BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Penelitian
1. Analisis per Pasangan Subjek
a) Pasangan Subjek 1
1) Deskripsi Pasangan
Pasangan subjek I memiliki inisial Doni (D) untuk pihak pria
dan Rida (R) untuk pihak wanita. Pasangan ini sama-sama berusia 22
tahun. Pasangan ini masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir
dan berada dalam sebuah perguruan tinggi yang sama. Pasangan ini
berasal dari kota yang berbeda, yaitu pihak pria berasal dari
Tangerang dan pihak wanita berasal dari Semarang. Keduanya
dipertemukan saat mereka duduk di bangku kuliah. Berawal dari
teman dekat, pasangan ini pun meresmikan hubungan mereka ke
jenjang selanjutnya yaitu pacaran pada tanggal 9 September 2010.
Pasangan menyebutkan bahwa menurut mereka pacaran
adalah masa dimana mereka belajar untuk mengenal orang lain serta
untuk mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang mereka kepada
orang lain. Pihak pria menjelaskan bahwa pihak wanita adalah
seseorang yang mampu untuk memahami dirinya dengan baik,
manja, pengertian walaupun sedikit galak. Sementara itu, pihak
wanita menjelaskan bahwa pacarnya kini adalah pria ketiga dalam
hidupnya. Menurut pihak wanita, pacarnya adalah seseorang yang
namun terkadang juga sangat memanjakan dirinya dan penuh
pengertian.
Pasangan subjek I saat ini telah memasuki usia pacaran 3
tahun. Begitu banyak suka duka yang dialami untuk mencapai usia
pacaran ini. Pasangan memberitahukan beberapa alasan mengapa
mereka masih dapat menjaga hubungannya sekarang, yaitu karena
mereka sangat menjunjung tinggi adanya keterbukaan dalam
komunikasi dan rasa saling percaya. Keterbukaan dalam komunikasi
adalah satu hal yang paling penting dalam hubungan, pasangan
belajar untuk mengkomunikasikan apa yang mereka inginkan, tidak
sukai, mengungkapkan rasa sayang ataupun berbagai rahasia pribadi.
Dengan adanya keterbukaan ini dimaksudkan untuk meminimalisasi
konflik yang akan terjadi dalam hubungan. Selain itu, menanamkan
rasa saling percaya bertujuan agar pasangan tidak bersikap protektif
dan curiga serta sikap cemburu yang berlebihan.
Dalam menjalani hari-hari sebagai pasangan yang
berpacaran, pasangan ini sangat memanfaatkan adanya media
komunikasi sebagai alat utama yang digunakan untuk berkomunikasi
satu sama lain ketika mereka tidak bisa bertemu secara langsung.
Pasangan mengatakan bahwa mereka menggunakan pesan instan
yang sedang populer seperti Whatsapp Messenger, dan BBM
(Blackberry Messenger). Walaupun berkomunikasi dengan media
mendiskusikan suatu hal yang penting atau menyelesaikan konflik
yang terjadi dalam hubungan, pasangan lebih memilih untuk
menyelesaikannya dengan komunikasi secara langsung atau tatap
muka. Hal ini dikarenakan menurut pasangan saat berkomunikasi
langsung, mereka dapat melihat ekspresi, nada berbicara, serta dapat
melakukan gerakan non verbal seperti memegang tangan ataupun
memeluk pasangannya yang membuat pasangan merasakan adanya
kedekatan secara emosional.
2) Pola Komunikasi Pasangan
Berdasarkan dari hasil analisis pasangan subjek 1, ditemukan
total jumlah percakapan sebanyak 37 unit. Percakapan tersebut
terbagi menjadi 20 unit tema pembicaraan. Dari hasil penggunaan
status ego, pihak pria dan wanita sama-sama memiliki urutan
penggunaan Adult, Parent, dan Child. Status ego Adult merupakan
status ego yang paling banyak dimunculkan oleh kedua pihak ini saat
melakukan proses diskusi atau membicarakan hal penting, yang
ditunjukkan melalui kutipan percakapan berikut :
“ Rida (A) : Sayaangg.. Kamu kesini siang ya berarti?? Sampe jam2 an gitu gak?
Doni(A) : Iyah sayangg.. Gimana?? Apa ak siap2 mandi njuk ktmpt mu? Langsung ke magelang?
Rida(A) : Lahh kamu selsaiin kerjaan disitu aja bebb baru kesini.. Ya maksudnya kalo kamu siang banget gitu ak kalo laper bisa maem duluan Doni (A) : Iya juga.. Takut kesiangan ke sananya .. Kamu makan duluan ajah.. Ada temen cari makan??
Rida (A) : Adaa kokk.. Risma yovi libur kul nyaa.” (392-407)
Dalam transaksi komunikasi ini, pihak wanita memberikan stimulus
pertanyaan ingin tahu kepada pihak pria mengenai jam kedatangan
pihak pria.
Di samping itu, pada hasil analisis pola komunikasi
pasangan subjek I, ketiga jenis transaksi komunikasi Berne terbentuk
dalam keseluruhan unit interaksi, dengan pola transaksi
komplementer Parent-Child paling banyak terjadi yaitu sebanyak 11
transaksi. Hal ini dikarenakan baik pihak pria maupun pihak wanita
memiliki keinginan untuk dituruti dan menuruti serta menyayangi
dan ingin disayang satu sama lain.
Akan tetapi, dilihat dari hasil penggunaan status ego
masing-masing, dapat dikatakan bahwa pihak wanita lebih dominan dalam
memunculkan status ego Parent, sementara itu pihak pria lebih
dominan dalam memunculkan status ego Child nya. Artinya, pihak
wanita adalah pihak yang lebih banyak meminta untuk dituruti
keinginannya serta menyayangi oleh pihak pria, sementara pihak pria
adalah pihak yang berusaha untuk menuruti apa yang diinginkan
oleh pihak wanita serta meminta untuk disayang dan diperhatikan,
yang ditunjukkan dalam kutipan transaksi berikut :
“ Rida (P) : Bebii udah ngantuk blm?? udah stgah 2.. Kalo bobo jm sgni kamu bakal bangun jmber ya tar pagi? ingett lohh jangan siang2 bangunnyaa
Doni (C) : Yawes bubu saiki aja po??
Rida (P) : Yukkkk yukkk.. jangan bangun kesiangan y tar pagi bebbb Doni (C) : Haha.. iya deh sayang. “ (659-664)
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi komplementer Parent
Parent (P) nya berupa pesan yang mengandung perintah untuk
dituruti pihak pria. Pihak pria pun menanggapi stimulus tersebut
dengan memberikan respon status ego Child (C) berupa pesan yang
memperlihatkan suatu sikap penurut sebagai hasil dari perintah pihak
wanita.
Pada transaksi silang, terbentuknya pola transaksi silang
Parent-Adult dalam dua interaksi komunikasi terjadi dikarenakan
dalam transaksi pertama pihak wanita yang lebih sering
menunjukkan status ego Parentnya dan menuju ke arah Child pihak
pria dengan tujuan agar pihak pria mau menuruti apa yang
diinginkannya, akan tetapi pihak pria sedang dalam keadaan yang
tidak ingin ditolak keinginannya dengan alasan tertentu (Adult),
sedangkan transaksi kedua terjadi karena sebaliknya. Transaksi
silang ini kemudian menimbulkan dua keinginan yang berbeda, dan
terbentuklah transaksi silang yang membuat terjadinya perdebatan
dalam hubungan. Transaksi ini diperlihatkan melalui kutipan
percakapan berikut ini:
“ Rida (A) : Bebbb, udah malem nie bobo yukk besok harus bangun pagi lohhh
Doni (P ) : Wah gak bisa kalo bobo sekarang beb, masih ngobrol. Hehehe Rida (A) : Loh kok gak mau bobo, udah malem loh ini. Ngobrol bertiga? Ngobrol apa?
Doni (P) : Banyak. Ni lagi ngobrol kerjaan. Hahaha” (17-28)
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi silang Parent-Adult terjadi
saat pihak wanita memberikan sebuah stimulus status ego Adult (A)
hari sudah malam dan besok harus bangun pagi. Pihak wanita
berharap bahwa pihak pria akan memberi respon status ego yang
sama dan mau untuk tidur, akan tetapi pihak pria malah memberikan
respon status ego Parent (P) yaitu berupa pesan yang mengandung
penolakan dengan kata “tidak” karena sedang asik mengbrol dengan
teman. Transaksi ini merupakan transaksi silang dikarenakan tidak
terjadi kesamaan makna yang dipertukarkan yaitu bahwa adanya
perbedaan kemauan pasangan.
Terakhir, dalam transaksi terselubung (Adult(Parent-Child) -
Adult) yang ditemukan dalam dua transaksi. Dalam transaksi ini,
semua status ego terselubung yang muncul berasal dari pihak wanita
yang tidak jujur untuk mengungkapkan keinginannya kepada pihak
pria. Akan tetapi, pihak pria mampu mengetahui maksud terselubung
dari pihak wanita sehingga transaksi komunikasi dapat berjalan
dengan lancar. Transaksi ini dapat ditunjukkan melalui kutipan
percakapan berikut :
“Doni (A) : Sayang mau makan?? Tak temenin wis. Mau makan dimana? Mau tak jmput skrg? Mau makan di burjo ae po??
Rida (A) : Ndak usah bebbii, makan sari roti ajaa akuu. Lapernya ndak terlalu kok. Kamu tumben belom laper??
Doni(A) : Hehe. Gapapa, belom laper kok . Kamu emang punya sari roti?? Kamu mau tak beliin sari roti po? Apa mau keluar bareng?
Rida (A---C) : Gak punya bebb. Hahaha. Maksudnya sih nitip beliin kamu gitu waktu ak bilang mau makan sari roti ajaa. Hehe. Aku nitip aja deh beb, boleh ndak? Males keluar niee soalnya sayang.
Doni (A) : Hahaha dasarrr bilang aja mau dibeliin!! Okei deh. Tak beliin ya?
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi terselubung (Adult
-(Parent-Child)- Adult) terjadi saat pihak wanita terlihat memberikan
respon status ego Adult (A) berupa pesan yang mengandung
informasi bahwa dirinya tidak mau diajak keluar oleh pihak pria
karena memilih untuk sarapan di rumah. Akan tetapi sebenarnya
maksud terselubungnya adalah meminta pihak pria agar membelikan
roti untuk bisa dimakannya di rumah (C). Dan pada akhirnya pihak
pria pun mengetahui maksud terselubung dari pihak wanitanya
tersebut.
3) Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis mengenai penggunaan status ego,
dalam teori Berne seseorang dapat dilihat bagaimana profil dirinya
berdasarkan penggunaan status ego saat berkomunikasi. Profil diri
ini disebut sebagai Egogram. Pada subjek 1, egogram dari pihak pria
dan wanita adalah sebagai berikut :
Egogram Pria Subjek 1
Gambar 7. Egogram Pria Subjek 1
Egogram Wanita Subjek 1
Gambar 8. Egogram Wanita Subjek 1
Berdasar hasil penggunaan status ego, dapat dikatakan
pasangan ini tidak terlalu memiliki perbedaan yang jauh akan
penggunaan ketiga status ego saat melakukan transaksi komunikasi.
Hal ini menunjukkan bahwa pihak pria dan wanita telah memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam mengatur status ego dalam
berbicara, dapat menyampaikan pesan sesuai dengan realita dan
mampu melakukan umpan balik dengan yang komplementer. Selain
itu, pasangan mampu menunjukkan kapan waktu bersikap
menasehati, memerintah ataupun memberi perhatian dan kasih
sayang. Pasangan ini juga mau untuk menuruti keinginan satu sama
lain, atau jujur dalam mengungkapkan apa yang dirasakannya, atau
ketika ingin disayang dan diperhatikan.
b) Pasangan Subjek 2
1) Deskripsi Pasangan
Pasangan subjek II memiliki inisial Petra (P) untuk pihak pria
dan Jena (J) untuk pihak wanita. Pasangan ini saat ini sama-sama
berusia 22 tahun. Pasangan ini masih berstatus sebagai mahasiswa
tingkat akhir. Pasangan ini berasal dari pulau yang berbeda, yaitu
pihak pria berasal dari Sumatra Selatan dari kota Palembang,
sementara itu pihak wanita berasal dari Sulawesi Utara dari kota
Manado. Pasangan ini dipertemukan saat mereka duduk di bangku
kuliah karena mereka berada dalam sebuah perguruan tinggi yang
sama dan dari fakultas yang sama. Hubungan pacaran diresmikan pada
tanggal 11 November 2011.
Pacaran menurut pasangan ini adalah masa untuk mengenal
satu sama lain dan teman dekat dalam kesendirian. Pihak wanita
mengatakan bahwa pihak pria adalah seseorang yang sibuk dengan
kegiatannya baik di dalam atau di luar kampus sehingga menimbulkan
sikap sangat cuek dan tidak termasuk pria yang romantis pada dirinya.
Selain itu, pihak pria merupakan seseorang yang pencemburu jika
pihak wanita dekat dengan pria lain selain dirinya. Pihak wanita juga
mengatakan bahwa pihak pria adalah seseorang yang perfeksionis.
Sementara itu, pihak pria menyebutkan bahwa pihak wanita adalah
seseorang yang sangat manja, selalu ingin diperhatikan oleh dirinya.
Pihak pria merasa bahwa pihak wanita terkadang kurang bisa
menangkap apa yang dirinya maksud sehingga menyebabkan
percekcokan kecil di antara mereka karena adanya perbedaan
adalah seseorang yang perhatian, sayang, dan terkadang mau
mengalah untuk dirinya.
Pasangan ini termasuk pasangan yang tidak setiap hari bertatap
muka untuk berinteraksi. Kesibukan dari pihak pria serta jarak dari
kos pihak wanita dan rumah pihak pria yang jauh membuat mereka
harus memanfaatkan media sosial sebagai alat penghubung mereka
untuk berkomunikasi. Pada awalnya mereka menggunakan BBM
(Blackberry Messenger) sebagai alat komunikasi mereka, namun
seiring berkembangnya media sosial lain, saat ini pasangan
berkomunikasi tidak langsung melalui aplikasi pesan instant
Whatsapp Messenger dan Line Messenger. Fungsi media komunikasi
ini bagi mereka adalah mereka bisa memberi kabar tentang kegiatan
yang sedang atau akan mereka lakukan, mereka dapat berbagi kasih
sayang ketika sedang tidak dapat berjumpa, dan berbagi informasi
tentang apapun yang mereka ingin bagikan kepada pasangan.
Media komunikasi terkadang membuat pasangan ini menjadi
bertengkar atau timbul kesalahpahaman. Hal ini dikarenakan dalam
menggunakan media sosial tidak jarang terjadi kelemahan jaringan
internet yang membuat pesan tidak cepat sampai pada pihak yang
dituju. Selain itu, sifat komunikasi media sosial yang tidak langsung
sehingga tidak menuntut umpan balik segera terkadang membuat
2) Pola Komunikasi Pasangan
Berdasarkan dari hasil analisis pasangan subjek 2, ditemukan
total jumlah percakapan sebanyak 34 unit. Percakapan tersebut
terbagi menjadi 14 unit tema pembicaraan. Dari hasil penggunaan
status ego, pihak pria dan urutan penggunaan Adult, Parent, dan
Child, sementara pihak wanita memiliki urutan penggunaan Child,
Adult, Parent.
Setelah ditemukan masing-masing status ego yang dominan
dari pihak pria dan wanita, dapat diketahui pola transaksi
komunikasi. Pada hasil analisis pola komunikasi pasangan subjek 2,
ketiga jenis transaksi komunikasi Berne terbentuk dalam keseluruhan
unit interaksi dengan pola transaksi komplementer Adult-Adult
terbanyak yaitu 10 transaksi. Pola ini terbentuk dikarenakan pihak
pria dan pihak wanita menggunakan status ego Adult yang cukup
dominan saat berkomunikasi. Artinya, pihak pria dan pihak wanita
mampu menggunakan status ego Adult dengan baik saat berdiskusi
atau membicarakan sesuatu yang membutuhkan sikap yang dewasa
dalam bertindak dan memberi keputusan. Pola transaksi ini
ditunjukkan dalam kutipan percakapan berikut:
“ Jena (A) : hun, besok ak datang k rumah Tuhan dulu ya hun. Butuh siraman rohani nih
Petra (A) : Iyow sore jow e..
Jena (A) : Kenapa sore hun. Banyak yang harus di kerjakan besok. Tapi kamu melocal youth dulu yaa
Petra (A) : Iyoo. Mau kerja bakti dlu to?.
Jena (A) : Ok deh. Berarti gak jadi makan gratis ? Petra (A) : Ya liat bsok. Ak bobo dlu ya?’ (349-363)
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi komplementer Adult
-Adult terjadi saat pihak wanita memberikan suatu stimulus yang
menunjukkan status ego Adult (A) berupa pertanyaan ingin tahu serta
berdiskusi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok bersama pihak
pria. Stimulus ini kemudian ditanggapi oleh pihak pria dengan arah
status ego yang sama (A) berupa umpan balik yang mengandung sifat
komplementer yaitu menjawab sesuai dengan yang ditanyakan pihak
wanita sehingga komunikasi dua arah berjalan dengan baik.
Pada transaksi silang terdapat dua pola yang sama-sama
memiliki 4 transaksi, yaitu pola transaksi silang Parent-Adult dan pola
transaksi silang Adult-Child. Pada pola transaksi silang Parent-Adult,
terbentuk 4 transaksi yang sebagian besar transaksinya terjadi
dikarenakan pihak pria yang lebih sering menunjukkan status ego
Parentnya dan menuju ke arah Child pihak pria dengan tujuan agar
pihak pria mau menuruti apa yang diinginkannya, akan tetapi pihak
wanita sedang dalam keadaan yang tidak ingin ditolak keinginannya
dengan alasan tertentu (Adult). Pola transaksi ini dapat ditunjukkan
melalui kutipan percakapan sebagai berikut:
“ Jena(P): Alamat email yang kamu pake di instagram apa.Apa hunnn.Buruann.Oiiiiii
Petra (A) : Ya itu [email protected]
Jena (P): Gimana sih, alamatmu kok ak tnya.Hunn.Alamat emailmu di instagram apa. Kok lama sih balesnya.Woiiiii. Ayoo hunnn cepetan dong balesnya
Petra(A): Owh ya sebentar aku lagi beresin kamar.
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi silang Parent-Adult
terjadi saat pihak wanita memberikan stimulus status ego Parent (P)
berupa pesan yang mengandung pemaksaan dan kritikan karena pihak
pria tidak segera membalas pesannya. Pihak wanita berharap bahwa
pihak wanita akan memberikan respon status ego Child (C) yaitu
meminta maaf dan membalas pesannya. Akan stimulus ini kemudian
ditanggapi oleh pihak pria dengan memberikan respon status ego
Adult (A) yaitu memberikan umpan balik berupa jawaban atas
pertanyaan pihak wanita dan menjelaskan kesibukannya. Transaksi ini
membentuk transaksi silang dikarenakan pasangan sedang sibuk
dengan kegiatannya masing-masing.
Sementara itu pada pola transaksi silang Adult-Child, terjadi 4
transaksi yang seluruh transaksinya terjadi dikarenakan pihak pria
yang lebih sering menunjukkan status ego Adultnya dan menuju ke
arah ego Adut pihak wanita dengan tujuan untuk melakukan
pembicaraan yang komplementer, saling berdiskusi dan rasional, akan
tetapi pihak wanita sedang dalam keadaan yang ingin diperhatikan dan
disayangin sehingga dirinya menanggapi dengan memberikan status
ego Child. Hal ini menimbulkan dua keinginan yang berbeda, dan
terbentuklah transaksi silang melalui kutipan percakapan berikut:
“ Petra (A) : Hun, kondisimu itu gimana?. Supaya ak juga bisa perkirakan kalo kesana. Besok ak d malang soalnya 4 hari. Ntar bolak - balik, malah ak yang semaput pas tugas.. Lha gmna?.Besok paling baru ak paingan. Mau ngambil skripsi sama ketmuan dengan pak didik bentar. Soalnya berangkat jam 11. Pye?
Jena (C) : Aku kedinginan hun. Pusing panas.Mau jalan pusing. Ioo. Y udahhh. Ak cuman bingung mau minta tolong k sapa
Petra (A) : Lha gak ada dita po anak bk itu po?. Atau endru dengan mamanya?. Kalo cuman minta tolong d beliin mkanan kan gapapa. Lagian kan udah kubilang dari kemren kalo hari ini ak pengen istirahat dulu.
Jena (C) : Yoii. Ak udah minta obat sama mama endru. Ak cuma mau ada kamu kok hun.” (685-704)
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi silang Adult-Child terjadi saat
pihak pria memberikan stimulus status ego Adult (A) yaitu pesan
berupa pertanyaan ingin tahu keadaan yang terjadi pada pihak wanita
serta kondisinya sendiri. Pihak pria berharap bahwa pihak wanita akan
mengerti dan memberikan umpan balik dengan menjawab semua
pertanyaan pihak pria. Akan tetapi dalam pesan tersebut mengandung
status ego Child (C) yaitu bahwa pihak wanita ingin pihak pria ada
menemaninya dan memperhatikannya. Transaksi ini merupakan
transaksi silang dikarenakan tidak terjadi kesamaan makna yang
dipertukarkan yaitu bahwa adanya tuntutan untuk saling memahami
satu sama lain.
Terakhir, transaksi terselubung (Adult---Adult(Parent-Child)
ditemukan dalam satu transaksi, yang mana status ego terselubung
berasal dari pihak wanita yang tidak jujur untuk mengungkapkan
keinginannya kepada pihak pria. Akan tetapi, pihak pria mampu
mengetahui maksud terselubung dari pihak wanita sehingga transaksi
komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Pola transaksi ini dapat
“ Petra (A) : Hun, ak minggu sore apa malam mau ketemu temanku dari palu yang maen k jogja lho...
Jena (C) : Oooo. Ak gak diajak berarti ?? Tapi ini cuman nanya Petra (A) : Kamu mau ikut po?
Jena (C) : Kalo kamu mau pergi sama teman2 gapapa. Nanti ak cari hiburan sendiri. Hehehehe
Petra (A) : Apa emang hiburanmu sendiri itu?
Jena (C) : Pergi kemana gitu sama mba ade. Apa nonton film . Bingung ak juga eh. Orang biasa sama si gondut . HaHHahaHhhaaha
Petra (A) : Kamu to gondut
Jena (C) : Hahahahaha. Ciong2 dari paingan untuk local youth gampinggg.” (76-90)
Dalam kutipan transaksi ini, transaksi terselubung (Adult
---Adult(Parent-Child) terjadi saat pihak wanita terlihat memberikan
respon status ego Adult (A) berupa pesan yang mengandung informasi
bahwa dirinya bisa melakukan apapun ketika ditinggal pergi oleh
pihak pria. Akan tetapi sebenarnya maksud terselubungnya adalah
meminta pihak pria agar mengajaknya juga untuk bertemu temannya
(C). Dan pada akhirnya pihak pria pun mengetahui maksud
terselubung dari pihak wanitanya tersebut.
3) Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis mengenai penggunaan status ego,
dalam teori Berne seseorang dapat dilihat bagaimana profil dirinya
berdasarkan penggunaan status ego saat berkomunikasi. Profil diri
ini disebut sebagai Egogram. Pada subjek 2, egogram dari pihak pria
Egogram Pria Subjek 2
Gambar 9. Egogram Pria Subjek 2
Egogram Wanita Subjek 2
Gambar 10. Egogram Wanita Subjek 2
Pemaparan hasil penggunaan status ego menunjukkan bahwa
terdapat persamaan dan perbedaan antara hasil yang diperoleh pihak
pria dan wanita. Hal ini dapat dikatakan bahwa pihak pria adalah
seseorang yang mampu menunjukkan kapan waktu bersikap
menasehati, memerintah ataupun memberi perhatian dan kasih
sayang, akan tetapi tidak terlalu menunjukkan sikap untuk menuruti
keinginan pihak wanita dan untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya berkaitan dengan sikap ingin diperhatikan dan
CP NP A AC NC
disayang. Di sisi lain, pihak wanita adalah seseorang yang sangat
suka untuk diperhatikan dan disayangi serta mau untuk menuruti apa
yang diinginkan pihak pria, dan tidak terlalu menunjukkan sikap
sebagai seseorang yang suka menasehati, memerintah ataupun
bersikap menyayangi kepada pihak pria.
c) Pasangan Subjek 3
1) Deskripsi Pasangan
Pasangan subjek 3 memiliki inisial Pipi (P) untuk pihak pria
dan Bobo (B) untuk pihak wanita. Pasangan ini merupakan
pasangan beda usia, yang mana pihak pria berusia 23 tahun
sementara pihak wanita berusia 22 tahun. Pasangan ini berasal dari
kota yang berbeda, yaitu pihak pria berasal dari Yogyakarta
sedangkan pihak wanita berasal dari Tangerang. Pasangan ini
dipertemukan ketika mereka berada dalam satu kepanitiaan yang