukkan sikap curiga

Saat diajak berkomunikasi klien kooperatif, tidak mudah tersinggung, kontak mata baik, klien tidak menunjukkan sikap curiga,klien mau untuk berbicara dengan perawat, klien mampu menjawab pertanyaan dengan baik

Pada saat berkomunikasi suara klien jelas, nada bicara rendah, klien tidak mampu memulai pembicaraan tanpa perawat yang memulainya, pembicaraan klien tidak keluar dari topic, beberapa pertanyaan tidak dijawaboleh klien.Afek klien datar. Klien mengatakan tidak marah marah lagi saat di RS

Klien gelisah, melamun mondar-mandir, klien mengatakan mendengar suara bisikan, suara tersebut adalah suara seorang laki-laki yang tidak dikenalnya, yang menyuruh klien untuk berbuat jahat, suara muncul pada waktu tidak menentu pagi, siang dan malam hari kurang lebih 2x/hari, suara muncul kurang lebih 2 menit lamanya, suara muncul saat klien sedang sendiri. Klien mengatakan marah saat saat mendengar suara itu.

Klien terkadang melamun, gelisah. klien mengatakan mendengar suara bisikan saat di RS muncul lagi semalam, suara tersebut adalah suara seorang laki-laki yaitu mantannya yang menyuruh klien untuk shalat, suara muncul 1x saat tiba waktu shalat malam. Klien takut saat mendengar suara itu. Klien hanya diam saja saat suara itu muncul

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kedua pasien sama-sama kurang dalam hal perawatan diri untuk menjaga kebersihan diri.

Diatas juga dijelaskan bahwa pasien 1 kurang dapat kooperatif, klien tegang saat diajak berkomunikasi,klien mudah tersinggung dan marah sedangkan pasien 2 klien mampu kooperatif dan tidak mudah tersinggung/marah. Kedua pasien juga sama-sama mengalami bisikan tanpa ada wujudnya hanya berbeda dari segi isi halusinasi dan waktu terjadinya. Terlihat dari kedua pasien tersebut memiliki perbedaan masing-masing.

Dokumen terkait