• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

J. Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.9

EVALUASI HARI KE-1 (05/07/2019) (SP PENGKAJIAN)

HARI KE-1 (05/07/2019) SP1 KASUS 1 mendengar suara bisikan tanpa ada wujudnya - Klien mengatakan

mendengar suara bisikan dari seorang laki-laki yang tidak dikenalnya

- Klien mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk berbuat tidak baik lebih 2 menit lamanya.

- Klien mengatakan saat suara itu munculhanya diam O :

- Klien terkadang melamun - Klien diam

- Klien gelisah

- Klien terkadang mondar-mandir

A :

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

P :

Mengingat-ingat yang belum diceritakan kepada perawat

TTD

Kelompok 6 C

S :

- Klien mengatakan senang setelah berdiskusi dengan perawat

- Klien mengatakan mampu melakukan cara menghardik sperti yang diajarkan perawat

- Klien mengatakan masih mendengar bisikkan

- Klien mengatakan suara bisikan muncul pada waktu tidak menentu O :

- Klien mampu menghardik - Klien terlihat masih gelisah

A : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

P :

- latihan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

- Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk menghardik.

TTD

Kelompok 6 C KASUS 2 S :

- Klien mengatakan mendengar suara bisikan tanpa ada wujudnya - Klien mengatakan

mendengar suara bisikan dari seorang laki-laki yitu

S :

- Klien mengatakan mampu menghardik

- Klien mengatakan masih mendengar bisikkan semalam

mantannya

- Klien mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk sholat

Klien merasa biasa saja O :

- Klien terkadang melamun - Klien diam

A :

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

P :

Mengingat-ingat yang belum diceritakan kepada perawat

TTD

Kelompok 6 C

O :

- Klien mampu menghardik

A : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

P :

- latihan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

- Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk menghardik.

TTD suara bisikan muncul pada waktu tidak yang baik saat suara bisikan muncul

mengenai obat

halusinasi dengan bercakap-cakap persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

Pendengaran

BAB IV PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini, penulis membandingkan antara kedua kasus antara pasien TN.S dengan Ny.S berdasarkan landasan teori yang ada dengan hasil yang ditemukan pada pada saat pengkajian pada kedua pasien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran. Adapun pembahasan ini meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

RS Jiwa Bandar Lampung yakni salah satu Rumah Sakit milik Pemerintah provinsi Bandar Lampung yang bermodel RS Jiwa, diurus oleh Pemda Propinsi dan tergolong kedalam Rumah Sakit Kelas B. Rumah Sakit ini telah teregistrasi sejak 23/09/1991 dengan Nomor Surat ijin 135/Menkes/SK/IV/78 dan Tanggal Surat ijin 16/01/1991 dari Menkes dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai s.d ada perbaruan dari KEMENKES. Setelah melangsungkan Prosedur Akreditasi Rs Seluruh Indonesia dengan proses Pentahapan I (5 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus Akreditasi Rumah Sakit. RS Jiwa ini berlokasi di Jl. Raya Gd.Tataan KM 13 Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung, Indonesia.

Dalam Penelitian ini Pengambilan Data di lakukan di 2 ruangan yaitu Ruangan Kutilang dan Melati.Daya tampung masing-masing ruangan yaitu:

untuk Gedung Kutilang memiliki 3 ruangan. Masing-masing ruangan atau kamar diisi 20 pasien laki-laki.Gedung Kutilang adalah kelas III dan terdapat tiga kamar atau ruangan dengan kapasitas masing-masing kamar 20 tempat

tidur. Luas kamar sekitar 10x10 meter.Gedung melati juga merupakan ruangan kelas III terdiri dari 3 ruangan, masing-masing ruangan dapat diiisi dengan 20 orang pasien wanita dengan kapasitas 60 orang pasien.

B. Analisis Data Pengkajian

Pengkajian dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek biopsikososial spiritual, dengan menekan pada aspek psikologis klien. Dalam pengkajian penulis melihat dari format pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.

Hasi pengkajian pada pada kedua pasien didadaptkan hasil : 1. Pengkajian

a. Factor predisposisi

Tabel 4.1

Klien 1 Klien 2

Klien 1 pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien pernah dirawat tahun 2017. Klien menjalani pengobatan, tapi hasil pengobatan kurang berhasil karena pernah kabur dari RS dan tidak mau minum obat.

Klien pernah bertengkar dengan adiknya..Tidak ada kekerasan seksual, kekerasan fisik, maupun kekerasan keluarga.Klien pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan dengan adiknya. Hubungan dengan adik kurang baik.

Klien 2 pernah dirawat sebelumnya tahun 2018. Pengobatan kurang berhasil karena dirumah mengalami putus obat selama 6 bulan. Klien pernah mengalami penolakan oleh mantan nya, klien pernah dihamili oleh mantannya beberapa tahun yang lalu, kemudian klien ditinggalkan.

Tidak ada kekerasan dalam keluarga.

Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Klien pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan karena bertengkar dengan mantannya

Dari data diatas menunjukkan bahwa dari kedua pasien memiliki koping pertahanan diri yang sama yaitu kurang efektif. Kedua kasus juga menunjukkan bahwa sama-sama memiliki pengobatan yang

kurang berhasil, pasien pertama dengan alasan kabur dan tidak mau meminum obat, pasien kedua putus obat selama 6 bulan.

Diantara kedua pasien tersebut juga terlihat jelas perbedaannya antara klien 1 dan klien 2 dimana klien 1 tidak mempunyai riwayat penganiayaan tetapi klien 2 memiliki riwayat penganiayaan. Dimana klien 1 mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan jiwa dimana klien 2 tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.

Menurut teori Sinaga (2009), dikatakan bahwa lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar pada perkembangan gangguan jiwa, disfungsi situasi social seperti trauma, kekerasan, hostilitas, dan hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima sangat mempengaruhi neurological sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya genetic tetapi kekerasan/penganiayaan juga sangat berpengaruh besar terhadap timbulnya gangguan jiwa walaupun tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.

Dalam penelitian Pangden Rabba Elshy (2014), dikatakan bahwa korban trauma dan penganiayaan dapat dipastikan mengalami cidera fisik yang memerlukan penanganan medis, tetapi mereka juga mengalami cedera psikologis yang dapat mencakup respon dalam lingkup yang luas. Beberapa korban mungkin mengalami agitasi dan tampak kecewa, korban yang lain menarik diri dan menyendiri, yang tampak hilang rasa atau tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Ketika

berhubungan dengan orang lain, reaksi emosional mereka cenderung tidak stabil, intens, dan dianggap tidak dapat diperkirakan. Melibatkan dalam hubungan intim dapat memicu respon emosional yang ekstrem, misalnya ansietas, panik, takut, atau terror (Videbeck, 2008).

b. Psikososial

Tabel 4.2

KLIEN 1 KLIEN 2

Klien tidak malu dengan kondisinya saat ini. Klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain. Klien mengatakan dapat berinteraksi dengan mudah

Klien merasa malu dengan kondisinya saat ini. Saat dirumah klien sering diejek oleh anak-anak kecil. Saat ini klien merasa tidak berguna karena hanya berdiam diri disini

Klien mengatakan malu untuk berinteraksi dengan orang lain karena kondisinya. Klien mengatakan tidak mempunyai banyak teman. Klien lebih banyak diam dan menyendiri

Dari kedua pasien tersebut jelas terlihat perbedaannya. Pasien 1 tidak memiliki hambatan saat berhubungan dengan orang lain. Pasien ke 2 memiliki hambatan saat berhubungan dengan orang lain. Klien merasa malu klien merasa tidak berguna karena hanya berdiam diri saja dan tidak memiliki banyak teman

c. Status mental

Tabel 4.3

Klien 1 Klien 2

Klien mandi 2×/hari terkadang menggunakan sabun terkadang tidak, klien mengatakan jarang keramas. Klien mengatakan menggosok gigi 1x/hari jarang menggunakan pasta gigi, klien mengatakan jarang memotong kuku.

Penampilan klien tampak tidak rapih, rambut kurang rapih, kuku klien tampak panjang,

Klien mandi 2×/hari terkadang menggunakan sabun terkadang tidak, keramas 3 hari sekali tidak menggunakan shampo karena habis.

Klien jarang menggosok gigi dengan pasta gigi. Penampilan klien tampak tidak rapih, rambut kurang rapih, kuku klien tampak kotor, gigi tampak kotor dan masih ada sisa-sisa makanan Pada saat berkomunikasi suara klien

jelas, nada bicara cepat dan keras,Afek klien labil. Klien masih sering marah-marah, emosi belum dapat terkontrol, emosi sering timbul terutama saat dirinya diganggu. pagi ini kesal kembali dirasakan karena barang miliknya diganggu

Saat diajak berkomunikasi klien, mudah tersinggung,kontak mata tajam, klien tidak menunjukkan sikap curiga

Saat diajak berkomunikasi klien kooperatif, tidak mudah tersinggung, kontak mata baik, klien tidak menunjukkan sikap curiga,klien mau untuk berbicara dengan perawat, klien mampu menjawab pertanyaan dengan baik

Pada saat berkomunikasi suara klien jelas, nada bicara rendah, klien tidak mampu memulai pembicaraan tanpa perawat yang memulainya, pembicaraan klien tidak keluar dari topic, beberapa pertanyaan tidak dijawaboleh klien.Afek klien datar. Klien mengatakan tidak marah marah lagi saat di RS

Klien gelisah, melamun mondar-mandir, klien mengatakan mendengar suara bisikan, suara tersebut adalah suara seorang laki-laki yang tidak dikenalnya, yang menyuruh klien untuk berbuat jahat, suara muncul pada waktu tidak menentu pagi, siang dan malam hari kurang lebih 2x/hari, suara muncul kurang lebih 2 menit lamanya, suara muncul saat klien sedang sendiri. Klien mengatakan marah saat saat mendengar suara itu.

Klien terkadang melamun, gelisah. klien mengatakan mendengar suara bisikan saat di RS muncul lagi semalam, suara tersebut adalah suara seorang laki-laki yaitu mantannya yang menyuruh klien untuk shalat, suara muncul 1x saat tiba waktu shalat malam. Klien takut saat mendengar suara itu. Klien hanya diam saja saat suara itu muncul

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kedua pasien sama-sama kurang dalam hal perawatan diri untuk menjaga kebersihan diri.

Diatas juga dijelaskan bahwa pasien 1 kurang dapat kooperatif, klien tegang saat diajak berkomunikasi,klien mudah tersinggung dan marah sedangkan pasien 2 klien mampu kooperatif dan tidak mudah tersinggung/marah. Kedua pasien juga sama-sama mengalami bisikan tanpa ada wujudnya hanya berbeda dari segi isi halusinasi dan waktu terjadinya. Terlihat dari kedua pasien tersebut memiliki perbedaan masing-masing.

C. Analisis Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.4

6. Berduka kompleks 7. Regiment therapy in

efektif

8. Kurang pengetahuan 9. Distress spiritual

1. Gangguan sensori

5. Koping individu in effektif 6. Koping keluarga tidak efektif 7. Berduka kompleks

8. Regiment therapy in efektif 9. Kurang pengetahuan 10. Distress spiritual

Menurut Keliat (2010), masalah keperawatan yang muncul pada masalah utama halusinasi yaitu RPK, HDR, dan isolasi social. Sedangkan pada tinjauan kasus untuk Tn.S penulis mengangkat 8 masalah utama yaitu :

1. Gangguan sensori persepsi:halusinasi pendengaran 2. RPK

3. DPD

4. Koping individu in effektif 5. Koping keluarga tidak efektif 6. Berduka kompleks

7. Regiment therapy in efektif 8. Kurang pengetahuan 9. Distress spiritual

Sedangkan tinjauan kasus untuk Ny.S penulis mengangkat 8 masalah utama yaitu:

1. Gangguan sensori persepsi:halusinasi pendengaran 2. HDR

3. Isolasi social 4. DPD

5. Koping individu in effektif 6. Koping keluarga tidak efektif 7. Berduka kompleks

8. Regiment therapy in efektif 9. Kurang pengetahuan 10. Distress spiritual

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa: Pada pasien Tn.S diagnosa yang sesuai dengan teori berjumlah 2 diagnosa yaitu halusinasi dan RPK.

Sedangkan 7 diagnosa lainnya defisit perawatan diri, koping individu inefektif, koping keluarga tidak efektif, berduka kompleks,regiment therapy

inefektif dan kurang pengetahuan, distress spiritual tidak sesuai dengan teori tetapi muncul saat pengkajian.Diagnosa harga diri rendah tidak muncul pada Tn.S, karena saat di rumah ataupun di RSJ klien mengatakan tidak merasa malu dengan bagian tubuhnya / kondisinya saat ini. Untuk diagnosa isolasi sosial tidak muncul juga, karena pada saat pengkajian, klien mengatakan saat dirumah selalu mengikuti kegiatan kelompok di lingkungannya dan saat di rumah sakit pun klien mampu berinteraksi dengan baik dengan teman maupun perawat.

Sedangkan pasien Ny.S diagnosa yang sesuai dengan teori berjumlah 3 diagnosa yaitu halusinasi, HDR dan isolasi sosial. Sedangkan 7 diagnosa lainnya deficit perawatan diri, koping individu inefektif,koping keluarga tidak efektif, regiment therapy inefektif, berduka kompleks, dan kurang pengetahuan, distress spiritual tidak sesuai dengan teori tetapi muncul saat pengkajian. Untuk masalah resiko perilaku kekerasan tidak kami ambil karena pada saat pengkajian klien sudah tidak marah-marah lagi, emosi muncul hanya saat dirumah.

Berdasarkan penelitian Pangden Rabba Elshy(2014), dikatakan bahwa halusinasi dalam hal ini dapat berisiko besar menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain, atau bergabung dengan seseorang dikehidupan sesudah mati. Suara dapat berkisar dari suara sederhana sampai suara orang berbicara.

D. Analisa Intervensi Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian dan menegakkan diagnosa, penulis menyusun intervensi. Masalah keperawatan lainnya tetap dilakukan intervensi akan tetapi pada laporan karya ilmiah ini penulis memfokuskan pembahasan masalah Halusinasi. Saat menentukan intervensi penulis mengobservasipada Pasien Halusinasi yang mengalami gangguan kejiwaan yang tadinya hanya di biarkan saja dapat mengontrol halusinasinya. Intervensi yang dilakukan sesuai dengan intervensi buku kejiwaan.

Tabel 4.5

KLIEN 1 KLIEN 2

1. Melakukan pengkajian

2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat

4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 2 kegiatan harian menyapu dan membereskan tempat tidur

1. Melakukan pengkajian

2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat

4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 2 kegiatan harian menyapu dan mengepel

Pada saat melakukan intervensi penulis berpedoman dengan teori yang sudah ada. Menurut Yosep (2010,), untuk membantu klien dalam mengontrol halusinasi yaitu dengan 4 cara antara lain latihan cara menghardik, minum obat secara teratur, melatih bercakap-cakap dan melakukan 2 kegiatan harian.

Kemudian intervensi ini kami implementasikan untuk kedua pasien tersebut selama 3 hari yaitu dari tanggal 5-7 Juli 2019.

E. Analisis Implementasi Dan Evaluasi

Implementasi dilakukan sesuaai dengan prioritas masalah yang paling utama.

Implementasi juga dilakukan sesuai dengan rencana yang telah di buat dengan masalah yang ada, Pasien 1 dan pasien 2 di berikan implementasi yang sama yaitu dengan latihan cara menghardik, minum obat secara teratur, melatih bercakap-cakap dan melakukan 2 kegiatan harian. Dengan di berikan intervensi ini di harapkan pasien 1 dan 2 dapat mengontrol halusinasi yang dialami.

Evaluasi perkembangan dari hasil latihan latihan cara menghardik, minum obat secara teratur, melatih bercakap-cakap dan melakukan 2 kegiatan harian selama 3 hari secara bertahap pasien 1 Tn.S dapat melakukan latihan yang diajarkan namun halusinasi masih belum dapat terkontrol, sehingga kami evaluasi terus-menerus latihan yang sudah diajarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tanda gejala pada Tn.S sedikit berkurang, dan kemampuan meningkat.

Evaluasi perkembangan dari hasil latihan cara menghardik, minum obat secara teratur, melatih bercakap-cakap dan melakukan 2 kegiatan harian selama 3 hari secara bertahap pasien 2 Ny.S mengalami peningkatan, klien dapat mengontrol halusinasi dengan ke 4 cara tersebut. Tanda gejala berkurang, kemampuan meningkat.

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn.S dan Ny.S dengan Masalah Utama Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn.S dan Ny.S penulis menggunakan metode wawancara, observasi dengan melihat status klien dan dilakukan dengan cara komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan teori, dalam teori terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, sedangkan pada saat pengkajian didapatkan 6 diagnosa keperawatan yang muncul berbeda.

Pada Tn.S didapatkan 9 masalah yaitu halusinasi, RPK, Defisit perawatan diri, regiment therapy inefektif, koping individu in efektif, koping keluarga tidak efektif, berduka kompleks,kurang pengetahuan dan distress spiritual. Diagnose yang sesuai dengan teori hanya RPK dan halusinasi.

Sedangkan pada Ny.S didapatkan 10 masalah yaitu halusinasi, HDR , isolasi social, DPD, regiment therapy inefektif , koping individu in efektif, koping keluarga tidak efektif, berduka kompleks, dan kurang pengetahuan, Distress spiritual. Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak

muncul dikasus adalah RPK. Dan diagnosa yang tidak muncul pada landasan teori tetapi muncul pada kasus adalah DPD, regiment therapy in efektif ,koping individu in efektif, koping keluarga tidak efektif, berduka kompleks, kurang pengetahuan, distress spiritual.

3. Intervensi yang dibuat disesuaikan dengan landasan teori. Intervensi yang dilakukan berdasarkan SP meliputi melatih cara menghardik, obat, bercakap-cakap, latihan 2 kegiatan.

4. Pada tahap implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat dan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber dan kerja sama dengan pasien. Implementasi dilakukan selama 3 hari yaitu dari tanggal 5-7 juli 2019

5. Evaluasi dilakukan selama 3 hari secara bertahap pasien 1 Tn.S dapat melakukan latihan yang diajarkan namun halusinasi masih belum dapat terkontrol, sehingga kami evaluasi terus-menerus latihan yang sudah diajarkan. Tanda gejala sedikit berkurang, dan kemampuan meningkat.

Pasien 2 Ny.S mengalami peningkatan, klien dapat mengontrol halusinasi dengan ke 4 intervensi yang sudah dilakukan. Tanda gejala berkurang, kemampuan meningkat.

6. Pada tahap dokumentasi penulis mendokumentasikan sesuai dengan data yang didapatkan pada saat pengkajian kemudian penulis membandingkan untuk mencari perbedaan/kesenjangan antara kedua pasien dengan teori yang ada. Masing-masing pasien Tn.S dengan Ny.S memiliki

kesenjangan/perbedaan masing-masing dari masalah ataupun diagnosa yang muncul.

B. Saran

Berdasarkan dengan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan, maka penulis memberi saran kepada

1. Perawat

Perawat hendaknya mampu membina hubungan saling percaya kepada klien dengan menggunakan komunikasi theraupetic

2. Klien

Klien hendaknya sering berlatih dan melaksanakan latihan yang sudah diajarkan

3. Keluarga

Keluarga hendaknya dapat bekerjasama dengan perawat sehingga mendukung kesembuhan klien

4. Pihak rumah sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa

DAFTAR PUSTAKA

FIK-UI,(2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa, Workshops ke-7, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta

Fontaine, K.L. (2009). Mental Helth Nursing. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Keliat & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Proffesional. Jakarta:

EGC.

Nanda. (2009). Nursing Diagnoses:Definitions & Classification 2009-2011.

Philadelphia: NANDA International.

Pangden Rabba Elshy.(2014). Hubungan Antara Pasien Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Kenari RS. Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel

Satrio, K.L., Satrio dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandar Lampung:

LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Sinaga, B.R. (2009). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta: Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia.

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Missouri : Mosby,Inc.

Stuart,G.W.& Laraia, M.T.(2005). Principles and Practiceof Phsychiatrics Nursing,8th ed. Missouri:Mosby,Inc

Towsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care Evidance-Based Practice. Philadelphia: F.A.Davis Company.

Yosep iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Rafika Aditama: Bandung

LAMPIRAN - LAMPIRAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Jum’at, 05-07- 2019 Jam : 09.30 WIB

Pertemuan : 1

Nama Klien : Tn. S dan Ny. S Ruang : Kutilang dan Melati A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien DS :-

DO :-

2. Diagnosa Keperawatan:

3. Tujuan :

- Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat 4. Tindakan

- Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi teraupetik - Melakukan pengkajian

B. Strategi Pelaksanaan 1. Fase Orientasi a. Salam Teraupetik

Assalamualaikum Bapak/Ibu. Selamat Pagi ..

b. Evaluasi Validasi

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini ? c. Perkenalan diri

Sebelumnya pak/bu, perkenalkan nama saya……, saya senang dipanggil dengan perawat….. Saya mahasiswa dari STIKes Muhammadiyah Pringsewu. Nama bapak/Ibu siapa? Senang di panggil apa? Alamat bapak/Ibu dimana?

d. Tujuan

Baiklah Pak/Bu, peran saya disini sebagai perawat ya pak/bu, saya dinas mulai hari ini sampai dengan besok. Tujuan saya disini saya yang akan merawat bapak/Ibu selama 3 hari ini. Bapak bisa menceritakan apa saja yang bapak/Ibu keluhkan kepada saya, dan saya akan bertanggung jawab serta bertanggung gugat terhadap apa yang bapak/Ibu ceritakan kepada saya. Dan saya akan menjamin kerahasiaan dari masalah yang Bapak/Ibu ceritakan kepada saya.

e. Kontrak

Baiklah Pak/Bu, sekarang kita akan berbincang-bincang ya pak mengenai masalah bapak. Tujuannya adalah untuk mengetahui masalah apa saja yang bapak/Ibu alami, sekaligus mencari solusi dalam mengatasi masalah itu ya Pak/Bu. Waktunya 15 menit Pak/Bu.

Tempatnya disini saja ya pak/Bu. Bagaimana Pak/Bu, Bapak/Ibu setuju

2. Fase Kerja

Baiklah pak/bu, sebelum dimulai ada tidak pak/Bu yang bapak keluhkan saat ini ? Baik pak/Bu, kita mulai ngobrol-ngobrolnya ya pak/Bu.

Bapak/Ibu sudah berapa lama tinggal disini ? Bapak/Ibu ingat tidak hal apa yang menyebabkan bapak/Ibu tinggal disini ? Apakah bapak/ibu sering marah-marah dirumah ? Apakah bapak/ibu sering mendengar suara-suara tetapi tidak ada wujudnya, atau bapak/ibu melihat bayangan? Sampai saat ini apakah bapak/ibu mendengar suara-suara tanpa ada wujudnya atau melihat bayangan aneh? Lalu apakah bapak/ibu sering marah-marah saat ini? Dan apakah bapak?ibu sering menyendiri dan tidak mau berteman/bergabung dengan teman-teman bapak/Ibu disini ? Sudah berapa teman yang bapak/Ibu kenal ? Lalu apakah bapak/Ibu sering merasa malu terhadap diri bapak/Ibu sendiri ? Ada tidak pak/Bu, yang bapak tidak sukai dari diri bapak/ibu ? Dan apakah bapak/ibu saat ini ada keyakinan memiliki kekuatan, kekuasaan,ataupun kebesaran?Kalau boleh tau bapak/ibu disini mandi berapa kali ? Berapa kali menggosok gigi dan

Bapak/Ibu sudah berapa lama tinggal disini ? Bapak/Ibu ingat tidak hal apa yang menyebabkan bapak/Ibu tinggal disini ? Apakah bapak/ibu sering marah-marah dirumah ? Apakah bapak/ibu sering mendengar suara-suara tetapi tidak ada wujudnya, atau bapak/ibu melihat bayangan? Sampai saat ini apakah bapak/ibu mendengar suara-suara tanpa ada wujudnya atau melihat bayangan aneh? Lalu apakah bapak/ibu sering marah-marah saat ini? Dan apakah bapak?ibu sering menyendiri dan tidak mau berteman/bergabung dengan teman-teman bapak/Ibu disini ? Sudah berapa teman yang bapak/Ibu kenal ? Lalu apakah bapak/Ibu sering merasa malu terhadap diri bapak/Ibu sendiri ? Ada tidak pak/Bu, yang bapak tidak sukai dari diri bapak/ibu ? Dan apakah bapak/ibu saat ini ada keyakinan memiliki kekuatan, kekuasaan,ataupun kebesaran?Kalau boleh tau bapak/ibu disini mandi berapa kali ? Berapa kali menggosok gigi dan

Dokumen terkait